Jangan lakukan itu.

1.6K 162 36
                                    

Terbangun di dalam gelap, adalah hal pertama yang Plan alami pagi ini dalam kurun masa lima tahun setelah gadis itu lelah dan memutuskan pergi.

Pray Pasanicha Kulsingh. Bagaimana cara mendeskripsikan gadis itu?

Plan hanya mampu mengingat bahwa Pray memiliki kulit yang bagus dan halus. Matanya bulat dengan kelopak sipit dan tubuh pendek yang begitu mungil, terasa pas dengannya saat mereka melangkah beriringan. Kepribadiannya baik, meskipun kadangkala begitu menyebalkan. Gadis itu telah berhasil memasuki kehidupan Plan begitu saja, seperti sebuah pisau surat mengiris bawah lipatan amplop, memotong apa yang sebelumnya terekat rapat, sehingga menumpahkan rahasia di dalamnya. Nama gadis itu terdengar seperti sebuah lantunan harapan bagi para pemuja yang berhasrat, namun bahkan Plan pun terpaksa mengakui bahwa hal itu tidaklah sesuai dengan keseluruhan sosoknya. Pray amat cerdas dan penuh intuisi, dan memiliki kebiasaan menjengkelkan dengan memusatkan matanya yang bundar kepada Plan sehingga membuatnya curiga bahwa gadis itu tidak benar-benar memercayai ucapannya.

Pray Pasanicha Kulsingh. Pikiran tentang gadis itu menarik Plan untuk ingin segera beranjak dari tempat tidur. Namun lengan bayi besar yang berjam-jam melingkari pinggangnya menahan.

"Mau ke mana?"

Plan mengurungkan niatnya untuk bangkit. "Mengapa bangun? Kau baru tidur selama dua jam lebih."

"Sebenarnya aku belum tidur sama sekali. Aku hampir tertidur jika kau terus membelai kepalaku, tapi kau tidak melakukannya."

" ... "

"Plan ..."

"Hmm?"

"Aku suka ..."

Alis Plan menyatu. "Suka?"

Mean bergerak mendekat, membuat tubuh mereka menempel semakin rapat. "Aku suka memelukmu seperti ini ..."

Plan bungkam. Mencoba mengabaikan tatapan Mean yang terasa tak asing di antara keremangan cahaya lampu tidur. Perutnya bergejolak. Ada sensasi abnormal di dalam sana yang membuat ia merinding ngilu. Sebuah pemikiran aneh menyiksa kepalanya, namun ia coba mencegah.

Pray Pasanicha Kulsingh. Gadis itu pernah memberitahunya sebuah teori, yang dengan mutlak Plan patahkan, dan ia tolak mentah-mentah. Sesuatu yang pernah mengusik dan membuatnya merasa kacau untuk waktu yang lumayan lama. Yang ia tahu hanyalah, Pray menatapnya dengan cara yang berbeda. Itu adalah hal yang membuat Plan dengan mudah menentang teorinya, dan meyakini bahwa gadis itu hanya berupaya menutupi rasa sakit hatinya saja.

Kepala Plan pusing. Dan perutnya masih merasakan sensasi aneh itu lagi. Dalam hati ia mengutuk cara Mean menatapnya. Tatapan yang mirip sekali, dengan yang pernah ia dapatkan dari Pray dahulu.

"Tolong berhenti. Aku benci ditatap seperti itu."

Dalam kebingungan, Plan menutup matanya rapat-rapat, mencoba membuat semuanya tampak biasa. Mulutnya seolah dipenuhi oleh rasa karat yang menyiksa. Bodoh, pikirnya. Untuk apa ia seperti ini? Semua akan menjadi normal sesuai keinginannya. Ia harus yakin bahwa kali ini semua akan baik-baik saja. Tidak akan ada cerita lama yang berulang, karena ia akan menghindarinya.

***

"Tidak biasanya kau diam seperti ini."

"Itu karena kau juga diam saja sejak tadi, jadi aku tertular."

A B I E N C ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang