"...Jadi, percepatan gravitasi kedua benda tersebut adalah 2,86 m/s². Bimbingan malam ini selesai, mari kita tutup. Apakah malam besok kita bimbingan lagi?" tanya Pak Surya.
"Iya, Pak," jawabku.
"Sebenarnya, Bapak kasihan dengan kamu. Sekarang, bagaimana, masih sesak?" tanya Pak Surya.
"Masih, Pak. Tapi, nggak apa-apa lah," jawabku sambil mengulum senyum. Aku menyandarkan tubuhku ke dinding kamar untuk mengurangi sesak.
"Mengapa kamu gigih sekali, Nak? Padahal, sebenarnya bisa saja kamu menyerah," tanya Pak Surya lagi.
Aku terdiam, teringat masa kecil yang menjadi alasanku tetap berjuang.
~Story of Two Dreams~
8 Tahun yang lalu, di kamar rumah sakit.
"...Tim Olimpiade Fisika Indonesia berhasil meraih 5 medali, yaitu 1 medali emas, 3 perak, dan 1 perunggu di International Physics Olympiad ke-40 di Merida, Yukatan, Meksiko, 12-19 Juli 2009," aku dan Mama menonton berita televisi dengan saksama.
"Mereka adalah Fernaldo Richtia Winnerdy dari SMAK BPK Penabur Banten, Winson Tanputraman dari SMAK 1 BPK Penabur Jakarta, Dzuhri Radityo Utomo dari SMAN I Yogyakarta, Andri Pradana dari SMAK I BPK Penabur DKI Jakarta, dan Paul Zakharia Fajar Hanakata dari SMAN I Denpasar, Bali."
Para wartawan mewawancarai siswa-siswa peraih medali olimpiade.
"Tim TOFI Indonesia di Meksiko bersaing dengan 317 siswa dari 71 negara. Tahapan kompetisi IPhO dibagi menjadi dua, yaitu 3 soal teori yang berlangsung selama 5 jam, dan 2 soal eksperimen juga selama 5 jam.
Penganugerahan medali dan honorable mention dilakukan pada acara penutupan yang berlangsung pada 19 Juli 2009 pukul sembilan pagi."
Berita selesai. Mama mematikan televisi.
"Mereka hebat ya, Ma. Pintar sekali," ujarku.
"Iya, Nak. Selain pintar, mereka pasti belajar dengan tekun," kata Mama.
"Aku ingin bisa seperti mereka," kataku penuh harap. "Tapi, aku kan sakit parah, Ma. Kayaknya, tak akan bisa."
"Adrian, dengarkan Mama. Kita tidak tahu masa depan seperti apa. Sekarang, memang kamu sakit-sakitan, harus homeschooling. Tidak bisa ikut lomba ini-itu. Bahkan, tak bisa merasakan bangku sekolah seperti teman-temanmu.
Tapi, siapa yang tahu, jika di masa depan nanti, kamu menjadi juara? Jika kamu akan mendapatkan medali itu? Kita tidak pernah tahu masa depan, Nak. Hal yang mustahil di zaman sekarang, bisa jadi mungkin di masa depan..." jawab Mama.
"Berarti, meskipun sakit, aku masih bisa menjadi juara kan, Ma?" ujarku.
"Bisa, Nak. Yang penting, sekarang kamu belajar baik-baik, agar suatu saat nanti kamu menjadi juara. Janji ya, akan belajar sebaik mungkin?" Mama mengacungkan kelingking.
Aku mengaitkan kelingkingku ke kelingking mama.
"Aku janji, akan membuat Mama bangga."
~Story of Two Dreams~
"Adrian, kok bengong?" tanya Pak Surya.
"Eh, nggak apa-apa kok, Pak. Cuma teringat masa kecil," jawabku.
"Masa kecil apa?"
"Waktu itu, aku pernah melihat berita para siswa yang juara IPhO di televisi. Ada yang dapat medali emas, perak, atau perunggu. Mereka keren banget, aku ingin juara seperti mereka," jawabku.
"Dan aku tidak mau impianku hancur, hanya karena aku sakit. Aku juga ingin membanggakan Mama dan Papa, bukan hanya membuat mereka sedih."
Ya, selama ini aku hanya bisa membuat Mama dan Papa bersedih.
"Kamu benar-benar gigih dan berbakti. Pertahankan ya, Nak," pesan Pak Surya sambil mengelus rambut hitamku.
"Bapak pamit dulu, Dri," kata Pak Surya. Aku pun menyalami tangan beliau.
Aku mengantar Pak Surya menuju halaman rumah dan membuka pagar. Pak Surya menghidupkan motor beliau, kemudian mengendarainya ke luar.
"Selamat tinggal, Adrian!" kata Pak Surya.
"Hati-hati di jalan, Pak!" jawabku.
Aku mengunci pagar, lalu kembali ke dalam rumahku.
~Story of Two Dreams~
Pagi hari di rumah. Aku membolak-balik halaman buku Fisika Dasar, bab pusat massa dan momentum linier.
Tumbukan tak elastis, kecepatan pusat massa, Hukum Kedua Newton untuk Sistem Partikel, ah. Tidak ada yang ku mengerti dari teks-teks ini.
Karena aku tidak juga paham dengan pelajaran ini, aku berbaring di kasur. Aku melihat seragam sekolah tergantung di pintu.
Ah, kapan aku masuk sekolah lagi?
~Story of Two Dreams~
Hai!
Bab 3 sudah update. Jika kamu suka, mohon vote dan komentarnya ^^Silahkan memberi saran dan kritik, tapi dengan cara yang baik. Terima kasih!
KAMU SEDANG MEMBACA
A Medal For Adrian
Teen Fiction"Kamu aneh, Adrian. Sakit-sakitan, masih juga ikut olimpiade". Aneh ya? Bukankah itu definisi dari pantang menyerah? Memangnya, orang yang sakit parah nggak boleh bermimpi, ya? Nggak boleh punya impian seperti orang sehat? "Yaelah, Dri. Orang seh...