Bab 25 : Berangkat

1.1K 64 0
                                    

     Ku pandangi pantulan diriku di cermin. Rumah sakit ini memang cukup unik, ada cermin di setiap kamarnya. Entah untuk apa.

     Rambut mangkuk lurusku acak-acakan. Kantung hitam di bawah kedua mata. Mata coklat yang redup, hanya sedikit bersinar. Konsentrator oksigen di sampingku. Badan yang semakin kurus.

Terlalu lemah dan penyakitan, bahkan untuk berjuang.

Tuhan, bahkan aku tak bisa hidup seperti orang sehat. Apa aku juga tidak mungkin menjadi juara?

     Aku buru-buru menggeleng. Tidak. Tidak boleh aku bersikap pesimis seperti ini. Tidak boleh aku menyerah sebelum bertempur.

Tapi... Apa aku sudah yakin?

    "Kamu yakin, akan tetap ikut OSN?" Tanyaku kepada diri sendiri. Kupejamkan mata, terlintas berbagai perkataan orang di benakku.

    "Lo aja sakit terus. Gimana mau juara olim? Jelas-jelas gue lebih pintar dari lo"

"Ingat, lo itu kuat. Jangan menyerah, ya?"

"Bukan aku yang akan jatuh. Tapi kamu, siswa dengan cystic fibrosis parah, yang sok berambisi, dan akhirnya jatuh karena sakit!"

"Janji, akan tetap berjuang, dan tidak menyerah,"

"Saya bukan ingin menjatuhkan semangat kamu, hanya... Bersikap realistis,"

    "Abang nggak boleh menyerah. Tetap berjuang, ya? Demi aku, masa kecil Abang,"

Aku mengambil napas panjang. Terbatuk sebentar. Menyunggingkan senyum.

"Ya, aku yakin. Aku akan tetap menggapai mimpiku,"

~Story of Two Dreams~

Ternyata, aku mengambil keputusan yang tepat.

    Kondisiku lumayan membaik setelahnya. Aku diizinkan dr. Ismail untuk pulang. Bahkan, untuk mengikuti OSN. Dengan syarat diiringi perawat pribadi.

    Ya, meskipun sebenarnya aku masih bergantung pada oksigen tambahan. Kanul masih bertengger di hidungku. Rencananya, saat berangkat, aku akan menutup wajahku dengan masker.

Besok, aku akan berangkat ke Pekanbaru, tuan rumah OSN 2017. Aku kini sedang memasukkan barang-barangku ke koper.

"Baju, buku fisika, celana... Oh! Obat-obatan!" Ujarku.

Ah, hampir saja. Aku pun segera mencari botol tablet enzim, perangkat nebulizer, dan obat-obatan lainnya. Ku masukkan ke tempat terpisah.

Selangkah lagi, satu mimpiku akan tercapai. Ku sambut kesempatan ini dengan penuh semangat.

~Story of Two Dreams~

    "Perhatian. Para penumpang pesawat Wings Air dengan nomor penerbangan IW **** tujuan Pekanbaru dipersilakan naik ke pesawat udara melalui pintu nomor * . Terima kasih."

    "Adrian, baik-baik di Pekanbaru, ya?" Kata Mama. "Jaga kesehatan terus, jangan sampai tambah parah. Linda, tolong jaga Adrian,"

Kak Linda, perawat pribadi baruku itu mengangguk.

"Semangat ya, Bang! Nanti, bawa medalinya ke rumah!" Kata Ara.

"Iya. Pasti itu," ujarku yakin.

Aku, Mama, Papa, dan Ara berpelukan cukup lama. Pelukan hangat, yang sebenarnya tidak ingin ku lepaskan.

"Cepat, Dri! Nanti ketinggalan!" Teriak Aldo.

Aku melepas pelukan.  "Ma, Pa, Ra, aku berangkat, ya?"

Papa mengangguk. "Hati-hati,"

Aku meninggalkan keluargaku, bergabung dengan rombongan perwakilan provinsi menuju pesawat. Mbak Linda mendampingiku di belakang.

"Lelet banget sih. Oh iya, lo kan sebelumnya nggak pernah naik pesawat, ya?" Sindir Aldo.

Aku mengabaikannya.

Aku menghampiri Ridho. "Eh, Ridho! Kamu lulus lagi? Selamat!"

Ia memperhatikanku sebentar, mungkin bingung denganku yang memakai masker. "Oh, Adrian! Makasih, selamat juga," jawabnya.

Aku dan Ridho pun asyik mengobrol. Sesekali ku keraskan suaraku yang kurang jelas.

Setibanya di pesawat, kami pun menduduki kursi masing-masing. Aku duduk di sebelah Ridho.

     "Para penumpang yang terhormat, selamat datang di penerbangan Wings Air IW-**** dengan tujuan Pekanbaru. Penerbangan ke Pekanbaru akan kita tempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam, dengan ketinggian...."

"Sebelum lepas landas kami persilahkan kepada anda untuk menegakan sandaran kursi, menutup dan mengunci meja-meja kecil yang masih terbuka dihadapan anda mengencangkan sabuk pengaman, dan membuka penutup jendela.

Atas nama Wings Air, kapten dan seluruh awak pesawat yang bertugas mengucapkan selamat menikmati penerbangan ini, dan terima kasih atas pilihan anda untuk terbang bersama Wings Air."

Aku memandang kota melalui jendela. Kota yang akan kutinggalkan sementara....

Bye-bye Mama, Papa, and Ara. Also, hello OSN!

~Story of Two Dreams~













Hai! Update lagi. Semoga suka! Maaf kalau kurang memuaskan.

Terima kasih telah membaca! See you soon!


A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang