Bab 4 : Bully

1.7K 112 8
                                    

Aku memakai seragam sekolah sambil menatap bayanganku di cermin. Badanku kurus. Kulitku putih pucat. Dada dan perutku penuh luka operasi. Wajahku biasa saja, hanya mata sipit berwarna coklat dan bibir yang juga pucat. Kanul hidungku sudah ku lepas sejak kemarin.

Kancing seragamku miring. Aku pun merapikan kancing-kancing miring ini. Setelah rapi, aku memakai rompi abu-abu bermotif kotak-kotak, khas sekolahku.

"Adrian!" teriak seseorang, sepertinya
dari luar pagar. Pasti Kevin, sahabat sekaligus tetanggaku yang hobi mengajak berangkat bareng.

"Mama, Papa, aku berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum," pamitku sambil menyalami tangan kedua orang tuaku.

"Waalaikum salam, baik-baik di sana, ya!" ujar Mama.

Aku pun membuka pagar, lalu menaiki motor Kevin.

"Tante, Om, kami berangkat dulu!" pamit Kevin kepada Mama dan Papaku. "Eh, Adrian, lo belum pake masker."

"Oh iya," ujarku. Aku pun memakai masker hitamku. "Sudah."

Motor pun berjalan menuju SMA Cahaya Bangsa, sekolah kami.


~Story of Two Dreams~

"Dah, Adrian!" kata Kevin sambil melambaikan tangan.

"Dah, Vin!" jawabku.

Kami berpisah di koridor ini. Kami berbeda kelas. Aku kelas 10 IPA 1, sementara Kevin kelas 10 IPS 3.

Aku memasuki kelasku, mengambil absen mandiri, dan duduk di kursiku.

"Eh Adrian, sudah masuk?" kata Ifan, sahabatku yang lain.

"Sudah, Fan," jawabku sambil melepas tas ranselku.

"Syukurlah," ujar Ifan. Ia melanjutkan membaca novel.

Aku mengeluarkan rubik dari dalam tas, lalu memainkannya hingga bel berbunyi.

~Story of Two Dreams~

"Pak Rama, aku izin bimbingan olimpiade dulu," pamitku kepada Pak Rama

"Gue juga, Pak," kata Aldo, anggota tim olimpiade fisika juga.


"Ok Adrian, Aldo," jawab Pak Rama. Kami pun pergi menuju ruang ekskul olimpiade fisika.

"Nggak lama-lama di rumah sakit aja lo?" tanya Aldo, menyindirku.
Aku diam saja.

"Lo aja sakit terus. Gimana mau juara olim? Jelas-jelas gue lebih pintar dari lo," ujarnya lagi. "Oh," jawabku akhirnya.

Aku kesal. Aku mempercepat langkahku mendahului Aldo.

Aldo memang seperti itu. Ia lebih pintar dariku, namun sombong. Ia suka menyindir, menghina dan membully-ku. Tapi, biarlah. Aku malas meladeninya.

Sampai juga aku di ruang ekskul olimpiade fisika. Aku memasuki ruangan, lalu mencari tempat duduk.

Tak lama kemudian, Pak Surya datang.

"Eh, Adrian sudah sehat!" kata Pak Surya senang.

"Iya, Pak" jawabku sambil tersenyum.

Aldo menatapku sinis, sementara aku memperhatikan Pak Surya yang akan menjelaskan pelajaran fisika.

"Selamat pagi, anak-anak. Hari ini, kita akan melanjutkan membahas Dinamika Rotasi. Kita akan membahas momen inersia. Momen inersia adalah hasil kali antara massa partikel dengan kuadrat jarak partikel tersebut terhadap sumbu rotasinya."

A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang