Bab 8 : Diagnosis Baru

1.8K 76 0
                                    

"Adrian mengidap CFRD. Cystic fibrosis related diabetes, atau kalau diartikan, diabetes yang berhubungan dengan fibrosis kistik," papar dr. Ismail akhirnya.

"Diabetes?" Tanya Papa heran. "Bagaimana bisa?"

"Diabetes tipe ini, disebabkan lendir kental dan lengket menyebabkan jaringan parut di pankreas. Akibatnya, pankreas tidak dapat memproduksi hormon insulin.

Penyakit ini tidak bisa dicegah. Namun, penyakit ini bisa dikontrol dengan cara menjaga agar kadar gula darah tetap normal, atau mendekati normal."

"Bagaimana cara mengontrolnya, dok?" tanya Papa.

    "Penyakit ini dapat dikontrol dengan suntik insulin, diet khusus, cek gula darah, dan aktif berolahraga. Dan, kamu perlu menghitung berapa banyak karbohidrat yang kamu konsumsi, agar disesuaikan dengan kebutuhan insulin," dr. Ismail mulai melirikku.

    "Pak, aku akan mengikuti olimpiade fisika tingkat kota. Lombanya sekitar beberapa minggu lagi. Aku butuh izin Bapak. Bolehkah?" Tanyaku. Aku ingat, Pak Surya pernah mengatakan kepadaku bahwa aku butuh izin dokter untuk mengikuti olimpiade.

   "Olimpiade fisika, ya.... Boleh, tapi saran saya, jangan belajar terlalu keras. Kondisi tubuhmu tidak memungkinkan untuk diforsir," jawab dr. Ismail sambil memperbaiki letak stetoskopnya.

"Tuh, Adrian....Belajar dengan tekun, tapi jangan berlebihan," ujar Papa.

"Saya akan meresepkan sejumlah obat-obatan, termasuk insulin. Ini," dr. Ismail menyerahkan resep ke tanganku.

Aku membaca daftar obat-obatan yang harus ku konsumsi, Ah, sebanyak ini. Aku menghela napas lagi.

"Terima kasih, Pak," kataku.

"Sama-sama."

Aku dan Papa keluar dari ruangan dokter, berjalan menuju apotek rumah sakit.

~Story of Two Dreams~

     "Dua Minggu lagi menjelang seleksi tingkat sekolah. Dan, 3 minggu lagi menjelang Olimpiade Sains Tingkat Kota. Mulailah persiapkan dari sekarang, jangan banyak bersantai lagi," Pak Surya mengawali bimbingan dengan sebuah peringatan.

"Tiga minggu lagi, ya..." gumamku.

"Karena kita sudah membahas semua materi, mulai sekarang, kita akan lebih fokus membahas soal. Daniel, sebagai sekretaris, sudahkah kamu memfotokopi soal tahun kemarin?"

"Sudah, Pak," Daniel memperbaiki letak kacamatanya.

"Baik, bagikanlah,"

Daniel membagikan lembaran soal OSK tahun lalu.

Aku menutup mulutku yang menguap. Huh, kantuk berlebihan ini menggangguku lagi.

"Adrian, kamu kan baru saja cuci muka? Kok, ngantuk lagi?" Pak Surya heran.

"Biasalah Pak, orang penyakitan kayak dia. Lemah," ujar Aldo.

"Kamu nggak sadar, kalau kamu sakit juga? Hati lo tuh sakit, akibat dengki sama Adrian," sela Kak Ranya.

"Dengki sama Adrian? Ih, untuk apa dengki sama orang penyakitan kayak dia?" Sahut Aldo lagi.

"Terus, kenapa kamu bully Adrian terus?"

"Kenapa Kakak belain Adrian terus? Suka?" Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Aldo.

Seketika itu juga, pipi Kak Ranya memerah.

"Ciee! Jadi malu, deh," goda Daniel.

"Uhuk! Keselek pintu!"

"Suit-suit...."

"Ya ampun, Adrian masih polos gitu...."

"Ternyata Ranya suka sama Adrian, guys!"

Ini apa sih? Aku tidak mengerti.

"DIAM!" teriak Kak Ranya akhirnya.
Suasana pun mendadak hening, berubah 180 derajat.

"Cukup?" Tanya Pak Surya.

Tak ada suara.

"Baiklah, siapa yang mau mengerjakan soal nomor satu?"

Aku mengangkat tangan dengan ragu.

"Baiklah, Adrian."

Aku maju ke depan kelas, mengerjakan soal nomor satu. Ragu, tapi akhirnya selesai juga.

Aku menaruh spidol dan kembali ke kursiku.

Pak Surya mengamati jawabanku sebentar. Benarkah yang ku kerjakan?

"Jawaban nomor satu benar."

    Suara tepuk tangan terdengar. Jawabanku benar? Ah, aku benar-benar tidak menyangka.

    Aldo menatapku sinis di seberang. Telapak tangannya mengepal. Tak suka.

Pak Surya menjelaskan jawabanku, lalu membahas soal yang dikerjakan siswa-siswi lainnya.

Dua minggu menjelang seleksi tingkat sekolah.

Tiga minggu menjelang olimpiade tingkat kota.

Dengan dua penyakit ini....

Akankah aku bisa?

~Story of Two Dreams~



A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang