bab 19 : Terungkap

919 60 6
                                    

    Tanpa menunggu lama, ambulans datang. Para perawat mengangkat Mama ke dalamnya. Aku ikut masuk.

Mama, bertahan ya..., gumamku.

    Kami sampai di rumah sakit. Mama dipindahkan ke IGD, diberi pertolongan darurat. Aku memandang Mama nanar. Cemas, takut, khawatir.

Inikah yang Mama rasakan ketika penyakitku kambuh?

Dr. Ismail datang, memeriksa Mama sebentar.

"Sebenarnya, Mama kenapa, Pak?" Tanyaku.

    "Maaf, Adrian. Diagnosis medis bersifat rahasia. Tidak boleh dibocorkan kepada siapapun,"

"Tapi aku anaknya, Pak,"

"Maaf, Dri," dr. Ismail pun melangkah, meninggalkanku dalam kebingungan.

~Story of Two Dreams~

    Kondisi Mama telah stabil. Mama dipindahkan ke kamar biasa. Papa datang setelah ku telepon.

"Mama kambuh lagi, Dri?"

Hah, kambuh?

"Kambuh? Memangnya, Mama sakit apa, Pa?"

"Papa nggak bisa kasih tahu kamu. Mama melarang,"

    Aku menghela napas kasar. Mama, dr. Ismail, bahkan Papa tidak mau memberitahuku. Sebenarnya ada apa, sih?

Aku menoleh ke kasur. Mama bangun.

"Mama, sudah sadar?" Aku mendekati Mama.

Mama mengangguk.

   Aku terdiam. Tidak mungkin langsung menanyakan kondisi Mama. Papa pergi memanggil dokter.

Meskipun aku tak tahu diagnosis Mama, setidaknya, Mama sudah sedikit lebih baik.

~Story of Two Dreams~

Keesokan harinya, di hari libur.

Aku datang menjenguk Mama. Seperti biasa, aku membawa sedikit makanan dari rumah.

"Assalamu'alaikum. Mama, aku datang!" Ujarku sambil berjalan masuk.

"Waalaikum salam, Dri," jawab Mama.

Aku duduk di kursi. "Sudah agak baikan, Ma?" Aku berbasa-basi.

"Sudah, Nak. Maaf ya, kemarin Mama bikin kamu repot,"

"Nggak apa-apa, Ma. Kayaknya aku lebih sering bikin repot, deh," ujarku.

    Kami mengobrol sebentar, lebih banyak membicarakan hari-hariku kemarin. Aku menceritakan yang baik-baik saja, agar tidak memperburuk kondisi Mama.

Sampai tiba-tiba Mama mengalihkan pembicaraan.

    "Adrian, soal kondisi Mama.... Mama sudah memutuskan untuk kasih tahu kamu. Tapi ini kabar buruk," wajah Mama berubah menjadi muram.

"Apa, Ma?"

"Mama..." Suara Mama tertahan.

Aku memperhatikan Mama seksama, menunggu kata-kata selanjutnya.

"Mama.... Kena cystic fibrosis juga."




















A/n :

Jika kalian bingung dengan nama penyakit yang tidak konsisten disebutkan, akan saya jelaskan.

Semua tokoh menyebutkan penyakit yang diidap Adrian dengan nama internasional/Inggrisnya : cystic fibrosis.

Kecuali Adrian. Ia menggunakan nama Indonesianya (fibrosis kistik), karena Adrian adalah orang yang cukup kaku dalam berbicara.

Itu saja. Sekian update hari ini. Terima kasih telah membaca!

Kalau suka, jangan lupa vote dan komentar, ya!

See you soon!


A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang