Bab 15 : Tantangan Alden

920 64 7
                                    

Di kamar hotel.

Aku membuka aplikasi WhatsApp, mencoba menelepon Ifan. Ah, lama-lama aku kangen juga dengan sahabatku itu.

"Halo? Assalamu 'alaikum, Adrian," sapa Ifan di seberang sana.

"Waalaikum salam. Apa kabar, Fan? Sehat?" Tanyaku.

"Sehat, Dri. What are you doing?"

"Lagi rebahan, selesai pelatihan tadi sore. Kamu?"

"Lagi ngerjain tugas makalah, untuk presentasi besok. Pelajaran biologi. Eh, kamu gimana disana? Enak?"

     "Lumayan, lah. Teman sekamarku baik, namanya Ridho. Tapi, dua saingan olimpiadeku cukup menyebalkan. Aldo tadi melempariku gulungan kertas, isinya kata-kata yang bisa membuat semangat hancur. Alden, aku ajak kenalan malah ketus. Tapi, nggak apa-apa lah," jawabku panjang lebar. "Kalau kamu?"

    "Nggak enak di sekolah. Aldo memang tidak ada, tapi teman satu geng-nya selalu membully aku dan Kevin. Padahal, kami nggak pernah ganggu mereka. Tugas juga banyak banget. Siap-siap kalau kamu ke sekolah, disambut tugas menumpuk!"

Aku tergelak.

Kami mengobrol cukup lama, sebelum akhirnya Ifan pamit karena ingin melanjutkan tugas.

"Sudah dulu ya Dri. Mau lanjutkan tugas,"

"Ok, Fan. Dah"

Aku pun menutup telepon.

~Story of Two Dreams~

"Adrian!" Teriak seseorang di koridor hotel. Aku menoleh.

    "Kamu sekarang lebih pintar, ya? Kemarin, jawabanku salah. Kamu yang mengoreksi. Padahal, aku tahu kamu itu bodoh," ujar Alden. Ia menyeringai, tatapannya meremehkan.

    "Kok kemarin kamu bisa lulus OSK, sih? Menyontek siapa?" Tanya Alden lagi. Nada kalimatnya membuatku ingin melemparinya gulungan kertas dari Aldo.

     "Menyontek? Nggak, kok. Memangnya aku sebodoh apa, sih? Iya, aku tahu kamu genius. IQ-mu 165, kan? Ayahmu lulusan MIT, dan ibumu lulusan Harvard? Kalau dibandingkan denganku, aku memang bukan apa-apa," jawabku, menjawab apa yang ingin didengarnya dulu. Seolah merendahkan diri.

    "Nah, itu kamu tahu. Hanya anak-anak genius sepertiku yang bisa lulus OSK! Kamu itu, penyakitan, otak pas-pasan, juara olimpiade hampir nggak pernah, tiba-tiba lulus OSK? Pasti keberuntungan.

    Ingat, saat kamu ikut olimpiade di sekolahku? Aku masih ingat, nilaimu tidak lebih dari minus 15. Bodoh sekali," kali ini, Alden lebih jelas kesombongannya.

     Ah, mentang-mentang otak genius! Aku yang tidak pintar ini malah dihinanya. Dikiranya aku akan diam saja dihina seperti itu? Nilai minus 15 itu kan, karena pertama kali aku ikut olimpiade!

Aku menarik napas perlahan. Akhirnya, aku menjawab dengan sebuah sindiran halus.

   "Oh, aku memang sebodoh itu, ya? Nggak apa-apa. Lebih baik aku bodoh, tapi mau terus berusaha. Daripada kamu yang jenius, tapi sombong, terlena, dan kemudian jatuh dikalahkan orang!"

    Seringai Alden semakin lebar. "Bukan aku yang akan jatuh. Tapi kamu, siswa dengan cystic fibrosis parah, yang sok berambisi, dan akhirnya jatuh karena sakit!

Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan menuju OSN. Besok," tantangnya.

Tunggu. Darimana ia tahu penyakitku? Ah, tak penting. Yang penting, aku terima tantangan Alden.

"Ok! Aku terima tantangan itu!" Jawabku yakin.

"Lihatlah besok, aku pasti bertahan," ujar Alden, seraya beranjak pergi. Ia membelakangiku.

Lihatlah besok, akan ku buktikan tantangan itu, batinku, lalu kembali ke kamar.

~Story of Two Dreams~

Hari Olimpiade Sains tingkat Provinsi telah tiba. Hari dimana aku akan melakukan tantangan Alden, membuktikan bahwa aku tak sebodoh yang dipikirkannya.

"Sudah siap, Dri?" Tanya Ridho.

"Aku rasa sudah," jawabku. Aku sudah mempersiapkan diri sejak hari-hari sebelumnya.

Saat aku dan Ridho berjalan, tiba-tiba Aldo datang. Ia menabrak bahuku, sehingga aku jatuh.

"Sori, sengaja," ujar Aldo, lalu berjalan kembali.

Ridho membantuku berdiri. "Sabar ya, Dri."

"Nggak apa-apa, Dho. Dia satu sekolah denganku. Memang seperti itu," ujarku.

     Kami pun kembali berjalan. Setelah tiba di ruangan masing-masing, kami berpisah. Aku memasuki ruanganku, lalu duduk di salah satu bangku kosong. Tak lama kemudian, Alden tiba di bangku sebelahku.

"Wakktunya telah tiba. Mari kita lihat, siapa yang akan bertahan," ujarnya tenang, namun menantang.

Aku mengiyakan dalam hari dengan yakin.

"Perhatian, sebentar lagi Olimpiade Sains tingkat Provinsi akan segera dimulai. Saya akan membacakan peraturan pengerjaan soal..."

Sementara salah seorang pengawas membacakan peraturan, pengawas lain membagikan lembar soal dan lembar jawaban.

"... Sekian peraturan ini. Sebelum olimpiade dimulai, para peserta dipersilakan berdoa menuju agama dan kepercayaan masing-masing. Berdoa, mulai,"

Aku pun berdoa, semoga dimudahkan dalam mengerjakan soal-soal ini, dan agar bisa bertahan menuju OSN.

Setelah berdoa, aku pun mulai mengerjakan soal.

~Story of Two Dreams~






Hai!
Terima kasih sudah membaca!
Jangan lupa vote dan comment, ya!


Catch you later,

Oliv

A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang