Bab 7 : Gejala

1.7K 87 4
                                    

"Adrian?" Seseorang bersuara ketika aku membuka mata. "Kamu sudah sadar?"

    Aku mengerjap-ngejapkan mataku. Kepalaku masih terasa pusing. Aku sedikit bingung, ini dimana?

     Aku mencoba memperhatikan kamar ini. Seprai berwarna krem, dinding oranye, pintu kayu coklat, oh. Aku baru sadar, ini di kamar Pak Surya.

"Yang lain kemana, Pak?" Tanyaku.

    "Mereka sudah pulang duluan. Kan, jam bimbingan sudah selesai. Ini, ada jus mangga untuk kamu. Minumlah," Pak Surya menyodorkan segelas jus mangga. Aku mengambilnya, dan meminumnya melalui sedotan. Enak.

"Kok tadi bisa pingsan, Nak? Kambuh lagi?"

"Nggak tahu juga, Pak. Tadi kelelahan, ngantuk, pusing saat ngerjain soal," jawabku.

"Akhir-akhir ini, sering mudah lelah?"

"Iya, Pak. Mungkin karena banyak aktivitas," jawabku.

     "Coba kamu periksa ke dokter, Dri. Kamu kan punya penyakit, takutnya kenapa-kenapa. Orang tua kamu tahu?"

    Aku menggeleng. Aku pikir, karena memang penyakitku seperti ini, kelelahan itu biasa saja. Bukan hal yang perlu ditakuti.

Tapi, jika aku sampai pingsan seperti ini, berarti ada yang salah.

     “Kalau kamu mulai kenapa-kenapa, bilang saja ke Bapak. Memang, kamu akan mengikuti olimpiade. Tapi jangan memforsir dirimu. Kalau sudah capek, atau sakit kamu tambah parah, istirahatlah."

“Tapi kan, sebentar lagi olimpiade tingkat kota, Pak. Kalau nggak banyak belajar, nanti nggak menang," jawabku.

"Ya, tetap belajar. Tapi semampunya saja."

Aku menghela napas. Ah, penyakit ini merebut waktu belajarku lagi.

"Kamu mau pulang? Bapak antarkan saja, ya?" Pak Surya menawarkanku.
Aku mengangguk. Toh, aku juga masih pusing.

Aku pun akhirnya pulang, diantar menggunakan motor Pak Surya.

Hari ini, benar-benar tidak terduga.

~Story of Two Dreams~

"Hah? Tadi Abang pingsan!?" Teriak Ara kaget saat mendengar ceritaku.

"Iya, Ra. Biasalah, kecapekan," ujarku.

"Sekarang, kamu nggak apa-apa?" Tanya Mama khawatir.

"Sudah agak baikan kok, Ma," jawabku.

"Oh, syukurlah. Ya sudah, sekarang, Adrian istirahat dulu, tidur," Kata Mama.

"Iya, Ma."

Aku pun berjalan ke kamar, tidur di atas kasur biruku.

~Story of Two Dreams~

    Untuk kesekian kalinya, aku meneguk air dari botol minumku. Haus lagi, minum lagi. Haus lagi, minum lagi.

Dan sekarang, aku merasa ingin buang air kecil.

"Bu, izin ke WC," kataku, meminta izin pada Bu Tari, guru biologi.

"Adrian, ini sudah 5 kali dalam satu jam pelajaran lho, kamu ke WC. Kamu sakit?"

    "Iya, Bu. Aku nggak tahan lagi, Bu. Izin ya, Bu!" Tak peduli lagi dengan izin Bu Tari, aku berjalan cepat menuju kamar mandi. Ini memang tidak sopan, tapi mau bagaimana lagi.

    Setelah memenuhi 'panggilan alam' di WC, aku pun kembali ke kelas. Belajar seperti biasa, dengan satu kelas yang memperhatikanku karena terlalu sering keluar kelas.

~Story of Two Dreams~

"Adrian, coba timbang berat badan lo. Akhir-akhir ini, lo kurus banget," ujar Kevin saat kami berada di UKS.

"Aku kan memang kurus seperti ini, Vin. Nggak ada yang perlu dikhawatirkan lah," ujarku.

"Tapi ini kurus banget, Dri. Tuh, lihat di cermin."

Aku memperhatikan bayanganku di cermin UKS. Ah, Kevin benar. Ini bukan kurus seperti biasanya.

     Aku menginjak timbangan, dan benar. Berat badanku hanya 45.  Dengan tinggiku yang sekitar 165, ini bisa dibilang underweight.

"Iya Vin, benar," ujarku.

"Tuh, kan. Gue takut, Dri. Nanti penyakit lo tambah parah lagi," kata Kevin. "Cepat-cepat periksa ke dokter, ok?"

    Aku mengangguk. Kulit kuning langsat Kevin tampak bersinar terkena cahaya matahari dari jendela. Tubuhnya tinggi, sekitar 170-an centimeter. Badannya berisi pula. Sangat jauh berbeda denganku.

"Kenapa lo perhatiin gue? Ke kantin, kuy. Gue laper," ujar Kevin.

"Ih, GR. Ayolah, ke kantin," ajakku.

Akhirnya, kami pergi ke kantin bersama. Sementara aku memikirkan kondisi tubuhku dengan khawatir.

Berat badan turun drastis, sering BAK, kelelahan sampai pingsan, sering haus...

Ada apa denganku?

~Story of Two Dreams~

"Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kami simpulkan bahwa Adrian...." dr. Ismail akhirnya mengumumkan hasil uji tentang penyakitku.

"Adrian kenapa, dok?" Tanya Papa.


"Adrian mengidap...." perkataan dr. Ismail terputus.

Mengidap apa?










Hai!
Ternyata masih bisa update hari ini. Alhamdulillah...

Gimana, suka bab ini nggak?  
Semoga suka lah yaa

Oh iya, mohon maaf nih, sepertinya Minggu depan nggak bisa update. Soalnya, author akan persiapan ujian MID. Tapi, Insya Allah Minggu depannya lagi bisa update. Maaf, ya!

Terima kasih sudah membaca, vote, dan komen!



A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang