Bab 21 : Terjatuh Lagi

1.4K 70 2
                                    

18 Juli 2017

    Dua bulan telah berlalu oleh ujian kenaikan kelas, classmeeting, dan liburan. Aku hanya liburan di rumah. Tidak ada yang spesial.

     Mama sudah sehat sejak sebulan lalu. Aku turut berbahagia. Tidak ada lagi masalah, kurasa.

   Sekarang, aku naik kelas 11. Aku sedang mencari kelas baruku di tabel daftar kelas. Oh, kelasku di 11 IPA 3.
Aku sekelas lagi dengan Ifan, tapi tidak dengan Aldo. 

Syukurlah. Setidaknya, kesempatanku untuk bertemu tukang bully itu berkurang.

"Adrian! Lo kelas mana?" Kevin menghampiriku.

"11 IPA 3. Kamu?" Tanyaku.

"11 IPS 2," jawab Kevin. "Wah, lo Sama Ifan sekelas lagi?"

"Iya"

"Wah, enak dong. Gue duluan, ya!"

"Dah, Vin,"

     Kevin meninggalkanku. Aku masih asyik membaca daftar nama teman-teman sekelasku. Ada beberapa yang masih sekelas. Ifan, Wahyu... Yang beda kelas juga banyak.

Aku pun berjalan menuju kelas baruku.

~Story of Two Dreams~

    "Selamat datang kembali, Adrian dan Aldo. Ini adalah bimbingan pertama kita di tahun ajaran baru. Siapkah kalian menghadapi OSN?" Tanya Pak Surya.

    "Gue sih siap, Pak. Yang disebelah gue nih, ga tau siap atau nggak. Ntar di OSN penyakit kambuh pula. Kan bikin malu sekolah," ujar Aldo.

"Adrian?"

    "Ya, belum sepenuhnya siap sih. Tapi, akan ku usahakan, Pak. Aku janji," jawabku.

    "Baiklah. Hari ini, kita akan membahas soal-soal OSN... Buka modul kalian, halaman 214,"

Kami membuka halaman yang dimaksud Pak Surya.

"Sekarang, coba kerjakan nomor 5, 8, dan 9,"

    Kami pun mengerjakan soal-soal yang dimaksud. Kami diberi waktu sekitar 1 jam. Lama? Karena soalnya esai semua.

1 jam berlalu. "Sudah selesai?" Tanya Pak Surya.

"Sudah, Pak," jawab kami, serempak.

Pak Surya pun menerangkan pembahasan soal yang kami kerjakan. 

"Untuk nomor 5, pertama, kita buat diagram gerak masing-masing bola. Setelah ini, gunakan hukum kekekalan momentum...."

Jadi, v2' sama dengan ⅓ v. Apakah jawaban kalian benar?"

Aku memeriksa jawabanku. Salah.

"Gue benar, Pak," ujar Aldo.

"Salah. Jawabanku ½v," kataku.

"Dasar otak pas-pasan. Itu aja salah," gumam Aldo.

    "Sudah-sudah. Sekarang, kita bahas nomor 8," Pak Surya pun menengahi, melanjutkan pembahasan.

~Story of Two Dreams~

Siang hari, di tengah bimbingan kedua.

"Uhuk! Uhuk!"

"Adrian, kalau mau batuk keluar sana! Ganggu, tahu?" Seru Aldo kesal.

"Maaf..." Kataku. "Pak, izin ke toilet, ya?"

Pak Surya mengangguk. Aku pun berjalan menuju toilet.

    "Uhuk! Uhuk!" Aku terbatuk-batuk sepanjang koridor. Entah mengapa, aku batuk terus hari ini. "Uhuk!"

Kuakui, perkataan Aldo benar. Batukku cukup mengganggu.

Bukan hanya batuk yang kurasakan. Dadaku mulai terasa sesak, entah mengapa.

Akhirnya, aku tiba di toilet.

    Aku segera berlari menuju wastafel. Ku muntahkan dahak-dahak kental itu. "Hoek!"

    Tapi, kenyataannya tidak semudah yang aku kira. Dadaku justru semakin sesak, nyeri pula. Badanku lemas.

    Aku terduduk di lantai toilet yang kering. Lemah sekali. Semakin sesak, seolah tak ada lagi oksigen.

    Ah! Aku harus berdiri! Masa iya, aku pingsan di tempat seperti ini?

    Aku berdiri, terhuyung berjalan kembali ke kelas. Sulit sekali. Gejala-gejala terasa semakin parah. Jalanku lambat sekali.  Ketika akhirnya aku tiba di kelas, Pak Surya dan Aldo menatapku aneh.

"Adrian? Kamu kenapa, sempoyongan gitu?"

"Hhh...Hhh..." Bahkan untuk sekedar berbicara, aku tak sanggup.

"Adrian?"

Rasa sakit ini semakin kuat. "Uhuk!Uhuk! Hhh..."

"Adrian! Lo kenapa!?" Suara itu terdengar khawatir.

Pandanganku semakin kabur. Tubuhku mulai limbung.

Ku rasakan seseorang menopang tubuhku. Mataku terpejam.

"ADRIAN!"

~Story of Two Dreams~

















Hai! Update lagi nih. Semoga suka!
Seperti biasa, kalau suka, jangan lupa vote dan komentar ya!

Terima kasih telah membaca!

A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang