Bab 18 : Mama

918 58 5
                                    

“Mama! Ada kabar gembi...” suaraku tertahan, aku tidak melihat Mama. Hanya ada Mbak Ani.

“Mama masih kerja, Mbak?” tanyaku heran. Mama bekerja sebagai fotografer. Biasanya, karena jam kerja yang fleksibel, Mama sudah pulang di siang hari. Apa Mama mendapat pesanan di waktu siang?

“Mama lagi di kamar, tidur. Lagi sakit, Jangan diganggu,” jawab Mbak Ani.

Mama sakit?

“Oalah... Makasih, Mbak. Padahal mau ngasih kabar gembira,"

“Sama-sama, Mas,”

Aku berjalan menuju kamarku, menaruh tasku di sana.

Ah, padahal aku ingin mengabarkan bahwa aku lulus di tingkat provinsi. Tapi, Mama lagi tidur.

Memangnya, Mama sakit apa sih?


~Story of Two Dreams~


Beberapa jam kemudian

Aku memasuki kamar Mama perlahan karena Mama memanggilku.

"Ke sinilah, Adrian," kata Mama. Aku mendekat ke kasur.

     Kuperhatikan penampilan Mama. Daster rumah, rambut bob acak-acakan, muka pucat, dan... kanul hidung? Sejak kapan Mama sakit separah ini?
     Aku melirik tabung oksigen di dekat kasur dengan heran.

    "Mama sakit, ya?" Tanyaku, membuka pembicaraan.
 

   "Ah, cuma sakit sedikit. Kata Mbak Ani, kamu mau ngasih kabar gembira. Kabar apa?" Jawab Mama.

"Oh... Aku lulus olimpiade tingkat provinsi Ma. Urutan kedua," aku tersenyum sejenak.

"Selamat ya, Nak. Belajar lagi, mau ikut OSN, kan?"

"Iya, Ma. Terima kasih," kataku. "Mama sudah ke dokter?"

"Sudah, Nak. Mama hanya kurang enak badan kok, jangan khawatir," Mama mengusap rambutku.

"Beneran, Ma? Kayaknya Mama sakit banget," ujarku tidak percaya. Mama tampak sangat menyedihkan, tidak mungkin sekadar kurang enak badan.

"Beneran, Nak. Mama nggak apa-apa. Sudah, kamu ke kamar dulu, ya? Belajar lagi. Mama istirahat dulu,"

"Iya, Ma,"

Aku kembali ke kamarku.

    Hanya kurang enak badan? Tidak mungkin. Jika memang benar, Mama tidak akan memakai kanul hidung dan tabung oksigen.

Mengapa Mama tidak mau jujur?

Jangan-jangan...

~Story of Two Dreams~

Aku mengerjakan latihan olimpiade fisika di ruang ekskul bersama Aldo.

"Adrian? Aldo sudah selesai latihan dari tadi. Kamu sudah nomor berapa?"

"Baru nomor tiga, Pak," jawabku.

"Susah soalnya?"

Aku menggeleng. Aku hanya tidak fokus karena memikirkan keadaan Mama. Hingga hari ini, kondisi Mama terus menurun.

"Lagi nggak fokus? Ada yang sakit?" Tanya Pak Surya lagi.

Aku diam.

"Ah, Pak. Biarin ajalah Kepiting Rebus itu. Otak pas-pasan sih," ujar Aldo.

    "Aldo, daripada kamu mengejek Adrian, lebih baik kerjakan nomor 11-15. Adrian, mari kita keluar sebentar. Ada yang ingin Bapak bicarakan," Pak Surya beranjak keluar. Aku mengikuti.

    "Ada hal yang mengganggu pikiranmu? Kamu tampak tidak fokus," Pak Surya memulai pembicaraan di luar ruang ekskul.

"Ada, Pak"

    "Apa? Ceritakan saja. Ini menjelang OSN. Jangan ada yang mengganggu pikiranmu,"

Aku pun menceritakan yang ku alami kemarin.

"Oh... Orangtua kamu benar-benar tidak mau memberi tahu?"

Aku mengangguk.

     "Begini, Adrian. Dari yang kamu ceritakan, memang sih, tidak masuk akal jika itu hanya kurang enak badan. Lebih masuk akal jika itu sakit yang lebih parah.

    Tapi, jangan karena tidak diberitahu, kamu menjadi khawatir berlebihan sampai tidak fokus seperti ini. Mungkin, Mama kamu nggak mau kasih tahu karena ingin kamu fokus OSN, biar nggak kepikiran.

Jadi, jangan terlalu dipikirkan, ya? Fokus. Percayalah, Mama kamu akan baik-baik saja,"

"Baik, Pak. Makasih,"

Kami pun kembali ke ruang ekskul. Aku kembali mengerjakan soal, tentunya dengan lebih fokus.

~Story of Two Dreams~

Sepulang sekolah
    "Mama!" Teriakku panik, melihat Mama terkapar di atas lantai. Napasnya memburu, beliau memukul-mukul dadanya. Aku segera menelepon ambulans.

"Selamat siang, dengan Rumah Sakit Kartika. Ada yang bisa dibantu?"

"Tolong kirim ambulans ke Jl. Nusa Tiga, nomor dua. Segera!" Desakku.

"Baik, segera kami kirim. Mohon ditunggu,"

"Terima kasih,"

Telepon mati. Dengan cemas, aku menunggu ambulans datang.

~Story of Two Dreams~





PS :

1. Jl. Nusa Tiga, RS Kartika hanya latar fiksi. Begitupun dengan SMA Cahaya Bangsa.

2. Jika saat membaca, jarak teksnya tampak terlalu jauh, mohon maaf. Saya sudah memperbaikinya sebisa mungkin, tapi sepertinya dari Wattpad sendiri yang error'.

Author's note :

Hai! Update lagi nih.
Terima kasih telah membaca!
Kalau suka, jangan lupa vote dan comment ya!

See you!

A Medal For AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang