" Maaf itu sapu tangan milik-- ku "
" . . . Woojin "
Lantas Jihoon merasa hatinya mulai tak karuan, antara sedih dan bahagia karena merasa tak percaya akan apa yang ia lihat didepannya sekarang ini, lelaki yang masih sangat ia cintai ada dihadapannya sekarang, tak dapat dipungkiri rasa gundah dalam hatinya menyeruak begitu saja. Bahagia bercampur haru yang ia rasakan terus membuncah
Namun tak sampai beberapa menit ia merasakan kebahagiaan itu, rasanya seolah sirna bagaikan api yang tersiram oleh air yang seketika lenyap tanpa sisa saat dengan mudahnya Woojin pergi meninggalkannya bahkan tanpa sapaan hai atau pun halo atau sekedar menanyakan bagaimana kabarnya, seakan ia menganggap Jihoon seperti patung yang hanya dilihat lalu ditinggalkan begitu saja
Terdiam dan hanya bisa menatap kepergian Woojin, perasaan itu kembali lagi, rasa sakit ditinggalkan tanpa diberi kabar. Hatinya hancur bagaikan tersayat oleh sembilu, dia yang berjalan semakin jauh apakah tak ingin kembali lagi untuk sekedar menegur dengan senyuman ?
" Aku merindukanmu Woojin, tak bisa kah kau tersenyum padaku walaupun sedikit " lirihnya, yang terdengar perih dan sakit
Meskipun demikian, Jihoon masih mencoba untuk tersenyum dan menguatkan hatinya, ia tak ingin terpuruk berlarut-larut, ia ingin memulai hidup barunya. Ah bukankah Jihoon sudah berfikir seperti ini sejak beberapa bulan lalu ? yah benar namun ia kembali memupuk rasanya setelah melihat orang itu kembali lagi tapi seketika sirna saat dia seolah tak mengenalinya lagi
" Nona Park~~ "
Jihoon terlonjak, sesegera mungkin ia mengusap airmatanya dan berusaha menampilkan senyuman manisnya " Tuan Lee "
Tuan Lee tersenyum " saya suka dengan tatanan ruangan ini, anda memang bisa dipercaya nona Park "
Jihoon pun juga tersenyum menyambut pujian dari tuan Lee " terimakasih tuan Lee "
" Oh ya apa anda sudah bertemu dengan adik sepupu saya ? "
" Maaf adik sepupu anda yang mana ? "
" Oh berarti anda belum bertemu dengannya, namanya Woojin, Park Woojin "
Hatinya mencelos mendengar nama itu, jadi apa yang ia lihat tadi memang Woojin nya, orang yang selama ini ia rindukan dan sangat ia tunggu kehadirannya, Jihoon mencoba tersenyum " ah se- sepertinya saya belum bertemu dengannya " bohong bahwa Jihoon belum bertemu padahal sudah jelas orang itu ada dihadapannya
" Baiklah nanti saya akan mempertamukan kalian berdua "
Jantung Jihoon kembali berdegup kencang, bertemu ? apakah bisa ? dan apakah dia mau untuk bertemu dengannya ?
.
.
.Tak terasa acara resepsi pernikahan tuan Lee sudah dimulai, para tamu sudah berdatangan, mulai dari kolega kerja dari tuan Lee atau nona Lee dan tak lupa juga para tamu spesial yakni dari keluarga besar mempelai pria dan mempelai wanita
Sedari tadi tatapan Jihoon hanya terpaku pada dua raja dan ratu semalam yang tengah berdiri bahagia disinggasana pernikahan, tuan Lee dan nona Lee sangat terlihat bahagia dan itu sangat nampak dari simpul senyum mereka yang begitu tulus
Disisi lain seorang pria terus menatap selembar sapu tangan berwarna putih dengan sulaman berbentuk angsa, sesekali matanya berkeliling kesana kemari entah apa yang ia cari " aku merindukanmu " gumamnya
Lamunannya terbuyar saat seseorang menepuk pundaknya
" Hei apa kau tak mau bergabung dengan kami ? "
" Ah aku-- "
" Ayolah apa kau datang kesini hanya untuk melamun saja "
" Tapi hyung-- "
KAMU SEDANG MEMBACA
1 20√e 980 (2Park) ✔
General Fiction1 20√e 980 (Implied Symbol) Menyiratkan sebuah makna mendalam ketika kata itu diucap kan 1 20√e 980 Simbol tentang kisah kita - Bahasa baku