Part 13

7.1K 664 57
                                        

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it. Part ini sangat panjang. Dan puter mulmednya, kali aja lebih ngefeel.

---OutofSight---

Author pov.

Mungkin sudah hampir sebulan semenjak kecelakaan itu, Asya masih belum sadar dari komanya.

Clay tak lagi menunggu Asya dirumah sakit, bukan karna tak mau. Tapi Clay sudah sedikit sadar, ia bisa menunggu Asya sambil melakukan hal lainnya.

Clay tetap datang setiap harinya, menyapa Asya setiap pagi. Lalu akan datang lagi malam hari, sesekali akan menginap. Clay mengganti bunga didalam vas dengan bunga kesukaan Asya setiap paginya. Mengobrol dengan Asya walau tak ada jawaban dari gadis itu, ia tetap melakukannya.

Clay masih sering kali kedapatan menangis di apartemennya, atau setelah mengobrol dengan Asya. Hatinya masih tak kuat menatap tubuh lemah itu, rasanya masih tetap menyakitkan.

"Hai selamat pagi," Clay menyapa Asya dengan ceria seperti biasanya. "Nih aku bawa bunga kesukaan kamu." katanya. Lalu mengganti bunga di vas dan membuang yang telah layu ke tempat sampah.

Ia duduk dikursi samping Asya.

"Kamu kapan liat akunya ? Hehehe, aku merindukanmu. Sangat. Cepat bangun ya, aku pengen liat senyum kamu lagi. Kamu tau gak, tawa kamu itu seperti mentari ? Kalau gak liat satu hari aja udah bikin hari aku suram, apa lagi nih udah hampir sebulan tau." Clay berbicara dengan suara imut dan tampang merajuk yang di buat-buat.

Jika Asya melihatnya, ia pasti akan tertawa terbahak-bahak. Dan bilang 'ya ampun Clay, ingat umur !' padahal dia sendiri tidak sadar kalau sering melakukan hal yang sama.

Clay tertawa. Kenangan bersama Asya kembali berputar dalam ingatannya.

Rasanya sudah lama sekali ia tidak mengukir kenangan lagi bersama Asya. Ia sudah membuat janji dalam dirinya, dia ingin terus berada di samping Asya. Tak peduli serapuh apa harapan itu nantinya.

"Jangan tidur terlalu lama, Sya. Liat, tubuh kamu bisa kaku. Nanti kamu susah buat gerak lagi. Tapi tenang, ada aku. Aku akan bantu dan nemenin kamu. Tapi sekarang pijat dulu aja ya. Hehehe." Clay mulai memijat kaki dan tangan Asya bergantian.

Percayalah, Clay tak pernah lagi tertawa dengan tulus setalah hari itu. Jika pun ia tertawa, itu hanyalah tawa hambar yang dipaksakan.

Ia masih terus memijat kaki dan tangan Asya dengan lembut, matanya berkaca-kaca. Ia berhenti, mendongakkan kepalanya. Mencegah agar air itu tak mengalir di pipinya.

Tapi selalu gagal. Ia segera menghapusnya lalu memaksakan senyumnya kembali.

"Aku gak akan kalah lagi. Hehehe," ia kembali menatap Asya. "Hari ini aku harus kerja lagi, kamu harus terus berjuang buat bangun dan ketemu sama aku. Janji ?"  Lanjutnya. Lalu manautkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Asya.

Pintu terbuka, menampilkan tante Dena dengan senyumnya. Baru kembali setelah pamit membeli sarapan tadi.

"Kamu sudah sarapan, Clay ?" tanyanya.

"Sudah tan." Clay menjawab dengan senyuman palsu diwajahnya. Tante Dena hanya mengangguk.

Clay kembali menatap Asya, sedikit menunduk untuk mendekatkan bibirnya ketelinga Asya.

"Aku cinta kamu, Sya. Cepatlah bangun, aku menunggumu." bisiknya.

Clay menegakkan tubuhnya lalu melihat kearah tante Dena.

"Tan, aku pamit dulu ya."

"Hati-hati sayang." tante Dena mangangguk sambil tersenyum.

Clay keluar ruangan inap Asya.

Out of Sight (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang