Part 16

6.4K 661 80
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya 🙏

Enjoy it.

---OutofSight---

Author pov.

Sudah seminggu Asya sadar dari komanya, kini ia tampak lebih tenang. Tinggal menunggu waktu saja untuk bisa pulang, padahal gadis itu sudah sudah sering merengek pada orang tuanya agar bisa pulang lebih cepat.  Makanan rumah sakit membuatku bosan, katanya.

Kini gadis itu tengah terlelap, wajar saja. Sekarang masih pukul setengah 6 pagi.

Pintu ruangan Asya terbuka pelan, terlihat lah gadis dengan penampilan yang cukup rapi. Walaupun tak serapi biasanya. Gadis itu melangkah pelan menuju ranjang Asya, pandangannya tak pernah terlepas dari gadis yang tengah tertidur lelap itu.

Ia segera mengambil bunga yang ada di vas, tak jauh dari ranjang Asya. Gadis itu menggantikannya dengan bunga yang baru, bunga yang sedari tadi di bawanya, bunga kesukaan Asya. Pekerjaan itu ia lakukan dengan sangat pelan agar tak mengganggu tidur Asya.

Ia kembali menatap Asya. Lalu mengembangkan senyumnya, serasa tenaganya telah terisi kembali walaupun hanya dengan melihat Asya seperti itu.

Ia mengangkat tangannya, bermaksud untuk memperbaiki letak rambut Asya agar tak menutupi wajah cantik itu. Tapi niat itu ia urungkan, ntahlah, dia hanya takut gadis itu terbangun lalu akan mengusirnya lagi.

Ia hanya ingin melihat Asya, sekalipun hanya seperti ini. Sudah seminggu pula gadis itu melakukan hal ini. Datang sangat pagi agar tak mendapati Asya sedang terbangun, lalu akan pergi setelah dirasa sudah cukup lama.

Ia begitu merindukan gadis itu, gadis kesayangannya, sahabatnya dan juga cintanya.

Clay, gadis itu. Ia tak ingin menyerah, tapi kadang keadaan yang menyuruhnya untuk menyerah. Sekarang tak ada bedanya dengan Asya ketika koma, bahkan sekarang lebih menyakitkan. Gadis itu membencinya, ia tak bisa bicara pada gadis itu lagi, tak ada kesempatan lagi.

Tapi bagi Clay, sekarang mungkin sudah tak apa. Karna setidaknya Clay bisa melakukan hal ini setiap pagi, sampai Asya kembali kerumah.

Ia duduk di kursi disamping ranjang Asya, memandangi wajah gadis itu.

Hanya itu, hanya itu yang dia lakukan setiap pagi selama seminggu ini.

Hanya memandangi, tak sekalipun ia punya keberanian untuk sekedar menggenggam tangan Asya.

Asya terasa begitu jauh, menjadi tak terjangkau, tak teraih lagi oleh tangannya walaupun gadis itu tepat berada di hadapannya.

Kamu tau, betapa beratnya hidupku sekarang? Rasanya aku tak mampu lagi memikul beban di kedua pundakku. Tapi aku berusaha kuat, agar aku bisa terus melihatmu. Kita sekarang seperti langit dan bumi, berhadapan tapi tak mampu untuk meraih. Rasanya begitu sulit disaat bumi berusaha meraih langit seorang diri. Tapi langit malah mendorong bumi untuk semakin menjauh, ungkap Clay dalam hati.

---OutofSight---

Asya terbangun dari lelapnya mimpi yang membawanya terbang jauh, menggeliat di atas ranjang itu, lalu berusaha duduk.

"Selamat pagi sayang," sapaan menyenangkan dari sang ibu.

"Pagi mama," balasnya.

"Mau sarapan sekarang ? Suster sudah membawakan bubur untukmu dan memeriksa keadaanmu tadi."

"Ah, aku gak mau bubur itu lagi." katanya cemberut.

Sang ibu tertawa mendengar nada manja gadis muda itu.

"Ini yang terakhir," kata sang ibu.

"Sungguh?" Asya bertanya dengan semangat.

"Mama akan menyuapimu," sang ibu menghampiri gadis muda itu.

"Jawab dulu pertanyaanku, apa ini benar-benar yang terakhir?" katanya masih dengan wajah cemberut itu.

"Mama akan usahakan ini yang terakhir. Sekarang buka mulutmu," sang ibu sudah bersiap dengan sendok berisi bubur di tangannya.

Asya membuka mulutnya dengan semangat, karna ia tahu sang ibu tak pernah berbohong padanya.

"Mama mengganti bunga nya lagi? Apa bunga yang kemarin sudah layu lagi?" tanyanya di sela kunyahan dan suapan sang ibu.

Sang ibu terdiam, memikirkan jawaban apa yang cocok untuk di berikan atas pertanyaan sang anak.

"Ya begitulah. Bunganya cepat layu, jadi harus terus di ganti. Agar kamu merasa nyaman di dalam ruangan," kata sang ibu akhirnya.

Sesi makan itu selesai.

"Mama," panggil Asya. Setelah ia menelan semua obatnya.

"Ada apa sayang?" tanya sang ibu. Raut wajah Asya seperti orang yang sedang kebingungan atau mungkin ragu. "Katakan saja apa yang ada dipikiranmu," lanjut sang ibu.

"Clay..." Asya diam. Menimbang apa dia harus bertanya atau tidak.

Sang ibu ikut terdiam, sudah lama ia tak mendengar nama itu keluar dari mulut Asya.

"Apa dia baik-baik saja?" tanya Asya setelah bergelut dengan hati dan juga egonya.

"Tidak cukup baik. Menyedihkan," jawab sang ibu.

Asya diam. Sesuatu dalam hatinya bergejolak, terasa sakit. Ntalah, ia tak mengerti perasaan apa ini. Hatinya ingin menang, tapi egonya lebih besar.

"Bagus jika begitu. Dia memang pantas menerimanya," katanya ketus.

Tapi hatinya seakan tak setuju dengan jawaban itu, ada sesuatu dalam hatinya yang membuat air matanya mendesak. Tapi sekuat tenaga ia tahan, tak ingin lemah. Ia ingin terus membenci gadis yang sudah menghancurkan hidupnya.

"Sayang, maafkan dia jika dia bersalah padamu," kata sang ibu lembut. "Dia... Dia juga sama tersiksanya denganmu," lanjut sang ibu.

Air matanya benar benar mendesak untuk keluar, tapi ia tak ingin. Ia ingin menumpuk benci pada gadis bodoh itu.

"Aku tidak ingin membahasnya. Aku bertanya hanya ingin memastikan jika dia juga menderita," jawabnya. Lalu membaringkan dirinya, dan menutup tubuh sampai kepalanya dengan selimut.

Satu tetes air matanya jatuh, tapi ia segera menghapusnya. Egonya ingin selalu menang. Dan menurutnya, menuruti logikanya lebih baik.

Persetan dengan yang dirasakan oleh hatinya. Ia tak mengerti perasaan macam apa itu, tapi sakitnya menyiksa.

Sang ibu menatap nanar. Kedua anaknya sama-sama menderita, ia tak tega. Tapi ia harus memahami situasi yang di alami anaknya. Lalu, ia memilih bungkam.

Jika saja kamu tak punya perasaan padaku, apa sekarang kita masih akan baik-baik saja,Clay? Jika kamu tak mengungkapkannya malam itu, ini semua tak akan terjadi. Aku tak perlu membencimu, aku tak perlu berusaha memahami apa yang terjadi dengan hatiku. Kamu membuat rumit semuanya, Clay. Ucap Asya dalam hati.



.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tubeco.

----------

Holla. Lama menunggu ? Kuharap kalian senang dengan kembalinya aku 😂

Semoga kalian menikmati.
Maaf sudah membuat kalian menunggu dan update dengan sangat sedikit. Hehehe

Terima kasih atas support kalian semua, aku benar-benar berterimakasih. Aku terharu saat baca semangat dari kalian. Terimakasih banyak.

Terimakasih sudah mampir.
Kritik dan saran dibutuhkan.
Terimakasih.



Salam cinta,
Hotchocogirl.

Out of Sight (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang