Maafkan atas typo dan antek-anteknya.
Enjoy it. Silahkan puter mulmed apa aja yang kalian kira sesuai dengan part ini.
---OutofSight---
Asya pov.
Aku tersentak dan terbangun dari tidurku, hangat, satu kata itu yang menggambarkan hati dan juga tubuhku.
Pelukan Clay benar-benar hangat dan membuatku nyaman, aku tidak tau pukul berapa sekarang. Tapi mendengar hembusan nafas Clay yang teratur, itu artinya ia masih tidur.
Aku mengeratkan pelukanku padanya, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Clay yang selalu jadi favoriteku.
Aku tersadar, apa sekarang aku sudah menuruti hatiku ? Apa sekarang aku mulai merelakan Clay menguasai hatiku ? Apa sekarang aku sudah benar-benar mencintai Clay ?
Jika dia tak ada aku jadi merindukannya, jika dia disini aku sangat bahagia, ntahlah perasaan ku begitu membuncah saat bersamanya. Tapi aku tak ingin memperlihatkan itu padanya, tidak. Aku tak ingin dia tahu aku juga mencintainya.
Dalam keadaan normal sekalipun aku tak bisa memberi cinta seperti cinta yang Clay berikan, apalagi disaat keadaan ku seperti sekarang. Bukannya membahagiakan Clay, malah membuatnya kerepotan karna harus mengurusku.
Dadaku tiba-tiba sesak, menyadari disaat dirimu mencintai seseorang tapi tak bisa memilikinya, begitu membuatku sesak. Mungkin itulah yang dirasakan Clay selama ini.
Betapa kuatnya kamu memainkan topeng itu di hadapanku, tapi aku juga salah karna sudah egois. Aku tak bisa sepenuhnya menyalahkanmu atas kebutaan yang aku alami. Ini semua ku alami karna aku begiu egois, aku tak sedikitpun memikirkan perasaanmu, padahal kamu orang yang selalu ada untukku. Aku terlalu egois karna melakukan penyangkalan-penyangkalan terhadap perasaanku sendiri, tapi kini aku menyadari, jika akupun, sudah mencintaimu sedalam ini.
Tapi aku tak ingin membuatmu mengurusi orang buta sepertiku setiap hari nya, aku ingin kamu terbang bebas ke lautan dan daratan manapun yang ingin kamu tuju, kamu bebas bersama siapapun yang kamu mau, aku akan mendukungmu sekalipun rasanya aku akan hancur. Tapi tak apa, itu setimpal. Bukankah aku sudah menaburi bibitnya sejak lam, sekarang akulah yang menuainya, karma kah aku ?
"Kamu bangun ?" Suara serak baru bangun tidurnya menyapa telingaku.
"Kamu kenapa bangun ?" bukannya menjawab, aku malah balik bertanya.
"Karna merasakan gerakan dari kamu," katanya. Aku tidak tau ekspresi apa yang di berikan Clay sekarang, aku ingin sekali melihatnya. Samar-samar diingatanku bagaimana wajah Clay ketika bangun tidur, begitu menggemaskan dengan muka bantalnya.
"Maaf membuatmu terbangun," kataku pelan. Kurasakan dia menggeleng.
"Jadi kenapa kamu bangun ? Mimpi buruk ?" tanyanya.
"Enggak kok, cuma terbangun," jawabku. Lagipula aku tak pernah mimpi buruk selama ada Clay disampingku saat tidur, apalagi dipelukannya. Tak pernah sekalipun.
Aku meraba wajah Clay, setelah kutemukan, kuusap pelan pipinya dengan ibu jariku. Pipi mulusnya terasa dingin, mungkin karna cuaca atau Ac.
"Kenapa ?" katanya sembari menggenggam tanganku yang berada di pipinya.
"Hanya ingin melakukannya, itu saja." kataku pelan. Dia membawa jemariku, kurasakan benda kenyal yang basah menempel disana. Ku tebak jika Clay tengah mencium jemariku.
"Clay," panggilku pelan. Kurasakan dia mendekatkan wajahnya padaku, dapat kurasakan nafasnya menerpa wajahku.
"Sya, kumohon. Biarkan aku sekali ini saja," katanya. Suaranya begitu lembut dan sensual menyapa telanga ku dari bisikan yang ia lontarkan, aku tak mengerti, dan tak tau harus apa.
Jantungku berdebar sangat kencang karnanya, rasanya akan copot dan hilang, ada sesuatu dalam diriku yang ntah dari mana terasa bergejolak, tubuhku menjadi panas, masih kurasakan nafas itu menerpa wajahku. Ntah siapa yang memulai, hidungku dan hidung Clay bersentuhan lembut, aku tau, aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi otakku mengalami kebimbangan antara mendorong Clay karna lancang padaku atau mengikuti nafsu yang tiba-tiba muncul dalam diriku. Belum sempat otakku memutuskan, kurasakan benda kenyal nan basah itu telah menempel tepat pada bibirku.
Hanya menempel, beberapa detik di diamkannya disana. Hingga bibir itu mulai bergerak dan melumat bibirku. Lembut, tak ada nafsu disana. Hanya ada cinta. Clay ingin menyalurkan rasa cintanya padaku. Dan ntah dorongan dari mana, aku mulai membalas ciuman itu. Cukup lama sampai aku merasakan air yang menetes pada pipiku.
Clay belum berhenti sampai aku mendorongnya pelan dan melepaskan ciuman itu, karna terlalu banyak air yang menetes dipipiku.
"Clay," suaraku pelan memanggilnya. Clay tak menjawab, terdengar isakan disana, apa yang dirasakannya sehingga tangisannya terdengar begitu memilukan ?
Aku meraba, mencari pipinya untuk menghapus air mata itu. Tak kuasa aku mendengarnya. Setelah ku temukan, kuusap pelan.
"Clay, aku..."
"Sya, aku cinta sama kamu." katanya memotong perkataanku. Aku tertegun. "Sangat sulit bagiku untuk berpura-pura menjadi sahabatmu disaat hatiku menginginkan lebih dari itu, sulit Sya. Aku tak bisa menatapmu biasa saja, aku tidak bisa melakukan hal bersamamu tanpa cinta. Aku cinta kamu Sya," katanya dengan memelankan suara di akhir kelimatnya. "Aku cinta kamu," ulangnya.
Aku tak tau harus apa, aku merasa sakit. Tapi Clay adalah orang yang paling terluka disini, aku memeluknya, mengusap punggung itu pelan. Rasanya begitu sakit saat isak tangisnya bahkan masih terdengar.
Ntah berapa lama sampai aku ikut menyusul Clay ke alam mimpi.
---OutofSight---
Author pov.
Clay lebih dulu terbangun, kepalanya sedikit pusing, mungkin karna menangis semalam. Ia menatap Asya dalam diam, meraba bibirnya sendiri. Masih ia rasakan bagaimana lembutnya bibir Asya, betapa manisnya bibir Asya, dan betapa tak terduganya ketika Asya membalas ciumannya semalam.
Tapi sikap Asya setelahnya menunjukkan jika Asya tak bisa membalas perasaannya. Meskipun sulit, ia akan berusaha untuk menghapus perasaan itu untuk Asya. Menghapusnya hingga tak tersisa.
Clay bergerak pelan menuruti tempat tidur, menjejakkan kakinya di lantai yang dingin. Tapi ia akan terbiasa, karna setelahnya kakinya akan mati rasa sehingga tak akan merasakan dingin itu lagi. Begitu pula hatinya.
Clay melangkah pelan menuju kamar mandi, merendam tubuhnya mungkin bisa mendinginkan pikirannya.
Baru beberapa saat Clay masuk dalam kamar mandi, Asya terbangun. Meraba tempat disampingnya. Kosong. Ia kedinginan. Merapatkan selimutnya, lalu duduk, hatinya menjadi semakin tak karuan setelah kejadian semalam. Tak tahu harus melakukan apa.
Asya bergerak pelan menuruni tempat tidur, meraba apa saja yang bisa ia raba. Arahnya hanya satu, balkon. Ia butuh angin segar untuk dadanya yang sesak.
Ia masih meraba sampai kakinya terbentur beberapa kali sampai akhirnya ia sampai di depan pintu balkon, menggesernya pelan dan angin langsung menyapanya, meniup helaian rambutnya yang berantakan, ia melangkah pelan menuju pembatas balkon, dingin itu semakin nyata.
Berpegangan pada pembatas balkon, semuanya gelap, tak ada pemandangan yang bisa ia saksikan. Hanya semilir angin yang menemaninya, hembusan angin itu kadang sepoi-sepoi, kadang terasa kencang. Ia tak mengedipkan matanya, seolah menantang angin. Matanya menjadi perih, tapi dadanya terasa lebih perih dan sakit.
Bukankah Asya juga menyakiti dirinya sendiri ? Kenapa tak berterus terang ?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tubeco.-------------
Hallo.... edisi update malam lagi.
Hehehe seneng gak ? Harus seneng dong😂
Sebenernya aku adalah salah satu manusia paling gabut yang pernah ada, makanya update cepat terosss. Hehehehe
Terimakasih sudah membaca.
Kritik dan saran dibutuhkan.
Terimakasih.Salam cinta,
Hotchocogirl.

KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Sight (GxG)
Romance[Completed] ----------------- Jika kamu tak bisa melihat. Aku bersedia menjadi matamu. Genggam tanganku, jika kamu takut pada dunia mu yang gelap. Aku akan selalu berada di sampingmu sekalipun kamu menolak akan hadirku. Official Soundtrack : Suran...