Part 14

6.8K 650 64
                                        

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it. Puter lagu apa aja yang pas dengan suasana hati kalian saat baca part ini 😅

---OutofSight---

Clay pov.

Aku terbangun dengan jantung berdegub kencang dan nafas yang sedikit terengah. Aku bermimpi Asya meninggalkan ku sendirian di tempat asing, dalam mimpiku aku berteriak memanggil namanya tapi ia bergeming. Ia terus malangkah meninggalkan ku.

Apa artinya mimpi itu ? Semoga Asya selalu baik-baik saja. Itu pasti bunga tidur. Asya tak mungkin benar-benar meninggalkan ku.

Aku memperhatikan sekitar, ternyata aku tidur dengan kondisi terduduk di ruangan kantorku. Semalam ada banyak sekali pekerjaan yang tak mungkin ku tinggal. Tak ku sangka akan tertidur sampai pagi begini.

Aku melirik jam di pergelangan tanganku, pukul setengah 7 pagi. Aku mengusap wajahku kasar, pikiran negatif mulai hinggap walau berusaha ku tepis.

Aku meraih ponselku yang tergeletak di atas meja dihadapanku, ada beberapa panggilan tak terjawab dari tante Dena.

Ada apa ? Apa mimpiku benar ? Tidak mungkin.

Aku menggeleng kuat. Pikiran negatif mulai berseliweran di kepalaku, aku menutup mata dan telingaku dengan kedua tanganku. Kepala ku menjadi sakit sekali.

Aku mengatur nafas ku perlahan, menarik dan membuangnya teratur. Aku membuka mataku.

Aku berdiri, mengambil kunci mobilku dan segera beranjak dari kantorku.

---OutofSight---

Aku sudah sampai dirumah sakit, menyusuri koridor rumah sakit dengan sedikit tergesa-gesa. Karna sedari tadi, pikiran negatif ku tak sedikitpun hilang.

Koridor yang cukup ramai pagi ini tak ku hiraukan. Aku terus berjalan bahkan hampir berlari, decitan sepatuku cukup memenuhi telingaku.

Setelah sampai di depan pintu ruangan nomor 108, aku berhenti. Menarik nafas sedalam-dalamnya, lalu menghembuskannya dengan kasar.

Aku meraih gagang pintu, tanganku gemetar. Aku memutar gagang pintu dengan pelan sembari berdoa dalam hati semoga mimpi ku tak jadi nyata.

Kejadian setelahnya membuatku seperti akan pingsan seketika. Jantung ku seolah berhenti, nafasku jadi tidak beraturan, air mata mulai menggenang di pelupuk mataku.

Asya, gadisku tengah terduduk di atas ranjang rumah sakit itu. Sendiri. Ruangannya sepi, tak ada siapa-siapa selain dirinya.

"Mama ?" Suara itu.

Suara yang paling aku rindukan, sekarang terdengar lagi. Aku tak dapat membendung air mataku, juga tak dapat membendung rindu yang membuncah dalam dadaku.

Aku berlari kearahnya dan langsung memeluknya, menangis di bahunya. Dia tak membalas pelukanku, tak masalah.

"A-aku.. rindu kamu, Sya." kataku terbata dalam isakanku.

Tak kusangka, dia memberontak dan mendorong tubuhku kuat. Pelukanku terlepas, mataku menatapnya nanar.

"Pergi dari sini, Clay." desisnya pelan.

"Sya..." suaraku lirih. Kaki ku tak bertenaga lagi, aku terduduk. Dia bergeming, aku terus menangis.

"Sya, aku minta maaf untuk malam itu. Aku... aku salah, aku tak seharusnya punya perasaan itu ke kamu." lagi, iya tetap diam.

"Aku minta maaf, Sya. Aku minta maaf. Ayo Sya, ayo mulai lagi dari awal."

"Gak semudah itu." Suaranya dingin. Ia tidak menatapku, tatapannya kearah lain.

Out of Sight (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang