Maafkan atas typo dan antek-anteknya.
Enjoy it.
---OutofSight---
Author pov.
Sudah beberapa tahun berselang, begitu banyak yang berubah pada dunia. Pada orang-orang yang hidup disana. Dan juga pada Asya.
Gadis itu tengah tersenyum pagi ini, senyum yang sempat hilang itu kini sudah kembali. Ia sudah ikhlas pada apa-apa yang terjadi di masalalu, hanya satu hal yang tak bisa ia ikhlaskan dalam hidupnya, yaitu kehilangan Clay.
Gadis itu, apa yang sedang dilakukannya? Masihkah dia ingat padaku? Masihkah dia memikirkanku ? Bagaimana wajahnya sekarang? Apa sudah semakin dewasa? Pikir Asya.
Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Asya, pertanyaan-pertanyaan yang tentu membutuhkan jawaban.
Sudah bertahun-tahun berlalu tapi Clay tak sekalipun pernah mengunjungi Asya, Asya kecewa tentu saja, tapi ia ingin terlihat baik-baik saja terhadap apa-apa yang berkaitan dengan gadis itu.
Clay, dimana kamu sekarang ? Aku tak bisa berhenti memikirkanmu. Aku merindukanmu, bisakah kamu dengar itu ? Aku merindukanmu. Aku juga mencintaimu, bisakah kamu kembali padaku ? Atau izinkan aku bertemu denganmu. Memelukmu, dan berkata aku sudah bisa membalas perasaanmu. Jika kamu mendengarku, tolong kembali padaku. Ucap Asya dalam hati.
Asya mematut dirinya di cermin, melihat penampilannya sekali lagi untuk memastikan apakah ada yang kurang.
Setelah di rasa cukup, ia tersenyum simpul, mengambil tasnya dan berjalan keluar kamar.
Asya tak lagi buta, ia mendapatkan donor setahun setelah kepergian Clay. Padahal saat ia tahu, jika ia mendapatkan donor yang cocok, dia justru tidak senang. Begitu buruk keadaan Asya saat itu, ia mengalami depresi, berkali-kali mencoba melompat dari balkon kamar, berkali-kali pula ia sengaja berdiri di tengah jalan agar tertabrak dan mati. Tapi tuhan tak mengabulkan inginnya.
Sungguh berat kehidupan Asya saat itu, menolak makan, menolak bicara, bahkan tak melakukan apapun. Sering kali bolak balik rumah sakit karna kekurangan nutrisi tubuh, dia justru sering menangis dan bertanya-tanya pada tuhan kenapa ia tak segera mati. Tapi dasarnya tuhan lebih tau mana yang terbaik.
Ia melangkah anggun menuju meja makan.
"Selamat pagi ma, pa," kata Asya sembari mengecup pipi kedua orang tuanya.
Tapi sekarang Asya tak lagi depresi, ia mampu menerima semua kenyataan pahit dalam hidupnya. Mencoba mengikhlaskan, menerima semuanya. Orang tua Asya pun menjadi lega.
Asya duduk, mengolesi roti dengan Selai kacang kesukaannya. Lalu memakannya, sudah tersedia segelas susu di sampingnya. Asya masihlah Asya yang manja jika bersama kedua orang tuanya.
"Kamu akan mengajar hari ini sayang ? Ini semester baru bukan ?" tanya papanya yang melihat Asya. Tapi gadis itu cuma mengangguk, seolah benar-benar menikmati rotinya.
Sekarang hari-hari baru akan dilewatinya dengan senyum yang selalu ingin dia pertahankan.
"Senang bisa mengajar lagi?" sang Ayah masih bertanya dengan sabar.
"Senang. Bisa bertemu anak-anak lagi," jawabnya.
Asya akan mengajar kembali setelah bertahun-tahun keterpurukan hidupnya yang bahkan dia sendiripun sangat sulit mengatasinya. Mungkin bertemu dengan anak-anak bisa mengobati hatinya yang terluka.
"Aku berangkat dulu ya ma, pa," Asya berdiri mengamit tas nya, kembali mencium pipi kedua orangtuanya, lalu berlalu pergi.
Kedua orang tua Asya hanya mampu menatap punggung itu sampai menghilang. Jika di tanya bagaimana perasaan mereka, maka mereka sama hancurnya dengan Asya. Mereka merasa gagal menjadi orang tua yang baik, merasa gagal dalam hal apapun tentang gadis itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/182272486-288-k245365.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Out of Sight (GxG)
Romance[Completed] ----------------- Jika kamu tak bisa melihat. Aku bersedia menjadi matamu. Genggam tanganku, jika kamu takut pada dunia mu yang gelap. Aku akan selalu berada di sampingmu sekalipun kamu menolak akan hadirku. Official Soundtrack : Suran...