Part 9

7.5K 689 40
                                        

Maafkan atas typo dan antek-anteknya 🙏

Enjoy it.

---OutofSight---

Clay pov.

Sekarang sudah sangat larut dan aku sudah akan tidur sedari tadi, tapi dua manusia di hadapanku terus saja berdebat tentang siapa yang akan tidur dikamar, padahal tadi sudah berbaikan. Apartemenku memang hanya memiliki satu kamar, tidak, sebenarnya ada dua. Tapi yang satunya ku jadikan ruangan kerja, jadilah tersisa hanya satu.

"Baiklah. Kalian tidur saja di kamar, biar aku yang tidur disofa" kataku memutus perdebatan mereka.

"Aku gak mau satu tempat tidur sama dia" kata Asya merengut sambil menunjuk Vale.

"Dih, siapa juga yang ingin satu tempat tidur denganmu. Badan ku bisa gatal-gatal"  balas Vale.

"Apa katamu ?!" Suara Asya meninggi dengan tatapan tajam kearah Vale, seolah tatapan itu akan mampu mencabik tubuh Vale. Aku menghela nafas panjang.

"Sudah. Berhenti berdebat" kataku menengahi.

"Hm Clay, aku maunya tidur sama kamu aja" kata Asya dengan nada manja yang membuatku gemas sekaligus berdebar.

"Yaudah, kalian berdua tidur diluar" Vale mulai lagi. Padahal aku sedang berusaha menjinakkan macan betina, ck dasar.

"Gak, aku sama Clay bakal tidur di kamar. Kamu yang tidur diluar" Asya tak mau kalah dengan Vale. Aku menghela nafas ntah untuk yang keberapa, pertemuan mereka benar-benar menguras energiku.

"Baik semuanya. Dengar. Pertama, ini apartemenku jadi aku yang akan mengatur. Kedua, keputusanku adalah final tidak bisa diganggu gugat. Paham ?" kataku. Aku hanya berusaha bersikap tegas dengan dua makhluk ini, mereka hanya bungkam.

"Jika kalian tidak ingin tidur diluar, kalian berdua diperbolehkan tidur dikamar. Suka ataupun tidak. Itu keputusanku, selesai" kataku beranjak dari hadapan mereka menuju ruang kerjaku.

Cukup sudah, ini yang terakhir. Semoga mereka berdua tidak bertemu lagi setelah ini, mereka membuatku pusing. Aku memasuki ruang kerjaku, menutupnya dan sekali lagi menghembuskan nafas panjang. Aku melangkah menuju meja kerjaku, duduk dikursiku. Lalu memejamkan mata sejenak. Ada banyak tumpukan berkas dimejaku, aku memang sering membawa pekerjaanku kerumah, karna aku tidak bisa fokus jika berada dikantor. Pikiran tentang Asya dan tentang perasaanku selalu berkelebat dikepalaku, membuatku tidak bisa berkonsentrasi.

Aku mendengar suara pintu ruanganku dibuka dan ditutup, tapi aku tak menghiraukannya. Kemungkinannya hanya ada dua, Asya atau Vale.

Tapi setelah beberapa saat, tak ada suara apa-apa. Begitu hening, aku bahkan bisa mendengar suara angin yang berhembus dari AC. Aku membuka mataku perlahan, terdapat Asya yang duduk disofa sambil menunduk. Aku diam, situasi ini membuatku sedikit merasa bersalah padanya.

"Maaf Clay" katanya lirih nyaris tak terdengar. Aku mendekatinya dan duduk disampingnya.

"Gak ada yang perlu di maafin. Aku kan gak marah" kataku memperhatikannya.

"Aku pasti bikin kamu gak nyaman, apalagi dihadapan Vale" katanya. Aku menahan tawaku.

"Gapapa. Jangan merasa begitu, Vale juga pasti gak mempermasalahkan hal itu. Jadi tenang aja"

"Aku cuma pengen tidur sama kamu. aku pengen di kamar karna kamu masih belum benar-benar sembuh" dia menjelaskan.

"Aku udah sembuh, Sya. Lagian aku bisa tidur dimana aja kok. Justru aku khawatir kalo kamu tidur diluar, apalagi disofa" kataku lagi.

Out of Sight (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang