Part 12

6.8K 685 46
                                        

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it.

---OutofSight---

Clay pov.

Apa kau tau rasanya saat orang yang kau cintai terbaring lemah dihadapan mu tapi kau tak bisa melakukan apa-apa ? Jika kau tau, maka seperti itulah yang aku rasakan. Menyakitkan. Tidak, lebih dari sekedar menyakitkan.

Sudah dua minggu Asya terbaring lemah dihadapanku. Tapi ia tak kunjung menunjukkan tanda-tanda akan sadar.

Dokter bilang; tak ada luka yang parah. Setelahnya hanya menunggu pemeriksaan lanjut saat Asya sudah bangun.

Tapi Asya tak kunjung bangun bahkan setelah dia melewati masa kritisnya. Selang-selang dan peralatan penunjang pun masih meliliti tubuhnya. Aku khawatir Asya akan merasa tercekik, dan tak mau bangun lagi.

Dokter tak bisa menjamin kapan Asya akan bangun. Dokterpun tak bisa menjamin apa Asya akan benar-benar bangun atau tidak sama sekali. Aku benci kenyataan ini, aku benci pada diriku.

Sudah dua minggu pula aku tak beranjak dari rumah sakit ini. Aku sudah tak waras, aku terlalu egois ingin melakukan semuanya untuk Asya. Padahal orang tua Asya selalu ada.

Aku tak ingin beranjak. Aku tau, aku membuat khawatir banyak orang. Tapi aku ingin menjadi orang pertama yang dilihat Asya saat bangun nanti. Masih pantas kah ?

Vale dan Lily sering datang mengunjungiku, padahal yang sakit adalah Asya. Mereka menyuruhku makan, mengganti pakaian, atau sesekali menyinggung pekerjaan.

Tapi tak taukah mereka, tak ada hal lain lagi yang ada di pikiranku selain Asya ? Aku tak peduli pada cacing bodoh di perutku, aku tak peduli dengan penampilanku yang mungkin sudah seperti gelandangan, akupun tak lagi peduli dengan pekerjaan.

Bagiku, Asyalah segalanya.

Sekarang pukul 4 pagi. Aku tak bisa tidur dan juga tak ingin tidur. Setiap aku memejamkan mataku, bayangan ekspresi Asya saat itu dan tatapan kecewanya padaku terus muncul dan menambah rasa bersalahku.

Harusnya aku sadar, bahwa aku... sudah tak pantas berada disinya.

Tapi aku ingin egois, sekali saja.

Jika bisa mengulang waktu, aku ingin mengulang malam itu. Jika aku tau semua ini akan terjadi, maka aku lebih baik terus terjebak dalam status persahabatan itu. Iya, itu lebih baik daripada menyaksikannya terbaring disini.

Tak pernah ingin ku bayangkan bagaimana kecelakaan Asya waktu itu, aku takut. Membayangkan Asya diposisi itu sendirian sudah membuat hati ku hancur.

Aku meringis, seketika tersadar dari lamunanku.

Aku menatap wajah Asya yang pucat. Bagaimana bisa tuhan menciptakan Asya begitu sempurna ? Bahkan disaat wajah pucat itu dipenuhi oleh  goresan-goresan kaca, ia masih terlihat cantik.

Aku tersenyum, aku benar-benar sudah gila.

Kata dokter, orang koma bisa mendengar apa yang kita ucapkan. Aku sudah mencoba beberapa kali, tapi tak berhasil. Tapi jika itu benar, maka aku akan terus mencobanya.

Aku menggenggam tangannya, agar dia merasakan kehangatan dariku.

"S-sya," suara ku serat, mungkin efek kurang minum.

"Sya, jangan terlalu lama menyiksaku. Kamu tau kan aku gak pernah suka liat kamu sakit ? Jadi cepat bangun. Setelah kamu bangun aku janji, aku janji bakalan memperbaiki semuanya. Aku akan terus..." aku menunduk, dadaku seketika menjadi sesak. "aku akan terus jadi sahabat kamu. Iya, aku akan tetap jadi sahabat kamu." Aku menekan dadaku, rasanya begitu sakit.

Out of Sight (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang