Part 10

7.7K 620 17
                                    

Maafkan atas typo dan antek-anteknya.

Enjoy it. Karna part ini panjang banget.

---OutofSight---

Author pov.

Semuanya sedang berkumpuk di ruang tamu, Clay, Asya, dan juga Lily. Vale ? Saat tadi dia melihat Lily, ia langsung berlari ke kamar. Ntah untuk apa. Mungkin mandi atau hanya sekedar mencuci muka dan gosok gigi saja.

Semuanya hanya diam, mungkin merasa canggung. Apa lagi bagi Lily, itu jelas terasa.

"Maaf mengganggu waktu anda, bu Clarissa." ucap Lily memulai.

Clay melirik Asya yang sudah menutup mulutnya menahan tawa, Clay mendelik tajam ke arah Asya sebelum melihat kearah Lily kembali.

"Sudah berapa kali ku katakan padamu agar tidak memanggilku dengan 'bu' saat di luar kantor, Lily ?" Clay berucap datar dengan sedikit penekanan di akhir kalimat.

"Maafkan saya bu. Eh .... Ma.. Maksud saya Clarissa." ucap Lily canggung.

Entah kenapa tak bisa terbiasa Memanggilnya tanpa embel-embel 'bu' , lagi pula salahkan saja kata 'Clarissa' yang terlalu panjang jika disebut. Asya tertawa, kali ini tak tertahankan lagi. Lily kontan langsung melihat aneh ke arah Asya, sedangkan Clay sudah mendelik tajam, tapi Asya tak takut sama sekali dengan tatapan itu.

"Maaf. Aku tidak bermaksud menertawai. Oh ya, perkanalkan aku Asya." ucapnya setelah tawanya sedikit reda. Bukan tanpa alasan ia tertawa, Asya tertawa karna ia tahu jika Clay tak pernah menyukai kata 'bu' di depan namanya. "Aku pernah beberapa kali datang kekantor Clay, tapi kita belum pernah sempat bicara." lanjutnya dengan senyumnya yang hangat.

"Ah iya. saya mengingat anda no..."

"Panggil Asya saja." potong Asya cepat.

"Iya, Asya."

"Uhuk" semua menoleh ke sumber suara. Vale berdiri disana dengan tampilan yang sudah rapi, tak lupa make up tipis dan lip balm terpoles indah di wajahnya.

Clay menyerngit, ia sangat tau Vale tak terlalu suka memakai make up di wajahnya tapi kali ini ia memakainya. Ia tau alasannya.

Ingin tampil sempurna di depan Lily, heh. Tapi sayang sekali, image mu sudah jatuh sobat. Clay membatin sambil sedikit tertawa di dalam hati.

Vale beranjak duduk di sofa yang Clay juga duduki bersama Asya. Diruangan ini hanya Clay yang belum merapikan diri, ia masih memakai bajunya tadi malam. Tapi tampilannya tidak kusut seperti Vale tadi. Lagi pula, Asya sudah sering melihat wajah bangun tidurnya. Kalau Lily, ia juga pernah melihat wajah bangun tidur Clay. Tentu ketika Clay tertidur di kantornya.

Bagi Clay, tak harus selalu tampil sempurna di depan orang yang kau sukai. Sebab, orang yang kau sukai juga harus melihatmu dalam keadaan terburuk sekalipun. Sehingga ia bisa menerimamu apa adanya.

"Ehem." Vale berdehem karna semuanya hanya diam saja. "Jadi apa yang membawamu kesini pagi-pagi begini, sayang ?" tanya Vale, tak lupa dengan tatapan menggoda dan kedipan mata itu.

Lily langsung melayangkan tatapan tajam, seolah tatapan itu berkata 'kau membuatku malu di depan atasanku', tentu saja itu yang diterjemahkan oleh Vale sendiri. Gadis itu tertawa di dalam hati.

"Ah... i-ini aku--- saya ingin mengembalikan baju yang saya pinjam beberapa hari yang lalu, sudah saya cuci." kata Lily sambil merutuki dirinya yang sempat gugup, ia meletakkan satu paper bag di atas meja di depan mereka. Vale tersenyum senang melihat itu.

"Terima kasih. Padahal kamu tidak perlu repot-repot mengembalikannya sayang."  Kedipan menggoda itu dilayangkan lagi oleh Vale.

Disaat keduanya saling bersitatap dengan tatapan berbeda. Clay melirik kearah Asya untuk melihat reaksi gadis itu, tapi gadis itu terlihat biasa saja. dan menimbulkan tanda tanya besar dalam dirinya.

Out of Sight (GxG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang