1

4.6K 392 31
                                    

"Ya udah kalo gitu aku ngekost sama Chaewon aja,"

"Gak bisa lah Dek, kamu udah ngerepotin keluarga Chaewon berapa kali? Kali ini Mama nggak setuju,"

"Ma, tapi nggak dengan aku tinggal sama Mas Seungwoo dong!"

"Ya emang kenapa? Kamu malah dulu gak mau main sama temen yang lain, cuma mau main sama Seungwoo,"

"Sama Chaewon sama Mas Hangyul juga! Sekarang udah beda dong, Ma, Pa!"

"Apa bedanya? Udah lah, kamu itu dibilangin orang tua nurut aja. Cuma setahun aja Hanna, habis itu Mama sama Papa janji bakal beliin kamu apartemen,"

"Hanna nggak mau Ma, Pa!"

Gue teriak dan ninggalin orang tua gue yang bengong di ruang tengah. Ya gimana nggak sebel. Masa mereka dengan teganya nyuruh gue tinggal sama cowok. Kalo ada apa-apa gimana woi.

Ya emang sih, gue sama Mas Seungwoo udah kenal dari kecil. Bahkan pas gue lahir pun, Mas Seungwoo udah ada disamping gue. Dia orang yang paling semangat sama kelahiran gue selain keluarga gue.

Oh iya, ngomong-ngomong gue belum kenalan. Nama gue Lee Hanna. Gue adeknya Mas Hangyul. Anak kedua dari dua bersaudara. Gue sekarang maba dong, hehe. Tapi ya gitu, gue masuk jalur mandiri, jadi kena bayar spi juga, mahal cuy.

Nah makanya gue juga harus kenalin orang kedua dalam cerita ini. Namanya Mas Seungwoo. Dia tetangga gue. Temen deketnya Mas Hangyul gitu. Dari dulu kita kalo main emang bertiga mulu. Tambah jadi berempat pas Chaewon pindah ke tempat kita.

Mas Seungwoo itu bisa dibilang rolemodel buat gue sama Chaewon. Ya gimana nggak, dia dari dulu selalu rangking satu. SMP juga jadi ketua OSIS. SMA juga full beasiswa prestasi—walaupun dia anak orang kaya. Kuliah lulus paling cepet, cumlaude pula. Pokoknya Mas Seungwoo itu udah paket lengkaplah. Ganteng, pinter, kalem, gak aneh-aneh lah anaknya.

Mungkin kalian bingung, gue kan punya kakak kenapa rolemodel gue malah Mas Seungwoo. Jadi gini, apa sih yang bisa gue harepin dari Mas Hangyul. Dia aja dari dulu sekolah ngikutin Mas Seungwoo terus. Iya sih, gue akuin, Mas Hangyul juga pinter, tapi dia udah kayak anak ayam kalo sama Mas Seungwoo. Dia bener-bener copy-paste semua prestasi Mas Seungwoo—kecuali beasiswa prestasi pas SMA soalnya dia kalah sama Mas Yohan. Jadi walaupun rolemodel gue Mas Hangyul tetep aja dia copy-paste Mas Seungwoo.

"Dek, buka dulu dong,"

"Pasti Mas Hangyul juga mau bujukin gue buat mau tinggal sama Mas Seungwoo!"

"Gak dek, buka dulu. Jangan suudzon jadi orang itu,"

"Gak mau!"

"Buka dek, kenapa nggak mau sih?"

"Ya buka ada sendiri gausah manja dong!"

Cklek

Mas Hangyul masuk sambil cengengesan. Nyebelin emang.

"Lo kenapa sih nggak mau tinggal di apartemennya Bang Seungwoo?"

"Ya emang gue siapa sih? Gak tau malu banget harus tinggal seapart sama dia,"

"YaAllah dek, lo tu kenal Bang Seungwoo dari masih bayi. Dia udah nganggep lo adeknya sendiri, gausah khawatir lah."

"Bukannya gitu Mas. Tetep aja dong, aku cewek, Mas Seungwoo cowok, gak bisa tinggal satu atap gitu aja,"

"Ya terus lo mau tinggal sama siapa? Chaewon lagi? Lo selama SMA aja udah ngerepotin ortunya Chaewon karena tinggal sekamar,"

"Ya terus sekarang, gue harus ganti ngerepotin Tante Jihyun gitu?"

"Ya nggak lah! Kan Bang Seungwoo udah kerja, lagian lo juga bisa minta tolong dia kalo ada apa-apa,"

"Ih Mas Hangyul pake acara mutasi segala! Ngeselin tau nggak sih!"

"Lha emang yang minta pindah gue apa gimana?!"

"Terus juga dulu kenapa apartnya Mas Hangyul dijual segala sih?! Sekarang gue jadi bingung ini gak ada duit buat nyewa apart!"

"Ya makanya lo sama Bang Seungwoo aja!"

Mas Hangyul mah gitu. Gak guna banget dia mah masuk kamar gue. Endingnya tetep aja maksa gue tinggal sama Mas Seungwoo. Baru gue mau nyautin omongan Mas Hangyul, handphone gue bunyi dan itu sontak bikin gue kaget.

Line
Mas Seungwoo incoming call

Iya gue emang ngerename namanya Mas Seungwoo di line. Kenapa? Marah? Siapa lu?

"Halo Mas?"

"Halo Na? Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam, kenapa Mas?"

"Kamu keterima di univnya Mas dulu ya? Sama Chaewon juga?"

"Ah itu, iya Mas, alhamdulillah,"

"Wah berarti bener dong, kamu mau tinggal di apartemen gue,"

"Eum, soal itu nggak tau Mas, aku gak enak sama Mas Seungwoo,"

Mas Hangyul yang ada didepan gue langsung masang muka pura-pura mual. Gue langsung nendang punggungnya pelan.

"Kenapa emang? Gak papa kali, biar gue ada temen juga,"

"Aduh malah ngerepotin dong Mas,"

"Gak kok, santai aja,"

"Tapi kayaknya aku bakal sama Chaewon aja deh, kayak waktu SMA,"

"Chaewon bilang dia kost sendiri, udah lah gak papa,"

"Ya gampangnya nanti lah Mas,"

"Yaudah deh terserah kamu aja, si Hangyul kenapa kok handphonenya mati?"

"Mas ditanyain Mas Seungwoo," gue nendang Mas Hangyul yang bikin kakak gue itu langsung ngerebut handphone gue.

"Woi gimana bro?"

Dan handphone gue dibawa pergi dong sama dia. Sialan emang Mas Hangyul. Laknat bener dah. Tapi nggak lama sih, 10 menit. Mas Hangyul balik ke kamar gue dan ngomong hal yang bener-bener gak pengen gue denger.

"Bang Seungwoo besok balik. Mau ngomongin lo yang mau tinggal di apart dia,"

"Gitu lo tadi nggak nolak omongan Mas Seungwoo?! Bego bener dah!"

"Eh sembarang lo kalo ngomong! Lo mikir dong, sejak kapan gue berani bales omongan Bang Seungwoo?!"

"Alah cupu lo!"

"Eh ngaca Lee Hanna! Lo juga lebih nurut sama Bang Seungwoo dari pada sama gue!"

Gue decak pelan. Iya bener sih. Tapi ya, masa gue harus beneran tinggal seatap sih sama Mas Seungwoo sih. Nggak ini pasti Mama bercanda. Iya, gue tidur aja kali ya, biar besok pas bangun beneran dapet berita baik. It's just a joke, Lee Hanna.

Roommate [Han Seungwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang