3

2.9K 319 17
                                    

"Gak tau Mas, paling masih lama,"

"Mas Seungwoo!"

"Ya habisnya kamu ditanya kapan jawabnya gak tau, malem-malem chat hari ini harus berangkat,"

"Ya kan chat dari katingku juga barusan ngechatnya, salah siapa?!"

Mas Seungwoo ketawa denger jawaban gue. Gue cuma bisa nyubit lengan dia—yang tentu gak ngaruh apa-apa. Iya, Mas Seungwoo emang sereceh itu.

"Berarti besok langsung masuk?"

"Iya, anterin ya Mas?"

"Berangkat sendirilah, manja amat,"

"Mas!"

"Iya iya, astaghfirullah,"

Mas Seungwoo geleng-geleng sambil ngusapin kepala gue. Sekarang gue sama Mas Seungwoo lagi dimobil, jalan ke apartemen dia. Dan iya, Mas Seungwoo ngakak dong lihat gue tadi pagi dianter Mas Hangyul ke rumah dia sambil bawa barang-barang.

"Mas, kenapa Mas mau aja aku di apartnya Mas?" tanya gue setelah kita diem lama.

"Gue kira kamu tidur, Dek." Mas Seungwoo noleh ke gue terus ngeraih bantal dibangku belakang terus dikasihin ke gue "karena Mas males ditanya Mama mulu,"

"Ditanya apa?" tanya gue sambil meluk bantal yang dikasihin Mas Seungwoo.

Sebenernya itu bantal dari gue buat ulang tahunnya Mas Seungwoo 4 tahun lalu. Gue bener-bener masih inget ngasih dia bantal ini, sebagai ucapan selamat karena skripsi dia diterima—selain karena dia lagi ulang tahun—dan Mas Seungwoo malah naruh bantal ini di mobilnya.

"Ditanya kapan nikah,"

"Mas gak ada niat mau nikahin Na kan?"

"Ya kalo kamu mau sih Mas mau aja,"

***

"Dek, ini kamar kamu," Mas Seungwok buka salah satu kamar yang udah ditata rapi.

"Kamar Mas yang mana?" gue noleh ke dia dan malah dibales pertanyaan sama dia.

"Kenapa kamu mau tidur sama Mas aja?"

"Sembarangan!" teriak gue sambil gebuk dia pake slingbag yang gue pake.

"Ya kali aja, itu samping kamar Mas. Kalo ada apa-apa ngomong aja,"

"Makasih ya Mas,"

"Alah sok bilang makasih, dulu tiap Mas jajanin cilok gak pernah tu bilang makasih,"

"MAS SEUNGWOO!!!"

Mas Seungwoo lari keluar kamar gue sambil ngakak. Iseng banget sih anak siapa coba! Gak malu apa sama umur? Gue nutup pintu kamar gue dan mulai beresin barang-barang gue.

Gue langsung buka lemari dan yang gue lihat adalah lemarinya bagian kanan kosong dan bagian kirinya penuh sama buku-buku. Oke, ini antara Mas Seungwoo males ngerosokin buku atau emang ini buku mau dikasih ke gue. Akhirnya gue keluar kamar dan nyari Mas Seungwoo—yang ternyata nonton Tayo di ruang tengah.

"Mas?"

"Hm?"

"Itu buku..."

"Buat kamu, pake aja,"

"Oh oke," gue balik ke kamar lagi.

Sekitar 2 jam gue ngerapiin kamar. Pas gue lihat jam udah jam 8 malem. Sial, gue lupa kalo tinggal sama Mas Seungwoo. Harusnya gue masakin dia hari ini. Gue langsung lari keluar dan lihat Mas Seungwoo mangku satu box pizza yang tinggal 3 potong.

"Mas kok gak bilang kalo laper!" teriak gue gemes.

"Apa? Mau?" Mas Seungwoo malah nyodorin pizza yang udah digigit.

"Apasih! Makan junk food terus! Gak sehat tau,"

"Ini diskonan tenang aja,"

"Yaudah sini sisanya buat Na! Mas udah makan 5 kan?" gue narik box pizza yang dipangku Mas Seungwoo dan dia cuma natap gue memelas.

"Na..."

"Gak ada! Mas udah makan 5, kan?"

"Masih laper..."

Gue decak pelan dan jalan ninggalin dia di ruang tengah. Gue jalan ke dapur dan naruh pizza box di meja makan. Gue mulai menjelajahi dapur. Nyari apapun yang bisa dimasak. Dan yah, apa yang bisa diharapin dari dapur seorang laki-laki lajang yang tinggal sendirian. Di kulkas cuma ada air putih, soda, sama telur. Di rak bawah cuma ada beras. Di rak atas mie instan berbagai rasa.

"Mas!" gue noleh dan bener aja, Mas Seungwoo nyomot pizza lagi.

"Satu dek..."

"Gak boleh!"

"Dek..."

Baru gue mau ngelarang lagi. Handphone gue bunyi dan bikin gue ngehela nafas pelan.

"Iya udah satu aja,"

"Aduh duh, sini Mas peluk duluu!" Mas Seungwoo langsung nyamperin gue dan meluk gue.

Gue ngambil handphone gue, ternyata ada vidcall dari Chaewon. Pas gue terima panggilannya, handphone gue ditarik Mas Seungwoo.

"Hai Kevin!"

"Kevin gundulmu! Kenapa malah Mas yang jawab sih, si Hanna mana?!"

"Ada ni, dibelakang Mas gak bisa ngambil hpnya sendiri,"

Mas Seungwoo malah ngangkat handphone gue makin tinggi terus diarahin ke gue yang lagi loncat-loncat.

"Mas jangan iseng ih!"

"Lo pendek sih Han, makanya gak nyampe,"

"Mas Seungwoo!!"

"Chae, itu kost lo?"

"Iya Mas, mau room tour gak?"

"Sabi lah ya,"

"Eh lo makan pizza ya? Gak bagi-bagi bangsul, gue gaada makan disini!"

"Sini aja apart gue, gue tungguin,"

"Gausah Chae! Pizzanya udah gue buang!" teriak gue dan Chaewon langsung cemberut.

"Lo tega banget sih Han!"

"Gak papa, entar order lagi. Masih ada kupon ini,"

"Oke Mas otw!"

"Mas!! Chaewon itu jarang makan sehat! Kenapa malah dikasih pizza sih!" gue gebukin Mas Seungwoo yang bikin dia ngakak.

"Duh gak papa kali, sekali-kali sedekah bisa lah ya,"

"Terserah,"

***

"Mas, besok gak kerja?" itu Chaewon yang nanya.

"Nggak, masih cuti,"

Sekarang kita malah movie marathon bertiga. Chaewon ditengah sebelah kanannya Mas Seungwoo sebelah kirinya gue. Udah jam 1 malem sebenernya, tapi dari kita bertiga gak ada yang ngantuk.

"Kalian besok kumpul jam berapa?" tanya Mas Seungwoo.

"Gue masih free," bales Chaewon.

"Terus ngapa lo udah disini bambank!" sewot gue yang bikin Chaewon ngakak.

"Ya emang gak boleh apa? Gue butuh penyesuaian kali,"

"Alah alesan, kayak baru kemarin aja jadi anak kost," timpal gue sambil senderan ke Chaewon.

"Na masuk jam berapa?"

"Gak tau Mas, kambingku ilang,"

"Kambing?"

"Kakak pembimbing!" teriak gue sama Chaewon.

Mas Seungwoo cuma geleng-geleng dan kita diem lagi lanjut nonton. Chaewon akhirnya nginep di apartnya Mas Seungwoo. Kita ketiduran bertiga di ruang tengah. Dengan tv yang masih nyala tentu saja. Namanya juga ketiduran.

Roommate [Han Seungwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang