20

909 105 11
                                    

"Heh jomblo! Diem aja lo,"

Gue noleh ke Seungyoun yang ngelirik gue bingung. Tanpa sadar gue dengus dan bikin Seungyoun melanin jalan mobilnya dan agak ke pinggir, walaupun kita nggak berhenti.

"Kenapa lo? Cerita sini, biar nggak gila,"

"Gue bingung Cho,"

"What's wrong?"

"Guess what,"

"Apa? Yunseong ternyata suka sama lo?" tanya Seungyoun ngaco.

"Kalo Yunseong beneran suka sama gue, ya gue bakal kaget banget sih. Parah..."

"Lagian deketnya kalian udah nggak wajar kali," sahut Seungyoun sambil mulai nambah kecepatan mobilnya.

"Nggak wajar gimana?" tanya gue bingung.

"Mana ada temen kok beliin hp, iphone baru lagi. 20 juta itu, itu duit Na, bukan daun," sindir Seungyoun yang bikin gue ngakak.

"Iri bilang bos!"

"Bukannya iri, tap..."

"Lo jadi minder mau ngasih gue kado apaan? Santai kali, belum pacar juga, ngapain udah lo bawa pusing,"

Seungyoun ketawa sambil geleng-geleng. Gue kembali ngelirik jalanan. Bodo amat. Lihatin jalan lebih enak dari pada nanggepin Cho gila Seungyoun. Mana perjalanan sampe ke rumah gue itu lumayan jauh.

"Senyum Na, masalah apa sih?"

"Kayaknya gak penting sih, udahlah, gausah dibahas,"

Pada akhirnya gue nggak jadi ngomongin masalah Mas Seungwoo ke Seungyoun. Bukan urusan gue juga kalo dia suka sama cewek lain.

***

"Seungyoun nanti langsung masuk aja ya, anggep rumah sendiri. Tante mau kedepan dulu,"

Akhirnya gue masuk rumah duluan. Seungyoun parkir mobil dulu, nggak mungkin gue tunggu, males. Sampe didalem rumah gue denger suara Mbak Sian yang dari ruang tengah. Dan bener aja, di ruang tengah ada Mbak Sian duduk lesehan, Mas Hangyul tiduran di sofa tapi kepalanya di bahunya Mbak Sian. Gelendotan teros. Mentang-mentang udah lamaran.

"Heh, belum mukhrim, gosah pegang-pegang!" gue duduk sebelah Mbak Sian sambil narik toples yang dipegang Mas Hangyul.

"Jorok Hanna! Cuci tangan dulu, ganti baju, habis dari luar juga," tegur Mbak Sian yang bikin gue cengengesan.

"Dari mobil ini, Mba. Gaada kuman,"

"Cuci tangan aja. Sana, ambilin gue minum sekalian," suruhan Mbak Sian tu emang nggak bercanda, udah main dorong aja kayak ngusir.

"Yee kampret, lo mau nggak Mas?"

"Iyalah, makasih ye,"

Gue akhirnya berdiri dan ke dapur buat cuci tangan sama ngambil beberapa minum. Pas balik gue lihat Seungyoun juga masuk rumah.

"Cho!" gue teriak sambil ngelempar botol cola ke dia.

"Hanna!" teriak Mbak Sian yang bikin gue nyengir.

"Ketangkep kok Mba, santai,"

Gue langsung duduk disebelah Mbak Sian. Seungyoun juga udah duduk disebelah gue pas dibilang 'anggep aja rumah sendiri,' sama Mas Hangyul—kayak omongan Mama didepan. Seungyoun langsung nyender ke gue dan bikin gue agak negakin badan, biar dia nggak pegel. Sesekali gue ngelusin rambut Seungyoun pake tangan kiri gue dan tangan kangan gue nyuapin dia jajan.

"Loh, rame-rame kirain ada apa," kita berempat noleh dan ada Papa baru keluar kamar.

"Eh Om, maaf, nggak sopan," ucap Seungyoun sungkan.

Roommate [Han Seungwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang