Part 1 Lulus CPNS

8.1K 306 20
                                    

Tahun 2006

Renathera Matutina, seperti biasa gadis itu mengajar bimbel di Nur Hidayah. Dia mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak SD dan SMP di sana. Selesai tamat kuliah di Universitas Sriwijaya, beberapa panggilan untuk tes kerja di salah satu Bimbel ternama dia terima. Namun setelah melalui tahap demi tahapan tes, Rena dikalahkan oleh teman semasa kuliahnya dulu. Padahal mereka sudah mendapat pekerjaan mengajar di sekolah swasta. Kenapa harus ikut bersaing juga dengannya yang sama sekali belum mendapatkan pekerjaan.

Akhirnya Rena memasukkan lamaran ke Bimbel Nur Hidayah yang memang belum lama dibuka itu. Mereka juga masih kekurangan tenaga pengajar. Dan di sanalah dia mencari pengalaman hampir setahun. Sambil mengajar Rena pun mencoba ikut tes CPNS di kota Prabumulih.

Sekarang Rena sedang menunggu pengumuman hasil tes yang sudah dia ikuti di sana. Banyak teman-temannya yang memberitahunya bahwa untuk menjadi PNS di kota Prabumulih itu sangat sulit. Kuota jurusan yang diterima juga sedikit. Bayangkan saja untuk guru SMP jurusan IPS hanya menerima dua orang, sedangkan IPS untuk SMA hanya satu orang.

'Alangkah beruntungnya jika salah satu itu, orangnya adalah aku,' batin Rena

Kring.Kring.Kring

Suara hape butut Rena berbunyi disela gadis itu sedang mengajar. Rupanya Salsa teman akrab Rena  semasa kuliah yang menelponnya.

[Rena selamat, ya. Akhirnya dikau diterima juga]

Salsa begitu bahagia di sebrang sana. Dia lebih dulu lulus PNS tepatnya setahun yang lalu. Saat ada tes pembukaan CPNS Rena sedang sidang skripsi jadi belum bisa ikutan tes.

[Kamu bercanda kan, Sa. Nggak lucu tahu]

Rena masih belum percaya dengan ucapan Salsa. Wong masih pagi juga, jam delapan. Memangnya dia nggak ngajar apa, sibuk mantengin koran karena hari ini memang jadwal pengumuman hasil tes CPNS.

[Ya Allah, Renathera Matutina. Sumpah demi Allah, aku lihat nama kamu di koran. Emang ada nama unik lain di Palembang selain nama kamu dan dengan tanggal lahir yang sama pula?]

[Maaf. Soalnya aku belum beli koran, Salsa. Tapi makasih, ya. Kamu udah berbaik hati memberitahu kabar gembira ini]

[Oke, Ren. Sekali lagi selamat ya buat kamu]

[Iya, makasih]

Salsa menutup sambungan telponnya. Sementara Rena langsung menelpon ke rumah.

[Yah, udah beli koran hari ini belum? Pengumuman hasil tes CPNS udah ada, Yah]

[Beneran, Ren?]

[Iya,  Yah. Salsa tadi telpon Rena katanya ada nama Rena di koran]

[Alhamdulillah kalau begitu. Nanti ayah beli korannya]

[Iya, Yah. Udah dulu, Yah. Assalamualaikum]

[Waalaikumsalam]

Gadis itu bahagia sekali, akhirnya dia bisa juga menjadi CPNS seperti teman-temannya yang sudah lulus kuliah lebih dulu. Ani sekarang PNS di Lahat, Mala di Pagar Alam, Salsa dan Liza di Kayu Agung, Viona di Prabumulih, Ummi di Ogan Ilir dan April di Muara Enim. Mereka semua adalah teman seangkatan Rena.

Kelulusannya ikut tes CPNS tidak terlepas karena bantuan dari Viona yang notabene orang Prabumulih. Rena menginap di rumahnya waktu itu. Karena Rena takut telat jika langsung berangkat dari Palembang. Sementara jadwal tes jam 07.30 sudah dimulai. Viona juga sudah membantunya membuatkan surat lamaran. Ah, pokoknya akhwat itu sudah banyak sekali membantunya.

***

Pulang dari mengajar les, Rena langsung melihat koran yang sudah di beli oleh ayahnya. Dia mencari nomor tesnya, matanya langsung tertuju pada nama yang tercetak huruf kapital di sana 'RENATHERA MATUTINA'.

'Ya Allah, benar itu namaku,' ucap batin Rena. Dia benar-benar merasa  bahagia sekali melihat ada namanya di koran.

Rena pun langsung sujud syukur. Dia tidak menyangka bisa mengalahkan saingan yang jumlahnya ribuan itu.

"Kapan kamu mulai tugas di Prabumulih, Ren?," tanya ayah Rena.

"Bulan Maret daftar ulang, Yah.  Sekaligus nanti lihat penempatan di sekolah mana," jawab Rena.

"Oya Bu, Rena tinggal di rumah adikmu saja?," ujar ayah Rena lagi.

'Oya adik ibu, Mang Samsuri tinggal di Prabumulih. Aku kok nggak kepikiran ya waktu mau ikut tes tempo hari'.

"Kamu mau Ren tinggal di sana?. Di dusun, lho," toleh ibu ke arah anaknya.

"Lihat situasi, Bu. Kalau Rena dapatnya di kota. Ya, Rena ngekost aja. Jauh banget kalau mau tinggal di rumah mamang (paman)," jawab Rena..

"Ya sudah, itu nanti kita pikirkan lagi. Sekarang kamu kasih tahu pimpinan Bimbel tempat kamu mengajar kalau kamu lulus CPNS dan akan mengundurkan diri secepat mungkin," ujar ayah Rena.

"Iya, Yah. Rena akan segera menghubungi Bu Hasanah," ucap Rena setuju.

***

Esok harinya


Di sekolah tempat Pak Hamdan mengajar pun mulai heboh dengan kelulusan seorang Renathera Matutina.

"Wah Pak Hamdan, anaknya lulus CPNS habis berapa gepok, Pak?," tanya Pak Wicak sinis.

"Anakku lulus murni, Pak. Tanpa uang sepeser pun," jawab Pak Hamdan.

"Masa sih, Pak. Katanya kalau mau lulus tes di sana kudu siapin uang bergepok-gepok," ujar yang lain tidak percaya.

"Kalian mau percaya atau tidak. Terserah. Aku tidak punya uang untuk menjadikan anakku PNS, kalau memang rezekinya tidak akan ke mana-mana," jelas Pak Hamdan percaya diri.

Ayah Rena mengajar di SMP negeri, beliau menjabat sebagai wakil kepala sekolah di sana. Beliau juga seorang PNS. Ayahnya mengajarkan Rena dan adiknya tentang kejujuran. Meskipun dia anak guru, ayahnya tidak pernah meminta anaknya untuk diperlakukan istimewa. Bahkan ketika Rena sekolah di tempat ayahnya mengajar, teman-temannya banyak yang tidak tahu kalau dia, anak Pak Hamdan, guru Bahasa Indonesia yang terkenal sangar itu.

"Mau percaya atau tidak terserah. Dasar orang-orang aneh!!,"omel ayahnya setelah pulang ke rumah.

"Ada apa toh Yah, pulang-pulang udah ngomel aja?," tanya ibu Rena.

"Itu, Bu. Teman mengajar ayah nggak ada yang percaya kalau Rena lulus CPNS murni, tanpa uang sogokan. Emang di Prabumulih terkenal seperti itu apa?," jawab ayah Rena masih ngedumel.

"Kalau orang nggak percaya ya sudah Yah. Ngapain pusing memikirkannya. Kita mah bersyukur saja, anak kita lulus tanpa mengeluarkan uang sepeser pun," ujar ibu Rena.

Memang persepsi sebagian masyarakat seperti itu, tidak ada uang tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang bergengsi.

💖💖💖


Rabiha Adzra

3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang