Setiap hari pulang dari mengajar Rena selalu melihat tumpukan piring kotor, belum lagi nanti sore pakaian yang dijemur hari ini. Pemandangan itu masih dia lihat di rumah Mamangnya.
Okelah sekali dua kali. Ini udah hampir tiap hari Rena membereskan piring kotor di dapur dan sorenya melipat pakaian. Badan rasanya remuk semua. Capek banget kalau setiap hari harus begini. Alhasil sudah Isya, dia langsung berlayar ke pulau kapuk.[Yah, cakmano men Rena ngekos bae?]
(Yah, bagaimana kalau Rena ngekos saja?)Rena menelpon ayahnya sebelum tidur. Dia ceritakan semua keluhannya.
[Gek dak lemak samo Mamang kau] tolak ayah Rena.
(Nanti tidak enak dengan Mamangmu)[Yah, fasilitas di sini tuh dikit nian. Men nak beli kertas tuk ngeprint bae nak ke kota, belum men nak motokopi dan laen-laen, Yah. Rena jadi dak betah]
(Yah, fasilitas di sini tuh sedikit sekali. Kalau mau beli kertas untuk ngePrint saja mau ke kota, belum kalau mau fotokopi dan lain-lain, Yah. Rena jadi tidak kerasan)[Yoh sudah, carilah info di mano ado kostan. Kagek ayah ngomong samo Mamang kau]
(Ya sudah, carilah info di mana ada kostan. Nanti ayah bicara dengan Mamangmu)Rena tersenyum simpul dan mengakhiri percakapan dengan ayahnya di telpon.
Sudah tiga hari Rena mencari info lewat temannya di sekolah namun belum ada kostan yang nyaman untuk dia tempati. Masalah air paling penting baginya. Kalau airnya tidak lancar, bagaimana aktivitas hariannya nanti. Masa mau beli air dulu baru bisa mandi."Ren, ade Ady di luah," ujar Bik Dinar mengetuk kamar Rena.
(Ren, ada Ady di luar)'Malam-malam begini, ngapain tuh anak. Nggak ada kerjaan apa,' batin Rena sambil mengenakan jilbab langsungnya.
Rena pun menemui Ady karena tidak enak dengan Mamang dan Bibiknya. Ady itu cucu Pala Menyan di dusun. Jadi rada disegani begitu.
"Ada apa ya, Dy?," tanya Rena berdiri di muka pintu.
Sementara Ady sudah duduk di kursi yang ada di teras. Dia menatap Rena aneh. Rena pun mengerti maksud tatapan Ady. Rena lalu menarik kursi yang agak jauh dari Ady lalu duduk.
"Besok ada acara tidak?," tanya Ady.
'Waduh ngapain dia nanya begitu. Kalau aku bilang tidak, nanti dia mau mengajak aku pergi lagi,' Otak Rena pun cepat berpikir sebelum menjawab pertanyaan Ady.
"Hm, emang mau ke mana?," tanya Rena dulu.
"Di dusun sebelah ada acara nikahan, mungkin kamu mau lihat pesta pernikahan di daerah sini seperti apa," tawar Ady.
"Wah sayang sekali, aku besok mau ke kota. Udah janji, sih," ujar Rena ngeles.
"Beneran?," tanya Ady tidak percaya.
"Iya, aku kan bisanya ke kota cuma hari minggu," jelas Rena agar dia tidak curiga.
Meskipun Ady jomblo, tetap saja Rena tidak mau dibonceng bermotor. Apalagi sampai datang ke acara pesta pernikahan. Huaa!! Bisa jadi fitnah. Nanti dikira orang, Ady cowok atau calonnya lagi.
"Ren, aku tuh sebenarnya suka sama kamu," ujar Ady serius melihat Rena.
'Waduh!! Jadi aku ditembak, nih. For the first time ada cowok yang nembak Renathera,' ucap Rena dalam hati.
Gadis itu tersenyum tidak enak. Kalau secara fisik, Ady sudah memenuhi kriteria. Pekerjaannya juga sudah mapan, PNS. Tapi agamanya, Rena tidak tahu. Rena melihat Ady juga merokok. Gadis berjilbab itu memperhatikan kotak rokok yang ada di atas meja, itu pastilah punya Ady.
Kalau cowok udah perokok, sesempurna apa pun dia, akan Rena blacklist dari calon suaminya. Sadis, ya. Emang. Karena perokok aktif itu susah untuk berhentinya. Satu lagi, gadis itu juga alergi dengan asap rokok. Dari jarak dua meter saja kalau ada orang yang merokok, dia spontan batuk-batuk dan akhirnya bisa sesak napas.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
RomantizmRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...