Sejak bertemu di acara perpisahan itu Rei dan Rena tidak pernah bertemu lagi. Kantor camat dan guru tidak ada hubungannya sehingga mereka bisa bertemu terus setiap hari meskipun tempat kerja mereka masih satu dusun.
Tapi pucuk dicinta ulam pun tiba Rena datang sendiri ke rumah orang tuanya. Karena ternyata Rena teman karib adiknya, Vika.Sejak bercerai satu tahun yang lalu, Rei tinggal bersama Mamanya lagi. Rumah yang pernah dia tempati bersama mantan istrinya, dr.Novia, dia tinggalkan. Memang rumah itu Rei beli sebelum menikah.
Seharusnya dia mendengarkan saran mamanya agar dia mencari istri dengan pekerjaan yang tidak menyita banyak waktu di luar supaya bisa mengurus suami dan rumah. Novia juga tidak mau tinggal bersama Mamanya dengan alasan ingin mandiri. Padahal Rei kasihan meninggalkan mama dan adiknya di rumah karena tidak ada laki-laki lain selain Rei, jika dia pergi."Ayo sarapan dulu Vika,Rena," panggil Yuyun.
Sementara Rei sudah duduk di meja makan. Nasi goreng dan telur dadar menu sarapan pagi ini. Air teh hangat pun sudah Mamanya tuangkan ke dalam gelas.
Rei masih memakai kaos oblong sebelum memakai baju PDH kuning kaki. Nanti kalau berangkat baru dia pakai."Vika dekde (tidak) ngajar kalu hari ni, Ma?," ucap Rei.
"Ao, tapi Rena kalu ngajar. Ape tuh budak bedue tidok lagi ude sholat subuh ?," tebak Mamanya.
(Iya, tapi Rena mungkin ngajar. Apa anak berdua itu tidur lagi sudah Sholah subuh?)Vika memang masih honor di SMP Negeri 8 makanya dia tidak setiap hari ke sekolah. Tak lama Rei melihat pintu kamar Vika terbuka dan yang keluar dari sana justru Rena bukan Vika. Gadis itu sudah rapi memakai pakaian dinas dengan jilbabnya yang menjuntai panjang sama seperti Vika.
"Sarapan, Ren," ajak Mama.
"Iya, Tante. Makasih," balas Rena.
Rena pun menghampiri meja makan dan mengambil tempat duduk di depan Rei.
"Sarapan seadanya. Tante pagi ini ada rapat di sekolah" ujar Yuyun. Beliau kepala sekolah di sebuah SD negeri.
"Maaf ya, Tante. Rena tidak bantu membuat sarapan pagi," ucap gadis itu tidak enak.
"Dak apo-apo. Biaso bae, Ren. Idak nak sungkan. Payo, makanlah," titah Yuyun.
(Tidak apa-apa. Biasa saja, Ren. Jangan sungkan. Ayo, makanlah)Wah, Rei yang duduk di hadapan Rena benar-benar tidak diliriknya.
"Rei, Rena. Mama berangkat duluan, ya," ucap Yuyun.
Mama Rei beranjak dari kursi makan lalu mengambil tas dan berangkat menggunakan motor dinas.
Kini tinggal mereka berdua nih di meja makan. Rei tersenyum geli melihat Rena khusyuk banget makan nasi goreng."Ehem," Rei berdehem. Rena pun mengangkat wajahnya melihat ke arah Rei.
"Nasi gorengnya enak nggak?," tanya Rei. Rena pun menunduk kembali setelah beradu tatapan tadi.
"Enak," ucap Rena dengan nasi masih di mulut.
"Itu Kakak lho yang buat," ujar Rei serius. Rei melihat Rena hanya tersenyum simpul seperti tidak percaya.
"Nggak percaya?," tanya Rei. Rena menggeleng.
"Boleh tanya sama Mama dan Vika kalau nggak percaya," jawab Rei sambil melihat wajah putih mulus Rena yang tanpa make-up itu.
"Kak, Rena berangkat dulu ya. Takut ketinggalan angkot," ucap Rena lalu berdiri sambil membawa piring kosong bekas sarapannya ke dapur.
Sepertinya Rena tidak mau berlama-lama dengan Rei di meja makan.
💖💖💖
Jeda setengah jam Rena berangkat, Rei pun siap-siap berangkat kerja bersama Xenia marunnya. Tiba di depan toko manisan Acong, tempat biasa pegawai dari Palembang menunggu angkot tujuan ke dusun tempat Rena dan Rei bekerja, dia melihat Rena masih menunggu di sana.
'Ya Tuhan, berarti dia belum dapat angkot juga?,' batin Rei melihat Rena.
Rei pun mengklakson mobilnya agar Rena menoleh. Tapi sedikit pun gadis itu tidak menoleh ke arahnya. Terpaksa Rei turun dari mobil untuk menghampirinya.
"Rena!," panggil Rei.
"Kak...," ucap Rena pelan. Sepertinya Rena kaget melihat kehadiran Rei.
"Belum dapat angkot juga. Bareng kakak aja, ya," tawar Rei.
"Nggak usah, Kak," tolak Rena tersenyum tidak enak.
"Kamu nggak usah mikirin banyak mudhorotnya karena hanya kita berdua. Kalau terpaksa begini, kayaknya nggak apa juga daripada kamu terlambat," ujar Rei.
"Ayo," ajak Rei sambil membuka pintu mobil di depan.
Rena pun ragu mau naik atau tidak. 'Aduh, bikin gemas saja. Kalau gadis lain yang ku tawari pasti dengan senang hati langsung naik ke mobilku. Tidak seperti Rena, wajahnya tampak serba salah mau naik atau tidak,' batin Rei.
Akhirnya Rena pun naik meskipun terpaksa. Akses ke dusun memang susah apalagi kalau sudah siang, menunggu angkot bisa tambah lama.
"Gimana rasanya mengajar di dusun?," tanya Rei memecah keheningan. Hampir 15 menit perjalanan suasana di mobil begitu sunyi.
"Ehm, enak. Tapi siswanya kebanyakan pakai bahasa dusun. Kadang aku kurang paham," jawab Rena tanpa menoleh ke arah Rei.
"Kalau di dusun memang begitu. Bahasa daerahnya masih kental. Beda dengan sekolah yang ada di kota," jelas Rei.
Rena tidak banyak bicara kalau tidak Rei tanya. Mungkin suasana di mobil yang hanya ada mereka berdua saja membuatnya canggung. Beda kalau ada Vika di antara mereka.
"Kak, stop di sini saja," pinta Rena ketika mobil Rei mau belok masuk ke jalan menuju sekolahnya.
"Lho, kenapa? Kalau mau nganter kakak nggak mau tanggung-tanggung," ujar Rei heran.
"Di sini saja, biar nanti aku jalan sampe ke gerbang," ujar Rena bersihkeras.
"Oke," Rei pun menyerah.
Rena turun lalu pamit setelah mengucapkan salam. Rei kemudian melanjutkan perjalanannya ke kantor camat. Waktu yang pas, Pak Camat juga belum datang walaupun dia selalu datang on time.
3CSS
02 September 2019Rabiha Adzra
![](https://img.wattpad.com/cover/198550249-288-k773819.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
RomansaRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...