Part 17 Calon suami ??

2.7K 202 2
                                    

Akhirnya weekend di Palembang juga. Setelah menempuh perjalanan dengan bis selama dua jam lebih, Rena sampai juga ke rumah orang tuanya.

"Assalamualaikum," Rena mengetuk pintu rumah.

"Waalaikumsalam," jawab ibunya mau membukakan pintu tapi justru Rena sudah masuk. Rena membuka pintu rumah dengan kunci cadangan yang dia bawa.

"Rena!! Balek dak ngenjuk tau lagi," teriak ibunya kaget.
(Rena!! Pulang tidak memberitahu lagi)

Rena meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya. "Ayah mana, Bu?," tanya Rena.

"Di rumah Pak RT, " jawab Ibunya.

Rena menyerahkan buah tangan yang dia beli di Prabumulih ke ibunya. Rena hanya membelikan buah apel dan pir madu kesukaan mereka.

"Cakmano di tempat kost baru, betah?," tanya Ibunya lagi.
(Bagaimana di tempat kost baru, kerasan?)

"Alhamdulillah. Betah,Bu," jawab Rena. "Aku ke kamar dulu, Bu," sambungnya.

"Yo istirahatlah sano (sana)," sahut Ibu Rena.

Rena menghempaskan badannya ke atas ranjang. Hah, kangen sekali dia dengan kamarnya. Pikiran Rena menerawang dan teringat kembali dengan janjinya kepada ayah dan ibu.

'Aduh bagaimana ceritanya ya kalau aku dak jadi mengenalkan mereka dengan calonku' batinnya.

Kepalanya mulai pusing lagi. Setiap Rena memikirkan itu, kepalanya terasa sakit.
Esok paginya, badan Rena terasa tidak fit. Mual-mual dan keringat dingin. Rena pun dilarikan ke rumah sakit karena muntah-muntah dan badan terasa lemas sekali.

"Bagaimana anak saya, Dokter?," tanya pak Hamdan.

"Faktor kecapekan dan banyak pikiran memicu asam lambungnya naik. Kita rawat inap dulu, ya," ujar Dokter.

"Iya, Dok,"

'Ya Tuhan, aku pulang mau refreshing kok malah diopname. Aku tidak mau memberitahu Vika di sana, nanti dia cemas lagi. Semoga aku tidak lama diopname,' batin Rena sedih.

💖💖💖

Vika akhirnya tahu juga kalau Rena diopname namun bukan tahu dari mulut Rena sendiri. Ketika Vika menelpon ponsel Rena, ibunya yang mengangkat dan memberitahu kalau Rena diopname.

"Kak, ada acara nggak hari ahad?. Kita ke Palembang, ya," ajak Vika.

"Nggak ada. Mau ngapain ke Palembang?," tanya Rei.

"Kak, Rena diopname. Bukannya liburan tapi malah sakit," jawab Vika.

Hati Rei mendadak cemas. 'Bukannya dia berangkat sehat-sehat saja,' batin Rei.

"Oke. Kita berangkat pagi saja, ya," ujar Rei setuju.

Keesokannya

Vika dan Rei berangkat ke Palembang, sebenarnya Vika maunya dia saja yang membesuk tapi Rei tidak tega membiarkan adiknya ke Palembang sendirian.

Vika masuk ke ruang kamar inap. Mereka sampai jam 10, memang masih pagi untuk membesuk. Ayah Rena yang bertugas menjaga yang membukakan pintu.

"Om, saya Vika, teman Rena dan anak ibu kost," jelas Vika. "Oya, ini kakak saya, Rei"

Rei menghulurkan tangannya kepada Pak Hamdan. "Kamu ya calonnya Rena?," tunjuk Pan Hamdan.

Rei dan Vika saling pandang mereka sedikit kaget dengan ucapan ayah Rena. Rei hanya tersenyum, dia tidak berani bilang iya atau pun tidak.

"Anak itu bilang mau mengenalkan laki-laki yang mau serius dengannya. Om pikir ucapannya main-main. Ternyata memang ada orangnya," ujar Pak Hamdan tersenyum.

'Ya Tuhan, jangan-jangan yang dimaksud ayah Rena soal proses Rena dengan kak Erwin. Gimana ini prosesnya kan batal,' batin Vika.

"Maaf ya, sepertinya Rena masih tertidur. Dari jam dua malam dia belum bisa tidur. Kata dokter banyak pikiran. Memangnya apa yang dipikirkan anak itu?," ucap pak Hamdan sambil melihat ke arah anaknya.

Vika melihat sahabatnya itu, matanya memang terpejam. Rei melihat sekilas wajah putih Rena tampak begitu pucat.

"Om, saya tunggu di luar saja," ujar Rei.

"Oya, ayo kita ngobrol di luar saja," ajak Pak Hamdan.

💖💖💖

"Ren, aku sangat jarang lihat kamu sakit sampe diopname begini. Mungkin baru kali ini kamu diopname. Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sampe sakit begini?," gumam Vika duduk di samping Rena.

"Eung...," Rena mulai membuka matanya.

"Vika!!," jerit Rena kaget melihat Vika berada di sampingnya.

"Kalau aku nggak telpon, kamu nggak akan kasih tau kan?," pelotot Vika marah.

"Aku nggak mau ngerepotin orang. Nah, buktinya kamu jauh-jauh ke sini kan," jawab Rena. "Kamu ke sini sendirian?"

"Kamu berharapnya aku pergi sama siapa?," pancing Vika.

Rena menunduk dan diam saja. Vika bisa membaca raut wajah Rena, rupanya gadis itu mengharapkan kakaknya juga datang.

"Kak Rei ada di luar. Sedang ngobrol sama ayahmu. Aku males ke Palembang naik bis, jadi ku todong dia supaya nganterin," jelas Vika.

'Ayah sama kak Rei ngobrolin apa, ya?,' tanya batin Rena.

"Jadi besok masih nginep di sini?," tanya Vika.

"Kata dokter, sore sudah bisa pulang tapi nanti siang dicek lagi" jawab Rena.

"Kalau sore udah pulang, aku dan kak Rei tunggu saja. Kita pulang bareng ke Prabumulih," tawar Vika.

"Nggak usah, Vi. Nanti kalian repot. Mungkin Kak Rei ada urusan lain," tolak Rena halus.

"Kak Rei nggak ada acara, kok. Dia pasti mau menunggu," ujar Vika tersenyum.

Tak lama Pak Hamdan dan Rei masuk lagi ke kamar inap. "Lho, sudah bangun Ren," tegur ayah Rena.

Rei berdiri di belakang Pak Hamdan tersenyum melihat Rena. Mata mereka beradu pandang lalu Rena mengalihkan pandangannya ke arah lain. Vika hanya tersenyum melihat gerak-gerik kakak dan sahabatnya itu yang tetap menjaga pandangannya.

"Om, kalau kata dokter, Rena sore ini udah boleh pulang, Rena ikut kita saja ke Prabumulih," ujar Vika.

"Gimana, Kak?," toleh Vika ke arah kakaknya. Rei hanya mengacungkan jempolnya tanda setuju.

"Terserah fisik Rena itulah. Apa senin besok dia mau langsung kerja atau tidak," ujar Pak Hamdan melihat Rena.

"Iya, aku ikut," jawab Rena.

"Kalau gitu, ayah pulang dulu mau jemput ibumu. Nak Vika dan Rei, Om titip Rena dulu, ya," ucap Pak Hamdan.

"Iya, Om," sahut Vika.

Rei menawari Pak Hamdan agar dia mengantar beliau untuk menjemput istrinya. Maksud hati Rei juga biar sekalian dia tahu rumah orang tua Rena di mana.

3CSS
03 September 2019

Rabiha Adzra

3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang