'Haduh, berdua saja dengan Kak Rei di mobil membuat aku gerah. Belum ditambah aku harus jalan kaki menuju gerbang sekolah,' batin Rena sambil berjalan menuju pintu gerbang sekolah.
Rena terpaksa menerima tumpangan dari Rei, kalau tidak dia pasti telat masuk ke kelas. Ketika tiba di kantor jeda lima menit, jam pergantian belajar pun berbunyi.
Rena mengatur detak jantungnya yang tidak beraturan sambil mengambil buku absen dan buku paket di atas meja.Ketika dia mau ke kelas anak-anak sibuk dan kasak-kusuk. "Ada apa anak-anak?," tanya Rena.
"Bu, kakgi ade uhang dari Puskes diajung Bapak Kepsek masok ke kelas," ucap Cindy dengan logat daerahnya.
(Bu, nanti ada orang dari Puskesmas disuruh Bapak Kepsek masuk ke kelas)"Oh, begitu. Jadi kita tidak belajar nih ceritanya," ujar Rena tersenyum.
"Ao, Bu!!," balas anak-anak kelas 8 serempak.
"Assalamualaikum," sapa seseorang laki-laki berpakaian serba putih, di belakangnya pun ada dua perempuan berpakaian sama.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.
"Ady!!," seru Rena ketika melihat laki-laki itu yang ternyata adalah ady. Mereka pun masuk ke dalam kelas.
"Permisi, Bu. Kami mau mengadakan penyuluhan tentang kebersihan mulut dan gigi," ujar Ady formal.
"Oh ya, silahkan," Rena mempersilahkan mereka masuk.
'Kalau begitu aku keluar saja dari kelas,' pikir Rena.
"Rena," panggil Ady.
Sementara kedua perawat yang lain menjelaskan Ady menyusul Rena keluar.
"Apa?," tanya Rena.
"Jadi kamu tidak tinggal di rumah Mang Sam lagi?," tanya Ady.
"Tidak. Aku ngekost, lagipula aku banyak aktivitas di kota. Ikut pengajian dan organisasi," jawab Rena biar dia tahu.
"Oh begitu. Pantas tidak kelihatan lagi di rumah Mang Sam," ujar Ady seperti ada rasa kecewa di raut wajahnya.
"Masuk sana, kan nggak enak sama temanmu," ucap Rena. Ady mengangguk lalu masuk lagi ke dalam kelas.
"Ssst Rena," panggil Marsya berbisik.
"Yuk Marsya, ada apa?," tanya Rena.
"Ren, itu perawat yang nembak kamu?," tanya Marsya memastikan. Rena mengangguk.
"Kenapa ditolak?. Ganteng begitu, PNS pula," ujar Marsya.
"Bukan masalah itu, Yuk. Imannya lebih penting. Harta bisa dicari dan diwariskan, Yuk. Nah, kalau iman tidak diwariskan," jelas Rena biar Marsya paham alasannya menolak Ady.
Marsya manggut-manggut mengerti.
Rena tidak tergoda melihat laki-laki kaya dan tampan jika tidak sholeh. Justru yang sholeh itulah yang membuat goyah iman ditambah pula kalau dia tampan dan mapan.💖💖💖
Pulang dari sekolah, akhirnya Rena bisa satu angkot dengan teman-teman mengajarnya yang turun di pasar. Ah, dia merasa bebas sekarang. Pulang bisa langsung istirahat. Paling tidak kan, Mama Vika tidak meninggalkan peralatan bekas masak pagi tadi. Vika juga bangun siang, pasti dia yang sudah membereskan. Nah, jatah Rena mencuci piring makan malam. Kalau berbagi begini, tugas rumah kan cepat selesai dan tidak capek disatu orang.
"Assalamualaikum," ucap Rena sambil mengetuk pintu.
'Sepertinya Tante Yuyun sudah pulang. Kak Rei kayaknya masih di kantor camat, sewaktu angkot lewat tadi ku lihat mobilnya masih terparkir di depan kantor camat,' batin Rena menebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
RomanceRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...