Rena dan Vika menunggu Rei pulang dengan harap-harap cemas. Apakah bisa Rei memenuhi dua syarat dari ayahnya.
"Ren, kalau dari kamu sendiri bagaimana?," tanya Vika.
"Insya Allah Vi, aku siap melanjutkan proses ini tapi kita tunggu dulu hasil kak Rei dari Palembang" jawab Rena.
Mereka menunggu Rei sampai sore namun laki-laki itu tidak muncul juga di rumah. Vika menelponnya ternyata Rei sudah sampai di rumahnya ba'da ashar tadi. Nanti malam dia akan ke rumah Yuyun, mamanya.
"Kayaknya kalau kak Rei nggak langsung kesini pertanda dia kecewa. Jangan-jangan syarat dari ayahmu tidak bisa dipenuhi kakak," tatap Vika ke arahku.
"Masa sih, Vi?," tanya Rena tidak percaya.
"Kak Rei itu kalau dapat kabar gembira bakalan langsung diceritakan. Lha, ini dia pake acara pulang ke rumahnya dulu nggak langsung ke sini, " jawab Vika cemas.
'Badanku rasanya lemas. Kok, aku jadinya berharap sekali dengan Kak Rei. Ah entahlah,' batin Rena hilang semangat.
Selesai sholat Isya, Rena mengurung diri di kamar. Sementara Vika ngobrol dengan mamanya sambil menonton televisi. Ketika matanya hampir terpejam, Vika masuk memanggilku.
"Ren, ada Kak Rei. Keluar yuk, dia mau bicara sama kamu. Nanti aku temani, kok," ajak Vika.
Kalau untuk mendengar kabar sedih Rena jadi malas mau keluar. Rena mengambil jilbab langsung lalu mengiringi langkah Vika menemui kakaknya yang sedang duduk di sofa ruang keluarga. Sementara Yuyun mungkin sudah masuk ke dalam kamar.
"Bagaimana tadi, Kak?," tanya Rena menunduk tidak berani melihat wajah Rei.
"Hmm, kalau ternyata kakak tidak bisa memenuhi syarat dari ayahmu bagaimana?," ujar Rei balik bertanya.
Deg. Dada Rena bergemuruh. "Ayah Rena tidak akan merestui, kan," tebak Vika.
"Syaratnya diluar dugaan," ujar Rei dengan wajah serius.
'Ya Tuhan. Kenapa ayah pake ngasih syarat segala, sih. Disaat aku menginginkan proses ini berlanjut justru ayahku yang malah menghalangi. Kak Rei pasti tidak bisa memenuhi syarat itu,' batin Rena.
"Aku akan membujuk ayah untuk menghilangkan syarat itu," ujar Rena.
Vika tersenyum melihat Rena. Ah ketahuan banget ya kalau Rena mengharapkan Rei.
"Emang syaratnya apa, Kak?," tanya Vika.
"Memancing dan memasak," jawaban Rei benar-benar membuat Rena kaget.
Apa-apaan sih ayah. Nggak jelas banget syarat yang diminta ayah kepada kak Rei' batin Rena kesal dengan ayahnya.
"Kamu kecewa kalau kakak gagal melakukannya?," tanya Rei melihat Rena.
'Ugh,seharusnya dia tidak perlu bertanya lagi,' dadanya terasa sesak.
Rena tidak sanggup lagi membendung air matanya.
"Maaf, Kak," Rena berdiri meninggalkan mereka berdua dan kembali ke kamar.
'Ayah benar-benar keterlaluan' omelnya dalam hati. Rena menutup pintu kamar lalu menelpon ayahnya.
[Assalamualaikum, Yah]
[Rena? Ada apa? Tumben telpon ayah?]
[Ayah kalau dak seneng dengan Kak Rei bilang saja. Tidak usah pake kasih syarat segala] ucap Rena dengan nada marah.
[Ayah kasih syarat begitu untuk menyakinkan saja, kalau ayah tidak salah melepaskan anak gadis ayah kepada laki-laki yang belum lama dikenalnya] Ayahnya coba menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
RomanceRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...