EPILOG

6.4K 276 20
                                    

Dua minggu setelah menikah Rena diminta Rei untuk membeli testpack. Rei yang tidak sabaran akhirnya dia sendiri yang membeli ke apotik.

Karena tepat di hari akad nikah Rena baru selesai mendapatkan tamu bulanannya. Siapa tahu dia langsung hamil makanya Rei tidak malu membelikan test pack untuk Rena.

Alhamdulillah, ternyata Rena positif hamil, Rei orang yang paling bahagia dengan kabar itu. Tak henti-henti dia menciumi istrinya.

Hari-hari menjalani kehamilan dinikmati oleh Rena. Masa ngidam Rena seperti yang dirasakan kebanyakan ibu hamil pun dijalani Rei dengan sabar. Berbagai keinginan Rena akan diusahakan Rei sebisa mungkin. Untunglah Rena mengidam bukan yang aneh-aneh. Rena selalu ingin makan masakan yang dibuat langsung oleh Rei. Nah, yang repotnya ketika makan siang. Rei sudah pasti belum pulang ke rumah. Terpaksalah Rei masak sebelum adzan subuh untuk sarapan pagi sekaligus untuk makan siang mereka. Rena pun membawa bekal buatan suaminya untuk di makan di rumah mertuanya. Karena sore hari Rei baru pulang kerja sekalian menjemput Rena untuk pulang ke rumah mereka.

💖💖💖

Sekarang kandungan Rena sudah memasuki usia enam bulan. Tri semester kedua hampir berakhir.

"Dek, susunya jangan lupa dihabiskan," ingat Rei.

Rena paling enek minum susu hamil, tapi Rei tetap memaksanya agar anak yang dia kandung sehat. Hal itu dilakukan Rei karena Rena makannya sedikit sekali. Bukan mama mertuanya yang cerewet tetapi malah suaminya yang super cerewet selama dia hamil.

"Kak, susunya ganti buah aja. Nggak bisa minum banyak-banyak, bikin mual, Kak," rengek Rena mencari alasan agar tidak meminum susu.

"Dek, kakak nggak mau anak kita nanti kurang gizi," tolak Rei. Rena hanya memanyunkan bibirnya. Susah, deh.

Rena pun terpaksa menghabiskan susu yang sudah dibuatkan oleh suaminya. Kalau Rena, jangan harap mau membuatnya sendiri karena tidak ada niat sama sekali mau meminumnya. Tapi kalau sudah dibuatkan oleh Rei terpaksa deh, susu itu harus diminumnya.

"Ayo buruan. Kakak antar ke rumah mama. Sekalian kakak mau mengambil undangan Vika," ajak Rei.

"Udah jadi undangannya, Kak?," tanya Rena.

"Iya," jawab Rei singkat.

Rena melihat raut wajah Rei sedikit berubah ketika membahas tentang undangan pernikahan Vika, adiknya.

"Apa nggak ada ikhwan lain?," gumam Rei.

"Kenapa, Kak? Tidak ada yang tahu dengan siapa dia akan berjodoh termasuk Vika," jelas Rena menatap suaminya.

"Jawab dengan jujur. Adek pernah suka kan dengan dia?," tanya Rei menatap Rena tajam.

"Siapa sih kak yang tidak suka ta'aruf dengan ikhwan sholeh, tampan dan mapan. Tapi aku belum menambatkan hatiku kepadanya selagi belum ada ikatan yang sah," jawab Rena jujur. Rena lalu menyandarkan kepalanya ke dada Rei.

"Hatiku tidak mantap untuk melanjutkan ta'aruf itu juga karena siapa?," lanjut Rena sembari mendengarkan detak jantung Rei yang bergemuruh. Dia cemburu.

Rei lalu memegang kedua pundak Rena, dia menatap Rena tidak percaya setelah mendengarkan ucapan Rena barusan.

"Maksud, Adek?," tanya Rei tersenyum tidak percaya.

"Kakak ingat tidak? Saat kakak tidak memberiku tumpangan? Aku menangis di rumah karena itu. Aku tahu kakak melihatku waktu itu. Mau aku sedang ta'aruf atau tidak, apa urusan kakak. Kalau kakak tidak ada perasaan denganku harusnya kakak mengajakku, kan?. Dari situ aku semakin yakin kalau kakak sebenarnya menyukaiku. Iya, kan?," jelas Rena.

Rei tersenyum malu. "Ayo kita ke rumah mama, nanti tambah siang lagi," ujar Rei coba menghindar. Rei menarik tangan Rena agar mengikutinya.

"Kakak nggak perlu khawatir hatiku hanya untuk kakak," goda Rena.

Rei tertawa sambil mengelus kepala Rena. Rei khawatir dengan calon suami Vika, yang ternyata adalah ikhwan yang pernah ta'aruf dengan Rena dulu. Erwin.

Ah, jodoh memang tidak bisa ditebak. Ketika kau mati-matian mengharapkannya menjadi jodohmu, tapi jika Allah tidak mentakdirkanmu dengannya itu tidak akan terjadi. Sebaliknya ketika kau mencoba menghindarinya agar tidak berjodoh dengannya, tapi jika Allah sudah mentakdirkan dia jodohmu, kau pun tidak bisa lari darinya.

💖💖💖

Tidak ada dalam khayalan Rena bahwa dia akan mendapatkan jodoh di kota Seinggok Sepemunyian itu atau terpikirkan olehnya untuk menetap di kota kecil itu. Dalam bayangannya ketika lulus CPNS nanti, setelah mengabdi 5 atau 7 tahun dia akan mengurus pindah ke kota Palembang. Namun siapa sangka ternyata jodohnya ada di kota nanas itu.

Mengajar di dusun yang penuh sejarah. Lebih kurang 700 tahun lalu Puyang Tageri Juriat Puyang Singe Patih Keban Baru Rambang penegak dan pendiri Talang Tulang Babat dan berkembang dengan Juriat anak cucung masing-masing mendirikan talang-talang cikal bakal dari dusun Pehabung Uleh, Tanjung Raman, Suka Raja, Karang Raja, Muara Dua dan Dusun Kemala. Pada masa kurang lebih 250 tahun yang lalu Dusun Pehabung Uleh masih bernama Lubuk Bernai. Pada masa pemerintahan Belanda, Pehabung Uleh berubah menjadi Peraboeng Ngoeleh dan pada pendudukan Jepang berubah lagi menjadi Peraboeh Moelih dengan ejaan sekarang menjadi Prabumulih termasuk di dalam wilayah Marga Rambang Kapak Tengah dengan pusat pemerintahannya berkedudukan di Tanjung Rambang yang tergabung dalam wilayah Pemerintahan Onder Afdeeling Ogan Ulu dengan status pemerintahan Marga yang dipimpin oleh Pasirah.

Ternyata dusun tempat Rena mengajar, dahulu pernah menjadi pusat pemerintahan. Wajar jembatan tua yang dia lewati setiap hari, masih dengan kokohnya berdiri hingga sekarang. Karena jembatan tersebut bekas peninggalan zaman penjajahan.

End

Prabumulih 07 September 2019

*Seinggok Sepemunyian (Seiya sekata, seiring sejalan) adalah slogan kota Prabumulih, Sumatera Selatan.

Terima kasih sudah membaca 3CSS sampai ending. Terima kasih juga buat kamu yang sudah kasih Vote dan Komen cerita ini.

Writing is My Hobby
Rabiha Adzra

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang