Part 14 Dapat Amplop Putih

2.6K 199 2
                                    


Hari ahad sore, Rena dan Vika sudah siap-siap mau berangkat ke pengajian.

"Ayo, Vi. Kakak kamu lama nunggu kan nggak enak," ujar Rena.

Vika lama banget kalau dandan. Padahal pake gamis sama jilbab doang.

"Iya sabar, Neng," omel Vika sambil menyemat bros di jilbab pinknya. "Selesai, ayo kita pergi" ajak Vika keluar kamar.

"Kak Rei kapan nih mau ngaji? Jadi stok ikhwan ganteng bertambah. Kasihan masih banyak akhwat yang jomblo," celetuk Vika ketika di dalam mobil.

"Ngajinya malam ya kalau untuk cowok?," tanya Rei.

"Iya lah, tapi ada juga yang siang kok, Kak," jawab Vika.

Rei tidak lagi menanggapi ucapan Vika. Mobilnya sudah berhenti di depan rumah sederhana bergaya klasik.

"Nanti Vi kabari kak kalau udah selesai" ujar Vika.

"Makasih, Kak," ucap Rena. Ketika mata mereka bertemu, Rena segera menepisnya dan berjalan menjauh dari Xenia marun itu.

Kebetulan minggu ini pengajian diadakan di rumah Mba Aliyah, guru mengaji dia dan Vika karena beliau baru saja mendapat momongan. Mba Aliyah tidak bisa keluar rumah, jadi merekalah yang datang ke rumahnya.

"Jodoh itu sudah diatur sejak kita berada dalam rahim ibu kita, dan jodoh tidak akan tertukar. Begitu kuat kalian ingin mendapatkan ikhwan atau sebaliknya, kalau dia tidak ditakdirkan untukmu, kamu pun tidak bisa berbuat apapun," jelas Mba Aliyah.

'Kok, topiknya tentang jodoh, sih. Apa lagi heboh dan panas tentang pernikahan,ya?,' batin Rena sambil melihat Vika.
Semua anggota halaqoh menganggut mengerti.

"Yang jelas istiqoroh itu penting," ujar Mba Aliyah.

"Mba, afwan. Kalau hati kita ragu, apakah bisa menolak ikhwan itu?," tanya Rena. Teman yang lain pada mesem-mesem termasuklah Vika.

"Justru kalau ragu sebaiknya tidak usah dilanjutkan tapi keraguannya harus diberitahukan kepada ikhwan tersebut," jawab Mba Aliyah.

Setelah diskusi, acara pun selesai setelah sholat ashar berjamaah. Teman halaqoh yang lain beranjak pulang. Ternyata Rena satu halaqoh dengan Fanny, kakak tingkatnya di kampus.

"Ren,Vika. Mba duluan, ya," pamit Fanny lalu menghidupkan motor bebeknya.

"Iya, Mba. Hati-hati, ya," ujar mereka berdua kompak.

"Rena, bisa masuk sebentar," panggil  Aliyah. Lalu dia menghilang di balik pintu.

"Vi, tunggu ya. Aku masuk dulu ke dalam," pamit Rena menyusul Aliyah ke dalam rumahnya.

"Ada apa, Mba?," tanya Rena.

Aliyah tersenyum melihat Rena. Kemudian menyerahkan amplop panjang berwarna putih. Deg. Jangan-jangan amplop itu...

"Ren, ini ada ikhwan mau ta'aruf dengan Anti. Lanjut atau tidak, Mba tunggu kabarnya ya," ucap Aliyah.

"Siapa, Mba?," tanya Rena penasaran.

"Buka saja amplopnya, nanti kamu tahu sendiri," jawab Aliyah membuat Rena semakin penasaran.

"Saya minta waktu satu minggu, Mba," pinta Rena. Badannya sudah panas dingin begini karena mendapatkan amplop putih. Aliyah pun mengangguk setuju.

"Iya Mba, syukron. Saya pamit dulu. Assalamualaikum," ucap Rena berpamitan.

"Waalaikumsalam," balas Aliyah.

Rena segera memasukkan amplop tadi ke dalam tasnya. Jangan sampai Vika tahu. Rena melihat Vika sudah duduk manis di samping Rei.

"Maaf ya lama," ucap Rena lalu naik ke mobil, duduk di belakang Vika.

"Ren, kamu dipanggil Mba Aliyah kenapa?," tanya Vika.

"Ada deh, mau tau saja," jawab Rena sambil tersenyum simpul.

"Jangan-jangan dapat proposal ta'aruf, nih," tebak Vika.

Rena diam saja tidak merespon ucapan Vika.
'Kenapa Kak Rei mendadak tidak bersuara? Biasanya dia suka tanya ini tanya itu kalau Vika berceloteh. Apa karena topiknya ta'aruf ??? Lho apa hubungannya,' batin Rena menahan senyuman.

Tiba di kamar, Rena langsung diberondong pertanyaan yang sama oleh Vika.

"Vi, aku saja belum tahu siapa ikhwannya. Tolong kasih aku privacy, dong. Apa sih yang nggak aku ceritaiin ke kamu," ujar Rena kesal.

"Oke. Baca tuh proposal ta'aruf, aku mau keluar," balas Vika lalu melenggang ke luar kamar.

Huft. Dengan pelan Rena membuka amplop putih itu. Jantungnya berdebar kencang. Kertas yang dilipat tiga itu dia keluarkan dan dia buka pelan. Dia telusuri data ikhwan yang mau ta'aruf dengannya itu. Mata Rena membulat lalu menutup mulutnya sambil membaca nama ikhwan tersebut.

"Kak Erwin!!," seru Rena tersenyum.

Memang sudah lama mereka tidak bertemu. Rena membaca ringkasan biodata Erwin.

"Aku istiqoroh dulu. Apa ikhwan yang dimaksud Vika tempo hari adalah Kak Erwin yang memilih sendiri mau ta'aruf dengan akhwat tersebut, yang ternyata adalah aku," gumam Rena sambil berpikir.

💖💖💖

"Ngapain kamu, Vi?" tanya Rei melihat adiknya duduk di teras belakang rumah.

"Kasih privacy Rena buat baca proposal ta'arufnya," ujar Vika manyun.

"Ta'aruf? Dengan siapa?," tanya Rei sedikit kaget.

"Mana aku tahu, Kak!," sungut Vika.

"Enak banget jadi Rena. Sebelumnya, dia pernah ditembak oleh perawat di Puskesmas, dekat kantor camat kakak"

"Siapa?," tanya Rei penasaran.

"Ady," jawab Vika sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.

'Jadi Ady pernah nembak Rena,' batin Rei.

Rei tahu dan kenal dengan Ady karena lokasi kantor camat dan Puskesmas memang berdekatan.

"Kenapa ditolak?" tanya Rei lagi.

"Perokok, nggak ngaji, dan cucu pala menyan," jawab Vika. Rei hanya membisu.

Setelah agak lama ngobrol dengan kakaknya, Vika kembali lagi ke kamar.

"Vi, kamu pasti kaget dengan siapa aku ta'aruf," ujar Rena melihat Vika masuk kembali ke dalam kamar.

"Siapa?" tanya Vika penasaran sekali.

"Kak Erwin," jawab Rena pelan menatap manik Vika.

"Kak Erwin yang ngajar di pondok itu?," tanya Vika tidak percaya.

"Emangnya ada berapa ikhwan yang bernama Erwin di Prabumulih?," Rena balik tanya. Vika menggeleng.

'Berarti dialah ikhwan yang mau ta'aruf dengan akhwat pilihannya sendiri' batin Vika.

Entah kenapa hati Vika kecewa dengan sikap ikhwan yang seperti itu. Menolak untuk ta'aruf dengan akhwat yang ternyata bukan sasarannya.

"Kamu sendiri bagaimana?," tanya Vika.

"Aku kebetulan udah kenal dia karena dia, kakak Elsa, mantan muridku yang baru tamat kemarin," jawab Rena.

"Pantesan," gumam Vika.

"Pantesan apa?," tanya Rena bingung.

"Nggak kok," elak Vika. 'Rupanya Kak Erwin udah tahu siapa Rena,' ucap batin Vika.

Rena dan Vika lalu sama-sama diam dengan pikiran mereka masing-masing.

3CSS
03 September 2019

Rabiha Adzra

3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang