Rena menyiapkan beberapa pakaian yang akan dibawa ke rumah Mamangnya. Ayah dan ibunya akan mengantarnya. Maklum Rena anak mereka yang belum pernah ngekost atau tinggal lama di rumah keluarga yang lain.
"Ren, sudah siap belum?," tanya Ayahnya sambil memanaskan mesin mobil bututnya.
Mobil tua itu ayahnya beli dengan mencicil. Tahu sendiri kan gaji PNS itu kecil. Tapi tetap saja peminatnya ratusan ribu jika ada pembukaan.
"Bentar, Ayah," jawab Rena masih mengepak barang-barangnya yang akan dibawa.
"Udem Ren, bawak secukupnyo bae. Kagek kalo nak tidok di Palembang cakmano?," ujar ibunya.
(Sudah Ren, bawa secukupnya saja. Nanti kalau mau tidur di Palembang bagaimana?)Hahaha bahasa Palembang ibunya keluar juga. Padahal ayahnya selalu mengajarkan agar mereka berbicara menggunakan bahasa Indonesia walaupun di dalam rumah. Maklum ayah Rena adalah seorang guru bahasa Indonesia.
"Iyo, Bu. Rena bawak dikit nah," ucap Rena menunjukkan isi tas kopernya.
(Iya, Bu. Ini Rena bawa sedikit)Semua barang keperluan Rena selama tinggal di rumah Mamangnya sudah masuk ke dalam mobil. Adiknya, Arsyad tidak ikut karena ada jadwal kuliah. Arsyad baru semester dua kuliah di Universitas Muhammadiyah jurusan teknik elektro.
Mereka tiga beranak akhirnya berangkat ke kota Prabumulih. Perjalanan dari Palembang ke kota Prabumulih memakan waktu kurang lebih dua jam baru masuk ke kotanya. Ciri khas kota Prabumulih, perjalanannya akan melintasi banyak jalur rel kereta api. Dari kota menuju rumah mamang kira-kira 30 menit tapi karena jalannya jelek bisa memakan waktu 45 menit. Ke dusun Karang Bindu, mereka melintasi kiri kanan kebun balam (karet). Mata pencaharian penduduk Prabumulih memang rata-rata adalah petani karet. Namun banyak juga yang menjadi pegawai negeri di kota.
'Alhamdulillah akhirnya kami sampai juga dengan selamat ke rumah Mang Samsuri,' batin Rena mengamati rumah Mamangnya.
"Assalamualaikum," ibu Rena mengetuk rumah adiknya.
"Waalaikumsalam. Ayuk Hana!," balas Bik Dinar membuka pintu rumah.
"Masok, Yuk. Pedie kabar ? Ngape dide bekabaran nak ke huma?," sambung Bik Dinar mencium punggung tangan ibu dan ayah Rena.
(Masuk, Mba. Apa kabar? Kenapa tidak memberi kabar mau ke rumah)"Ai dide pule nak bekabaran. Mano Sam, apo gawe?," tanya ibu Rena.
(Ai, tidak harus memberi kabar.Di mana Sam, apa kerjaannya?)"Di ume, dek ngatek gawi. Sabtu mak ini libur," jawab Bik Dinar.
(Di ladang, tidak ada kerjaan. Sabtu seperti ini libur)
"Ren, ai la lame nian bibik dide tekinak. Rena, kate uhang dengan lulus PNS, ye?," sambung Bik Dinar melihat ke arah Rena.
(Ren, ai sudah lama sekali tidak kelihatan. Rena, kata orang kamu lulus PNS, ya?)"Alhamdulillah, Bik," jawab Rena.
"Yuk, bawe sini saje barang-barang Rena," ajak Bik Dinar ke sebuah kamar yang berada di posisi dekat ruang tamu.
"Ren, bawa ke kamar sana barang-barangmu," titah ibu Rena.
Rena pun mengangkat tas besar yang berisi pakaian, printer, laptop dan pernak-pernik lain yang dia butuhkan untuk keperluan mengajarnya nanti.
"Indri masih di pondok, Din?," tanya ibu Rena.
"Ao maseh, Yuk. Setaun kakgi mpai tamat SMA," jawab Dinar.
(Iya masih, Mba. Setahun lagi baru tamat SMA)Tak lama Mamang Rena pulang dari ume (ladang). Awak (badan) Mamangnya tambah hitam saja tapi beliau orangnya baik hati. Mamangnya punya tiga anak. Anak pertama Arham kuliah di perguruan tinggi swasta, Indri anak kedua kelas dua SMA anak ketiga Meita masih SD.
"Ngapo dak ngabari Mamang, Ren men kau ikut tes di Prabumulih?," tanya Mamang Rena.
(Kenapa tidak mengabari Paman, Ren kalau kamu ikut tes di Prabumulih)"Rena lupo, Mang. Dak teinget nian, jadi Rena numpang nginep di rumah kance," jawab Rena jujur.
(Rena lupa, Mang. Tidak teringat sama sekali, jadi Rena menginap di rumah teman)Sumpah, emang Rena nggak teringat ada saudara ibunya di Prabumulih. Begitu juga dengan ayah dan ibu Rena sedikit pun tidak menyinggung soal Mamangnya yang tinggal di sana.
Ah, sudahlah lagian juga rumah Mamangnya kan jauh dari kota, akses untuk ke lokasi tes juga susah. Angkotnya hanya ada pada jam-jam tertentu saja.
Setelah makan siang dan sholat dzuhur ayah dan ibu Rena pulang kembali ke Palembang. Gadis itu menata pakaiannya ke dalam lemari plastik yang sudah disiapkan oleh Bik Dinar.
Kamar yang dia tempati itu adalah kamar Indri, karena dia mondok jadilah Rena tidur sendirian. Rena membereskan kamar yang sedikit berantakan karena tidak berpenghuni itu.'Rasanya lebih baik aku ngekost saja. Tapi ku coba dulu untuk tinggal di dusun ini karena jarak ke tempatku mengajar cukup dekat' batin Rena.
"Huh, lumayan capek juga merapikan kamar gadis yang bisa ku bilang, pemalas," gumam Rena.
Rena memperhatikan anak Mamangnya. Sepertinya sangat dimanja dan tidak diajarkan untuk beberes (merapikan) rumah. Padahal kalau libur kan, si Indri pulang dari pondok dan bisa membereskan kamarnya.
Rena lalu menghempaskan badannya ke atas ranjang. Dia merasakan punggungnya sakit semua."Hmm, enak juga bisa meluruskan punggung," gumamnya. Rena pun terlelap melepaskan penat hari ini.
3CSS
September 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
RomanceRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...