Persiapan pernikahan Rei dan Rena sebagian besar disiapkan oleh Rena yang dibantu juga oleh Vika. Sementara cetak undangan Rei yang handel.
Karena ini pernikahannya yang kedua kalinya, mamanya hanya akan mengadakan syukuran saja. Mamanya akan mengundang teman-temannya karena statusnya beliau sebagai kepala sekolah, jadi tidak mungkin kan di rumah beliau tidak ada acara walaupun hanya sederhana.Sementara Rena sebagai anak pertama tentulah orang tuanya akan mengadakan pesta pernikahan. Semua biaya resepsi di sana sudah dia serahkan kepada Rena.
"Vi, barang serah-serahan sudah dibeli?," tanya Rei kepada Vika.
Rei ada di rumah karena tentu saja Rena lagi tidak ada. Dia rutin pulang ke Palembang tiap jumat sore. Minggu pagi sudah kembali lagi karena mau mengaji.
"Udah, Kak. Tinggal di bungkus saja. Nanti Vi sewa tempatnya sama temen," jawab Vika.
"Kakak lagi ngapain, sih?," Vika menghampiri Rei yang lagi duduk bersila di lantai.
"Buat daftar list, siapa saja yang mau diundang dari sebelah kita," jawab Rei.
"Eh temanku jangan lupa, kak," ucap Vika.
"Bukannya teman kamu sama Rena sama saja," ujar Rei mengingatkan.
"Oh, iya ya. Jadi masuk daftar list Rena, ya?," Vika baru sadar.
"Iya lah. Soal teman pengajian kalian itu urusan Rena," jawab Rei tidak mau pusing.
"Duh, yang lagi berbunga-bunga mau merit lagi. Adeknya sekali aja belum pernah tau gimana rasanya menikah," cibir Vika melihat kakaknya full smile.
Rei mengelus kepala Vika. "Sabar, kalau jodoh nggak bakal tertukar," balas Rei terkekeh.
"Ugh, coba Rena nggak ku ajak ke rumah. Kakak nggak bakal kepincut sama dia, kan?," sungut Vika.
"Nah, itulah jodoh. Tidak dicari datang sendiri. Begitu juga kamu, Vi. Kalau sudah waktunya pasti akan datang juga," hibur Rei.
💖💖💖
Akhirnya undangan pernikahan mereka selesai dicetak dan siap untuk dibagikan. Rei sudah menaruh undangan dengan jumlah yang Rena minta di rumah Mama Yuyun. Hari ini Rena akan membagi undangan ke rekan guru di sekolah.
Dua minggu lagi Rena akan melepas masa lajangnya. Semua guru dia beri satu persatu undangan tak lupa juga kepala sekolah.
"Ren, dengan nak kawin? Kapan dengan punye cowok?," tanya Lastri heran.
(Ren, kamu mau nikah? Kapan kamu punya cowok?)Melihat Rena tidak pernah menggandeng cowok, mereka pun heran. Kok, bisa? Ya, bisalah.
"Dak perlu pacaran, Yuk. Yang penting langsung akad," jawab Rena bercanda tapi serius.
"Ren, calon dengan same ngan cowok ganteng yang di camat atuh namenye" celetuk Lastri.
(Ren. Calon kamu sama dengan cowok ganteng yang di camat itu namanya)"Ao ye, Reifansyah. Die yang datang di huma bu Rania kemahi bukan?," tambah Astrid. Rena hanya mesem-mesem.
(Iya ya, Reifansyah. Dia yang datang di rumah bu Rania kemaren bukan?)"Ah nama Reifansyah kan banyak," ujar Marsya menepis kemiripan tersebut.
"Pokoknya kehadiran teman-teman semua aku tunggu di Palembang. Kalau penasaran makanya datang ,ya," ujar Rena belum mau bicara soal calonnya itu.
"Yah Rena!!!," seru guru-guru serempak.
Rena hanya tertawa kecil.
Setelah suasana ruang guru agak sepi karena banyak guru yang sudah masuk ke ruang kelas. Marsya kemudian mendekati Rena.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
RomanceRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...