Hari minggu Rena gunakan waktunya untuk bertemu dengan sahabatnya Vika yang tinggal di kota. Pagi-pagi dia sudah menanti angkot di pinggir jalan.
Tiba-tiba ada motor RX King berhenti tepat di depan Rena. Pengemudinya lalu membuka helmnya."Ady!," seru Rena kaget.
"Ren, mau ke kota ya? Bareng aku saja. Aku juga kebetulan mau ke kota," tawar Ady, perawat puskesmas yang rumahnya tidak jauh dari rumah Mamang Rena.
"Makasih. Aku naik angkot saja. Dingin kalau naik motor pagi-pagi begini" tolak Rena halus agar dia tidak tersinggung.
Melihat motornya tinggi begitu sudah pasti kalau duduk bakalan bersentuhan fisik. Nggak banget!!
"Tunggu angkot lama lho, karena barusan angkot lewat nganter penumpang ke dusun ujung," ujar Ady masih berusaha.
"Tidak apa, kok. Lagian juga aku tidak terburu-buru, kok," balas Rena tersenyum kecil.
'Udah buruan pergi sana' batin Rena mengusirnya. Karena Rena melihat ada beberapa orang dusun sedang mengamati mereka.
"Oke. Hati-hati, ya," pesan Ady sebelum meninggalkan Rena.
"Kamu tuh yang hati-hati karena bawa motor,"ujar Rena tersenyum.
Ady mengacungkan jempolnya karena dia sudah menutup helmnya kembali. Motornya pun melaju cepat hingga hilang dari pandangan Rena.
"Hmm, benar kata Ady. Angkotnya lama juga, ya. Tapi menerima tawaran dia tadi ah...ntar jadi fitnah lagi," gumam Rena sambil menarik nafas dalam.
Arloji Rena sudah menandakan dia sudah menunggu 15 menit setelah kepergian Ady tadi.
'Ya Tuhan, kalau dalam 5 menit ini masih belum ada juga. Aku cancel aja deh ke rumah Vika. Emang susah tinggal di dusun yang minim angkot begini. Kalau mau mengandalkan satu atau dua angkot begini lama-lama aku nggak betah juga tinggal di sini,' batin Rena kesal.
Rena sudah terbiasa tinggal di Palembang dengan fasilitas transportasi umum yang lengkap. Bahkan untuk masuk ke jalan yang tidak bisa dilalui angkot pun ada becak yang bisa melanjutkan perjalanan tanpa harus jalan kaki jika jauh jaraknya.
Lha ini, jarak yang sangat jauh kalau mau ke mana-mana dari dusun, mana bisa di tempuh dengan jalan kaki.
Sambil melamun, tanpa Rena sadari ada mobil Panther berhenti di depannya. Kaca jendela depan pun terbuka dan muncul sosok gadis berjilbab."Elsa!," seru Rena kaget.
"Bu Rena mau ke mana?," tanya Elsa.
"Ke kota, tapi dari tadi belum dapat angkot," jawab Rena sambil melirik siapa yang duduk di depan kemudi.
'Kak Erwin!!' batinnya.
"Melok Elsa bae, Bu. Elsa jugo nak ke kota samo kakak," tawar Elsa menoleh ke kakaknya sambil tersenyum.
(Ikut Elsa saja,Bu. Elsa juga mau ke kota dengan kakak)'Hey, apa maksud senyumannya itu'
"Boleh, kalau tidak keberatan," ujar Rena menerima tawaran Elsa lagi pula kakinya sudah capek berdiri menunggu angkot.
"Dekde bu, kakak malah ribang men ibu galak melok," balas Elsa tersenyum.
(Tidak bu, kakak justru senang kalau ibu mau ikut)"Iya, Bu Rena. Masuklah," ujar Erwin.
Tanpa pikir panjang lagi Rena pun masuk ke dalam mobil. Toh, mereka tidak berduaan ada Elsa, kok. Rena pun duduk tepat di belakang Elsa.
"Terima kasih ya, Pak Erwin," ujar Rena kaku. Dia bingung di depan Elsa harus memanggilnya dengan sebutan apa.
"Jangan panggil saya bapak, dong. Tampang saya kan belum tua," ucap Erwin tidak terima.
"Saya juga masih muda jangan panggil ibu, kan kamu bukan murid saya," balas Rena juga tidak mau terima karena tadi Erwin juga memanggilnya dengan sebutan ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
RomantizmRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...