Selesai sholat subuh, Rena bergegas mandi. Brrrr. Dingin sekali mandi air hasil menimba dari sumur yang berada di dalam kamar mandi. Dulu sebelum rumah Mamangnya diperluas, posisi sumur itu berada di luar rumah. Karena Mamangnya menambah dapur lagi, akhirnya sumur itu masuk ke dalam rumah sekalian dibuat kamar mandinya.
Selesai mandi, Rena membantu Bik Dinar menyiapkan sarapan pagi. Aktivitas mereka pagi semua. Bik Dinar mengajar SD sedangkan Mamangnya bekerja di Dinas Perhubungan. Sudah dipastikan rumah itu akan kosong tak berpenghuni ketika di pagi hari.
"Sarapanlah, Ren," ujar Bik Dinar. Rena melihat Mamangnya sudah siap duduk di balik meja makan.
"Iyo, Ren. Kau nak cepet nunggu angkot, men idak cepet gek ketinggalan pulo," ingat Mang Samsuri.
(Iya,Ren. Kamu harus cepat menunggu angkot, kalau tidak nanti ketinggalan pula)"Iyo, Mang," Rena duduk di depan Mang Sam diikuti Mei, anaknya yang juga akan berangkat ke sekolah.
"Mei kelas berapa sekarang, Mang?," tanya Rena sambil menyantap sarapan pagi.
"Kelas 5," jawab Mang Sam.
"Kalu bibik lum balek, kakgi ambek bai kunci huma di sebelah yo, Ren" pesan Bik Dinar.
(Kalau bibik belum pulang, nanti ambil saja kunci rumah di sebelah ya, Ren)"Iyo, Bik (iya, Bik)" sahut Rena.
Satu persatu penghuni rumah berangkat beraktivitas. Rena mengambil tas dan keluar rumah. Kemudian Bibiknya mengunci pintu rumah dan menitipkannya ke tetangga yang berada di sebelah rumah.
Rena menunggu angkot yang akan lewat di depan rumah Mang Sam. Beberapa angkot sudah penuh membawa siswa-siswi SMP tampak melewatinya yang sedang menunggu di tepi jalan."Ya Tuhan, semua angkot sudah penuh begitu. Bagaimana aku mau pergi ke sekolah," gumam Rena sambil menatap jalan raya.
Hampir sepuluh menit dia menunggu di tepi jalan raya.
Tak lama mobil carry yang merupakan angkot untuk dusun tempatnya mengajar, berhenti tepat di depannya."Nak ke mano, Bu ?," tanya si sopir
(Mau ke mana, Bu?)"Ke SMP, Pak," jawab Rena.
"Naeklah, Bu. Maseh muat," ajaknya. (Naiklah, Bu. Masih bisa)
"Iya, Pak," ucap Rena.
Gadis itu kemudian membuka pintu mobil di belakang sopir. Dia tersenyum melihat isi penumpang yang ternyata juga kebanyakan pegawai.
"Ayuk wong baru yo di sini?," tanya perempuan di sampingnya memakai pakaian serba putih. Sepertinya dia seorang perawat.
(Mba orang baru ya di sini?)'Kalau melihat tampangnya masih muda aku, deh. Udah dipanggil ayuk aja,' gerutu Rena di dalam hatinya.
"Iya, saya baru di tempatkan di daerah sini," jawab Rena.
"Siaponyo Pak Sam, ibu ini?," tanya si sopir.
(Siapanya Pak Sam, ibu ini?)"Saya keponakannya, Pak," jawab Rena lagi.
"Oh, jadi Bu guru ni keponakannyo Pak Sam, yo. Pantes bae baru tejingok," ujar si sopir lagi.
(Oh, jadi bu guru ini keponakannya Pak Sam, ya. Pantas saja baru kelihatan)"Iya, Pak. Saya tinggalnya di Palembang," balas Rena.
"Mang stop!," ujar perempuan yang duduk di sampingnya tadi. Benar saja gadis itu turun di depan Puskesmas Tanjung Rambang.
"Duluan, Yuk," ujarnya melewati Rena ketika dia mau turun dari mobil.
"Iya, Silahkan," balas Rena sambil menarik pintu mobul agar tertutup rapat.
Tak lama mobil angkot yang membawanya berhenti tepat di depan plang nama sekolah tempat Rena mengajar, SMP Negeri 7 Prabumulih. Rena menyeberangi jalan raya. Ternyata dari pangkal jalan besar dia harus berjalan sekitar 10 menit menuju gerbang sekolah. Sekolah yang berada di tengah-tengah kebun karet itu nampak begitu asri dan sejuk.
"Assalamualaikum," sapa Rena memasuki teras kantor.
"Waalaikumsalam," balas beberapa guru yang sedang duduk-duduk di ruang tamu kantor.
"Maaf, saya guru baru mau melapor kepada kepala sekolah. Bisa bertemu dengan beliau," ujar Rena malu-malu.
"Oh, dengan CPNS yang ditempatke di sekulah kami. Ade tige CPNS, mane yang duenye lagi?," sela seorang guru perempuan yang sepertinya sudah lama mengajar di SMP itu.
(Oh, kamu CPNS yang ditempatkan di sekolah kami. Ada tiga CPNS, mana yang duanya lagi?)"Iya, Bu. Saya kurang tahu juga teman saya yang dua lagi siapa," balas Rena karena memang dia tidak tahu siapa lagi yang ditempatkan di sekolah itu.
"Oyo, kite kenalan dulu men cak itu. Name aku Lastri," ujar perempuan tadi menghulurkan tangannya.
(Oya, kita kenalan dulu kalau begitu. Namaku Lastri)"Saya Rena, guru IPS," ucap Rena memperkenalkan diri sambil menjabat tangan Bu Lastri.
"Aku Astrid, Yuk. Masih honor di sini," ujar Astrid guru yang masih sangat muda.
"Aku Elis, Yuk. Maseh honor jugo," ujar Elis memperkenalkan diri.
(Aku Elis, Mba. Masih honor juga)'Senang sekali berkenalan dengan guru-guru di sini yang masih muda-muda dan juga ramah,' batin Rena.
Tak lama kepala sekolah datang, Rena pun menghadap beliau untuk melapor sekalian berkenalan. Kemudian dia diajak ke ruang guru. Ternyata kedua temannya yang ditugaskan di tempat yang sama sudah datang duluan dan mereka sedang bercengkrama dengan guru-guru lainnya. Rena dikenalkan oleh kepala sekolah kepada semua guru yang berada di dalam ruang guru.
"Bu Rena. Antoni ini maseh bujang, lho," canda Pak Arpan ketika Rena memperkenalkan diri dan memberitahu statusnya yang masih jomblo. Rena hanya tersenyum menanggapinya.
"Dekde kan galak Bu Rena, kalu die ude ade calon," sela Bu Aniah salah satu senior. Rena hanya tersenyum saja.
(Tidak akan mau Bu Rena, mungkin dia sudah ada calon)'Calon dari mana, Bu?. Aku bukan penganut orang yang suka pacaran. Kalau ada yang suka dan serius denganku langsung datang saja kepada kedua orang tuaku. Simple kan ngapain juga pacar-pacaran. Islam tidak mengajarkan hal itu. Pacarannya udah nikah aja, kan jadi halal mau ngapain aja,' ucap Rena di dalam hatinya.
3CSS
September 2019Rabiha Adzra

KAMU SEDANG MEMBACA
3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End)
Roman d'amourRenathera Matutina, seorang gadis yang dibesarkan di kota Palembang lulus CPNS tidak lama setelah lulus kuliah. Rena lulus di kota Prabumulih dan dia di tempatkan di dusun (desa) yang jauh dari pusat kota Prabumulih. Di dusun Tanjung Rambang pula d...