Part 19 Dua Syarat

2.7K 218 3
                                    

Mobil Rei masuk ke halaman rumah. Vika yang sedang menyapu teras merasa heran.

'Tumben belum jam dua udah pulang. Tapi kok pulangnya ke sini,' batin Vika sambil melihat ada mobil kakaknya.

Setelah Rei turun, Vika juga melihat Rena turun dari mobil hanya saja dari pintu belakang.

'Hm pulang bareng ,nih' batin Vika lagi.

"Assalamualaikum," ucap Rei diikuti Rena juga.

"Waalaikumsalam," jawab Vika bengong.

"Kak Rei nggak balik lagi ke kantor?," tanya Rena heran melihat Rei masuk ke dalam rumah.

"Nggak, Pak camat tadi udah ngizinin kakak nggak perlu balik lagi ke kantor," jawab Rei.

"Hei, kok bisa bareng," jawil Vika sebelum Rena ikut masuk juga.

"Aku nggak dapat angkot. Udah nunggu satu jam, tiba-tiba ada mobil Kak Rei lewat, di dalamnya juga ada Pak Camat. Pak camat malah yang menyuruh kakakmu untuk mengantarku pulang," jelas Rena.

"Oh, begitu. Buruan jawab, mau cepat dihalalin atau nggak," ledek Vika.

"Vika!!! Apaan sih," jerit Rena malu.

Vika sudah berlari masuk ke dalam rumah sambil membawa sapu. Rena pun mengejarnya ke dalam.
Rei yang sedang duduk di meja makan spontan menoleh melihat Rena yang tiba-tiba menghentikan kejarannya karena Vika sudah berada di dekat Rei. Ketika mata mereka bertemu Rena membalikkan badannya dan meninggalkan ruang makan.

"Kamu ngapain Rena, Vi?," toleh Rei ke arah adiknya.

"Nggak kok cuma becandaiin, doang. Godaiin dikit, Kak," jawab Vika senyum-senyum. Rei hanya menggelengkan kepalanya.

"Kakak numpang makan nih ceritanya," ujar Vika.

"Ya,sekalian mumpung di sini," balas Rei. Masakan Mamanya emang paling enak.

"Rena pasti nahan laper tuh karena kakak ada di sini," sindir Vika.

"Jadi maksudnya kamu ngusir kakak," ujar Rei.

"Tau sendirilah," balas Vika.

"Dek, menurut kamu Rena menerima kakak nggak?," bisik Rei takut didengar Rena.

"Hmm, kayaknya nggak," jawab Vika bercanda.

"Jawabannya nggak enak didengar," ujar Rei kecewa.

"Mana aku tahu Kak. Kakak kan harus memenuhi syarat dari ayahnya. Kalau gagal, ya Rena pasti nurut ayahnya," jelas Vika.

💖💖💖

Hari sabtu

Rei menepati janjinya untuk menemui ayah Rena. Belum tahu jawaban dari Rena tapi harus diuji dulu sama bapaknya. Kalau dia berhasil memenuhi dua syarat dari ayahnya dan ternyata Rena menolaknya, bagaimana?

"Ikut, Om," ajak Pak Hamdan setelah Rei tiba di rumahnya. Rei pun mengikuti langkah kaki ayah Rena itu.

"Kamu bawa baju ganti, kan?," tanya beliau.

"Bawa, Om," kebetulan kalau ke mana-mana di mobil, Rei selalu menyiapkan baju dan celana cadangan.

"Ini bawa," Pak Hamdan menyerahkan ember kecil kepada Rei.

"Untuk apa ini, Om?," tanya Rei heran.

"Kita cari cacing dulu," jawab beliau lalu mengambil dua alat pancing.

'Oh jadi mau mengajakku mancing ceritanya' batin Rei.

Setelah persiapan memancing selesai, Rei diajak naik motor dibonceng beliau menuju ke sungai.
Pak Hamdan mencari posisi yang tepat dan menyiapkan pancingnya. Tak lama beliau melempar pancingnya ke sungai. Beliau sambil mengamati Rei memasang umpan. Rei sama sekali tidak jijik. Sewaktu kecil papanya juga sering mengajaknya pergi memancing. Jadi bukan hal aneh lagi baginya kegiatan seperti ini.

"Kenapa suka dengan Rena?," tanya Pak Hamdan sambil menunggu umpan di kailnya dimakan ikan.

"Rena, gadis yang sholehah," jawab Rei singkat.

"Sholehah saja dak cukup," ujar beliau. "Rena itu nggak bisa apa-apa. Dia selalu bergantung sama Om dan adiknya kalau mau ke mana-mana,"

"Saya siap menggantikannya," ujar Rei percaya diri. Pak Hamdan tersenyum mendengar jawabannya.

Setelah dua jam mereka memancing, hasil tangkapan mereka juga lumayan banyak. Pak Hamdan mengajaknya pulang kembali ke rumahnya.

"Itu syarat yang pertama. Om nyatakan kamu berhasil. Kamu kayaknya sudah biasa mancing, ya?," tanya Pak Hamdan sambil menyerahkan hasil pancingan ke istrinya.

"Wah banyak juga hasil pancingan ayah dan Rei," sela Bu Hana.

"Sewaktu masih kecil Papa sering mengajak saya memancing, Tan," jawab Rei.

"Sekarang syarat yang kedua. Kamu olah ikan-ikan tadi untuk makan siang kita. Semua bumbu dapur ada di sana. Om dan Tante tunggu hasilnya," ucap Pak Hamdan.

'Ya Allah, jadi aku dites masak ini ceritanya. Nggak kebalik. Harusnya Rena ini yang dites masak oleh mamaku,' Rei tersenyum sendiri.

"Mau ku apakan ya ikan-ikan ini," gumam Rei.

Rei memikirkannya dulu agar tidak salah resep. Dilihatnya bumbu-bumbu sudah lengkap, Bu Hana sudah menyiapkannya.

"Okelah kita mulai. Bismillah," ucap Rei.

Setelah ikan dibersihkan. Ada dua resep yang akan dia buat. Bumbu-bumbu ada sebagian yang dihaluskan untuk pepes dan ada yang dirajang saja untuk pindang iris namanya.
Hampir satu jam di dapur akhirnya selesai juga masakannya. Pepes ikan dan pindang iris. Kalau rasanya boleh dicoba deh top markotop. Hehehe. Mereka bertiga kini duduk di meja makan. Pak Hamdan tersenyum melihat hasil masakan Rei.

"Ayo makan?," ajaknya."Sepertinya sedap sekali"

Bu Hana mengambil nasi untuk suaminya kemudian baru untuk dirinya sendiri.

"Hmm enak, kamu ternyata pintar masak juga," puji pak Hamdan setelah mencicipi pepes buatan Rei.

Rei pun tersenyum lebar. "Pindangnya juga sedap," puji Bu Hana juga.

"Mencari laki-laki yang bisa memasak itu langka sekali," tambah Pak Hamdan.

Rei merasa terbang di awan dipuji seperti itu oleh orang tua Rena. Rei memang suka membantu mamanya di dapur ketika Vika masih kecil. Jadi sudah terbiasa sampai dewasa suka nimbrung di dapur.

"Jadi bagaimana Om, dua syarat yang Om minta ini. Apa saya lulus?," tanya Rei sembari makan.

"Iya, Om merestui kalian. Kamu bisa mengimbangi orang tua dan membantu istri nantinya," jawab Pak Hamdan.

"Alhamdulillah" gumam Rei bahagia.

Selesai sholat dzuhur, Rei pun pamit pulang ke Prabumulih. Bu Hana menitip buah tangan untuk mamanya.

3CSS
05 September 2019

Rabiha Adzra

3 Cinta Seinggok Sepemunyian (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang