BAB 4

5.7K 170 3
                                    


Raka berdiri tepatnya di hadapan Dea, Tangan menyilang di dada. Menatap tampilan Dea, dengan balutan dress hitam selutut. Andai saja wanita ini bawaannya tenang, kalem, lemah lembut, menjaga tingkah laku dengan baik, ia pastikan akan jatuh hati kepada wanita di hadapannya ini.

"Mas, sudah mandi, ganteng deh. Pasti karena Dea kan, mas mau mandi" ucap Dea sambil terkekeh..

"Jangan mengalihkan pembicaraan, saya ingin kamu pulang".

"Tapi kalo saya tidak mau pulang gimana? Mama juga suka saya disini" Dea memilin rambutnya.

Raka mulai geram "kamu pikir kamu siapa? Saya capek lihat wajah kamu".

"Mas Kok gitu".

"Ih, sudah lah, capek aku ngomong sama kamu" Raka berjalan menjauh meninggalkan Dea.

"Mas, ikut"

Dea mengejar Raka menarik ujung bajunya "Mas, jangan gitu dong, iya saya pulang kok, tapi mas antarin ya".

"Pulang saja sendiri".

"Mas, kok gitu, iya deh saya pulang. Mas jangan lupa makan ya".

"Besok saya kesini lagi ya".

"Jangan harap kamu kesini lagi menemukan saya".

Dea tersenyum, dengan cepat bibirnya mendarat di pipi Raka.

"Kamu !!!" Raka mengelap pipi kirinya dengan jemarinya.

"Dah mas Raka, Dea pulang ya".

Dea setengah berlari, tersenyum sumeringah. Tanpa ada beban di dadanya. Ia bersumpah akan memikat Mas Raka sampai titik darah penghabisan.

***

Sudah dua hari ini Raka mulai tenang, Dea tidak menggangu hidupnya lagi. Saat ini Ia memang ingin menyendiri, setelah seminggu di habiskan untuk bekerja. Inilah waktunya berhibernasi di Apartement minimalis miliknya, sengaja ia pilih, karena ini hanya untuk tempat istirahat sejenak.

Raka menyikap selimut, terekspos tubuh polos Raka, Ia hanya mengenakan boxer hitam. Raka berjalan menuju lemari es, mengambil botol air mineral, mengisinya ke dalam gelas.

"Pagi mas Raka".

Suara itu terdengar horor di telinganya, ia tahu betul pemilik suara mirip desisan tetesan Dewi ular. Raka menoleh ke arah sumber suara. Menatap Dea dengan balutan kaos longgar berwarna putih dipadu celana jins super pendek, dan sepatu sneker berwarna putih. Ia terlihat seperti anak SMA. Tapi dia terlihat sexy, menampakkan kaki jenjang yang mulus tanpa cela. Raka hampir saja memuntahkan isi mulutnya.

"Kamu !!!! Mau apa kamu kesini".

"Ta---daaa Dea bawa sesuatu buat mas" Dea memperlihatkan rantang berwarna Biru.

"Kenapa kamu bisa ada disini? Kenapa bisa masuk" tanya Raka murka.

"Bisa donk, itu mah gampang" Dea melepas sepatu dan berjalan menuju meja satu-satunya di pantri minimalis. Dea membuka satu per satu rantang menyusunnya di atas meja.

Dea menyibak gorden berwarna putih, pancaran cahaya matahari masuk ke segala ruangan. Dea menatap penjuru ruangan, hanya seperti kamar dengan fasilitas lengkap di dalamnya, warna putih abu-abu mendominasi seluruh ruangan.

"Apartemennya keren, pantesan mas betah disini".

"Kamu tahu dari mana saya disini?".

"Dari mama".

Mengingat mamanya sekarang sudah terlalu akrab sama Bocah satu ini. Raka kembali melangkah ke tempat tidur.

"Mas mau kemana? Makan dulu".

MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang