Aroma kopi menyusup paru paru Raka, di keluarkan lagi melalui hidungnya. Ah, begitu nikmat, secangkir kopi toraja buatannya. Pikirannya lelah karena seminggu ini, Dea tidak henti mengganggunya. Dea sudah seperti jelangkung, pergi tak di jemput, pulang tak di antar. Ia selalu ada dimanapun ia berada. Seperti di lakukannya beberapa waktu lalu, ia berada di rumah keluarganya, selalu mengantar bekal makanan setiap jam istirahat.
Kini di pikirannya sudah penuh nama Dea Diandra. Dea Diandra, entahlah selalu saja mengusiknya, tapi semenjak dua hari ini, ia menyukai keberadaanya, walaupun sedikit menyebalkan.
Tok tok tok
"Masuk" ucap Raka, masih membaca buku, sambil menikmati kopi.
"Siang mas".
Raka mengerutkan dahi, ia tau betul pemilik suara cempreng itu. Raka menutup bukunya. Dan memandang wanita di hadapannya. Ia dengan balutan dress selutut di padu dengan jas berwarna merah menggoda, rambutnya di ikat ekor kuda. Ia terlihat smart dan sexy. Entahlah beberapa hari belakangan ini ia juga menyukai selera fashion Dea, yang menurutnya sangat pas di tubuhnya. Ah sialnya kenapa ia memuji wanita kempret seperti dia.
"Ada apa?" Tanya Raka datar.
"Mau nganterin bekel makan buat mas" Dea memperlihatkan rantang berwarna biru.
"Saya sudah kenyang".
"Kata suster Mila mas belum keluar dari ruangan, berarti mas belum makan" Dea meletakkan rantang.
"Sudah selesai kan urusannya? Makasih bekalnya".
"Tapi Dea mau mungguin mas makan dulu" .
"Saya masih kenyang Dea Diandra".
Dea terperangah, "APA? Mas bilang apa tadi? WAH SENANGNYA.... !!!. Pertama kalinya mas nyebut nama Dea".
Raka menepuk jidat, Raka beranjak dari kursi. Membuka jas putihnya, manaruhnya di sandaran kursi.
"Mas mau kemana".
"Mau pulang" Raka membenahi dirinya.
"Ikut ya".
"Enggak".
"Pokoknya ikut" Dea menarik ujung baju kemeja Raka.
Raka tidak mengubris, lalu berjalan. Membiarkan Dea menarik ujung bajunya. Dea tidak lupa membawa rantang bekelnya kembali. Dea bergelanyut di lengan Raka, menghirup parfum dari tubuh Raka yang menurutnya sangat menenangkan. Raka mulai jengah, berkali-kali ia berontak, di biarkan saja Dea begitu.
"Ciyeee, mesranya" ucap suster Mila. Pas tepat di lintasan dokter Raka.
"Eh suster Mila, oiya ini bekel buat suster saja" Dea berhenti sejenak, sebenarnya ia ingin bergosip ria dengan suster mila.
"Makasih embak, tau saja kalo saya belom makan, tapi mau kemana embaknya?".
"Kencan dong" bisik Dea.
"Ciyeee, semangat ya embak, semangat mengejar cinta sejati".
"Sip, saya akan terus semangat".
"Mas tangguin" teriak Dea setengah berlari.
***
Disinilah ia duduk di depan kemudi bersama Dea. Raka mencoba tidak terpancing emosi. Karena percuma, Dea masih menghantuinya.
"Kira-kira di kulkas ada apa ya? Aku mesti buat spesial buat mas" ucap Dea.
Ide terlintas, lalu mengambil smart phone di saku jas merahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)
Romance"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih...