BAB 26

7.5K 190 13
                                    

Segala persiapan pernikahan berjalan sesuai rencana. Pernikahan ini memang bertema india, inilah yang Dea inginkan, karena ia mau pernikahan ini ia melakukan sesuai dengan darah sang Ayah. Ia menghormati sang Ayah, yang telah berjuang membesarkannya. Dea adil dalam membagi tema, ijab kabul ia mengenakan kebaya, dan resepsi berkonsep india.

Dea menatap adiknya Arin, ia baru tiba beberapa hari yang lalu. Arin seperti biasa, ia sangat pendiam, sesekali ia menatap Arin tengah menangis dikamar. Dea tidak berani bertanya, ia membiarkan begitu saja. Karena memang Arin sulit didekati. Pertama kali bertemu kamarin, ia memang tidur bersama, berbagi cerita kepadanya. Dea mencoba terbuka prihal percintaanya yang gagal, serta Raka pria yang ia cintai. Arin hanya memeluknya, sepertinya ia terharu, menangis dalam diam. Dea hanya bisa mengatakan tidak apa-apa, semua baik-baik saja.

Raka manatap Dea dengan balutan kebaya berwarna putih, kebaya itu sangat pas di tubuhnya. Dea sangat cantik, Raka lalu melangkahkan kakinya mendekati Dea. Sementara para penghias keluar ketika ia menginjakkan kakinya di depan pintu.

"Kamu cantik sekali".

"Terima kasih" ucap Dea.

Dea menatap Raka dengan balutan jas hitam, ia terlihat sangat tampan. "Ini hari bersejarah kita" ucap Dea.

"Pertama dan terakhir".

"Kamu sudah siap untuk ijab kabul?" Tanya Dea.

"Tentu saja, saya tidak bisa tidur nyenyak memikirkannya" bisik Raka.

Dea tertawa, ia kembali menatap Raka. "Saya juga tidak bisa tidur nyenyak. Hati saya berdebar-debar mas".

"Apa yang kalian lakukan disini hemm?" Tanya Anisa.

"Mama" ucap Raka.

"Raka kamu seharusnya sudah dibawah, semua tamu undangan sudah datang".

"Iya, ma. Yasudah saya kebawah dulu ya sayang" ucap Raka lalu meninggalkan Anisa dan Dea.

Setelah Raka menghilang dari balik pintu, Anisa tersenyum kepada Dea. "Kamu cantik sekali hari ini sayang".

"Terima kasih ma".

"Iya".

"Yuk turun ke bawah, semua para tamu sudah datang".

"Iya ma".

Acara berlangsung khidmat, para tamu datang. Acara disusun secara rapi, berkat wedding organizer yang profesional. Di tambah dengan tarian tradisional serta siraman rohani, pembawa acara juga sudah sangat handal di bidangnya.

Raka mengucapkan ijab kabul secara sempurna, semua menyatakan sah. Senyum bahagia tertuju ke segala penjuru ruangan. Raka mengecup keningnya, ia sudah menyempurnakan ibadahnya. Ia sudah sah menjadi istri Raka secara agama dan negara.

Dea dan Raka memamerkan buku nikah di depan kamera. Sebagian orang mengabadikan moment bersejarah itu, dan memanjatkan doa kepadanya. Setelah acara sakral itu, lalu di lanjut dengan resepsi pernikahan.

Dea sudah berganti baju berbahan sari berwarna merah keemasan, lengkap dengan aksesoris dikepala, begitu juga Raka, sudah siap mendampinginya. Resepsi pernikahan berlangsung 4 jam, para tamu undangan sudah datang, para chef juga sudah menyiapkan makanan. Alunan musik terdengar di segala penjuru ruangan. Semua orang menikmati acara pesta pernikahan itu. Raka dan Dea mengucapkan terima kasih kepada semua para tamu yang datang.

"Kamu senang hemm" tanya Raka.

"Tentu saja".

"Saya tidak sabar menunggu nanti malam" goda Raka.

"Itu sih mau kamu" dengus Dea.

"Bukankah itu kewajiban istri, melayani suami sepenuh hati".

Dea tertawa, ia lalu mencubit pinggang Raka, Raka hanya tertawa.

*****

Setelah resepsi berlangsung sesuai dengan apa yang direncanakan, Dea dan Raka kini berada di kamar hotel. Dea melepaskan satu persatu aksesoris di tubuhnya. Raka lalu memeluknya dari belakang. Baju yang di kenakannya tadi sudah lepas entah kemana ia meletakkanya. Ia hanya mengenakan kaus dalam, dan celana masih tersisa.

"Sini saya bantu melepaskannya" ucap Raka.

Dea mengangguk, dan ia memang perlu bantuan untuk melepaskan aksesoris itu.

"Mas bajunya dimana?".

"Saya sudah melepasnya dari tadi, saya sudah mulai gerah sayang" ucap Raka, dan ia tertawa. Raka menatap Dea, yang sudah resmi menjadi istrinya. Ia lalu melepaskan anting-anting ditelinga Dea. Lalu di letakkanya di meja.

"Saya bahagia, akhirnya kita bisa bersama mas" ucap Dea. Dea melingkarkan tangannya di sisi pinggang Raka.

"Saya juga bahagia bersama kamu, kamu adalah wanita saya pilih, menjadi wanita satu-satunya wanita di hidup saya, hingga mendampingi saya hingga menua nanti".

Dea tersenyum, lalu di kecupnya bibir Raka. Raka tersenyum, ia senang Dea melakukan seperti itu.

"Kamu jangan banyak bergerak, saya susah melepaskan aksesoris kamu yang banyak ini".

"Iya".

"Tunggulah sebentar lagi, saya juga tidak sabar sayang" bisik Raka tepat di telinga Dea.

Otomatis membuat bulu kuduknya merinding, Raka seperti menjilati daun telinganya.

"Mas genit".

"Kamu juga sayang, bukankah kamu yang mesin duluan terhadap saya?" timpal Raka.

Dea tersenyum, ia tertawa "Habisnya mas gemesin, sok cool".

"Saya, memang cool sayang, saya juga bukan pria romantis. Beginilah saya, tapi jika saya mencintai wanita, saya akan berjuang mendapatkannya, dan akan menjaganya dengan sepenuh hati saya" ucap Raka.

Dea menatap Rafa, ia tersenyum, dan ia bahagia, "Mas".

"Iya".

"Mas, i Love u".

End

MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang