BAB 10

3.3K 118 3
                                    

Raka terdiam, waktu seakan berhenti, masih tidak percaya apa yang dilihatnya. Raka menatap wanita berdiri tepat di hadapannya. Wanita itu tersenyum, senyum yang mengisi hari-harinya selama setahun ini. Wajahnya masih tidak berubah, bahkan lebih cantik dari terakhir bertemu. Wanita di hadapannya membentangkan tanganya.

"Peluk dong" ucapnya.

Raka dengan reflek, mendekat dan lalu memeluk tubuh ramping Ana. Dipeluknya erat tubuh yang dirindukannya. Ia tidak menyangka Ana akan pulang secepat ini. Jika saja ia tidak berada di ruang UGD, ia pasti akan mencium wanita di hadapannya ini bertubi-tubi seperti yang dilakukannya dulu. Lalu Raka dengan cepat melepaskan pelukkannya, ia menarik tangan Ana keluar dari ruangan. Melangkah sedikit tergesa-gesa menuju ruanganya. Raka lalu menutup pintu ruanganya. Ada banyak rentetan pertanyaan yang mesti Ana jawab. Rasa sesak menyatu menjadi satu, entah ia harus senang atau tidak, hati kecil nya sulit di artikan. Raka menatap Ana di hadapannya, ia tersenyum.

"Kamu kapan datang?" Tanya Raka.

"Semalam, penerbangan terakhir" ucap Ana mengedipkan mata.

"Kamu enggak kasih tau saya sebelumnya" Raka lalu duduk di sofa.

"Sengaja, kejutan untuk kamu sayang. Oiya mama mengundang kamu makan malam" Ana tersenyum lalu memeluk Raka.

"Dan kuliah kamu?" Tanya Raka alis kanannya terangkat. Ia membalas pelukan Ana.

"Sudah selesai dong, makanya secepatnya meresmikan hubungan kita".

"Syukurlah kalau begitu, iya nanti aku akan datang" ucap Raka.

Raka melonggarkan pelukkannya, di ciumnya kening Ana.

***

Suasana rumah seperti biasa, Raka edarkan tatapanya di seluruh ruangan terlihat kosong, dan terakhir di teras belakang, papa dan mamanya duduk di teras belakang nyambi makan bolu gulung dan teh buatan mama pastinya. Raka melangkah mendekat, ia lalu mencomot bolu duduk di samping wanita separuh baya itu.

"Tumben pulang awal, gimana kerjanya hari ini" tanya Sigit.

"Lagi enggak banyak kerjaan" ucap Raka sekenanya.

"Dea kok enggak di ajak kesini, padahal mama kangen sama dia" tanya Anisa.

Kali ini Raka sulit menjelaskan kepada orang tuanya. Raka akui Dea telah mencuri hati orang tuanya, terutama mamanya, entahlah bagaimana ia mengambil hati orang tuanya. Sementara kekasih yang selama ini di pacarnya tidak pernah sekalipun bertemu orang tuanya, Raka punya alasan kenapa Ana tidak pernah bertemu orang tuanya, karena Ana sedang mengenyam pendidikan di Melbourne. Kini seakan sulit untuk mengatakanya. Selama sebulan ini Dea telah memenuhi pikirannya, yah awalnya ia mengacuhkan kehadiran Dea, tetapi beberapa terakhir ini ia tidak menolak kehadiran Dea, dan justru menikmati kehadirannya.

"Dea sibuk mungkin".

"Kamu, jangan cuek gitu sama Dea, Dea itu cantik, pinter, anaknya supel, mama suka sama Dea, iya kan pa".

Sigit mengangguk, "Kapan rencana kamu ngelamar Dea, papa sudah enggak sabar".

Raka menarik nafas dan lalu di tatapnya orang tuanya secara bergantian. Raka terdiam sesaat, bolu yang ada di kunyahnya kini terasa sulit di telan. Ia tidak mampu menghilangkan rasa bahagianya. Oh Tuhan ia harus berbuat apa.

Raka menatap langit-langit teras, dan di tatapnya kedua orang tuanya dan lalu berkata "malam ini, Raka akan melamarnya ma" ucap Raka pelan.

"Syukurlah, mama sudah enggak sabar, wah sepertinya mama ke salon dulu nih pa".

"Ah, tidak usah ke salon, mama sudah cantik kok, tahu begini papa cukur rambut, biar rapi dikit, enggak sabar ketemu calon besan".

"Mama pakek baju apa ya pa? Ah mama jadi bingung" Mata Revana berbinar bahagia.

"Pakaian mama banyak gitu, tinggal pilih saja, kemarin yang dari Paris juga belum di pakai" Sigit turut antusias.

"Hanya makan malam biasa kok ma, cuma perkenalan biasa" ucap Raka.

"Ini tuh, hari bahagia kamu sama Dea, wajar dong mama sama papa antusias" Anisa nampak bahagia.

Raka menarik nafas "ma, pa, ini bukan rencana Raka dan Dea" ucap Raka.

Anisa dan sigit terdiam, "maksud kamu?" Tanyanya Aniaya tidak mengerti.

"Ana, malam ini kita kerumah Ana" ucap Raka.

Anisa dan Sigit saling berpandangan,

"Ana?" Anisa mengerutkan dahi tidak mengerti.

"Ana, pacar Raka, dia baru pulang Melbourne, maaf Raka tidak memberitahu sebelumnya" ucap Raka.

"Jadi maksud kamu, pacar kamu Ana bukan Dea?".

Raka menenggakkan kepala, entahlah sulit di jelaskan, bagaimana awal bertemu dengan Dea kepada orang tuanya.

"Mama, sudah sayang banget sama Dea, mama pengennya Dea jodoh sama kamu Raka bukan Ana kamu itu".

Bagas memegang tangan Revana mencoba menenangkan, "sudahlah ma, ini pilihan Raka, kita bisa apa".

"Kasihan Dea pa, apalagi dia sebatang kara disini, ah sudahlah, mama mau masuk kamar, kepala mama pusing" Anisa lalu beranjak melangkah meninggalkan Raka.

Sigit menarik nafas, "nanti malam acaranya, ya sudah papa bujuk mama mu dulu, kamu bersiap-siaplah" Sigit lalu beranjak dari duduknya dan mengejar Anisa. Hati dan perasaan Raka seperti ada yang hilang, entahlah seperti bukan yang diinginkannya.

***

MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang