Beberapa menit kemudian, ia sudah duduk di cafe bersama Raka. Dea menatap Raka, sepertinya bulu-bulu halus dipermukaan rahangnya semakin terlihat, justru membuat wajahnya semakin tampan. Dea meraih cangkir berisi teh melati dan disesapnya lalu di letakkanya kembali.
"Bagaimana persiapan pernikahan kamu?" Tanya Raka.
"Lancar" ucap Dea dan tersenyum.
"Selamat, semoga bahagia".
"Iya terima kasih"
Raka kembali menatap Dea. "Mama ingin bertemu kamu" Raka kembali berucap.
"Iya nanti kalau ada waktu saya akan sempatkan kesana".
"Terima kasih".
Dea melirik Raka, keduanya kembali hening sayu dalam hati. Hanya tatapan mata yang mampu berucap. Raka tahu ia sudah seharusnya mundur teratur. Kali ini ia hanya ingin duduk diam menatap Dea, duduk diam seperti ini, tanpa kata, sudah membuatnya nyaman.
********
Dea menatap undangan, bertuliskan tinta emas "Rafael & Dea" undangan tersebut dengan kotak timbul dengan background bludru classic. Undangan mewah itu dipesan langsung oleh wedding organizer, mereka sangat profesional menjalankan tugasnya.
Sudah hampir seminggu Rafa belum menghubunginya lagi. Dea hanya bisa berpikir positif, mungkin Rafa sedang sibuk. Segala semua gaun pernikahan sudah disiapkan.
Dea semakin gelisah karena Rafa belum pulang juga dari Bangkok. Ia sungguh khawatir, begitu juga dengan kedua orang tuanya. Semua handphone milik Rafa tidak bisa dihubungi. Oh Tuhan, apa yang terjadi kepada laki-laki itu.
"Dea, Rafa belum menghubungi kamu juga?" Tanya Friska.
"Belum ma, semuanya tidak bisa dihubungi, seharusnya dari kemarin Rafa sudah pulang ma".
"Iya, sih seharusnya sudah pulang. Padahal semua persiapan pernikahan sudah hampir rampung".
"Coba kamu hubungi sekretarisnya".
"Sudah ma, Eko malah tidak tahu, kapan Rafa pulang, sementara kerjaannya juga semakin menumpuk" Dea lalu duduk di sofa.
"Kamu tenang ya sayang. Mungkin Rafa sedang banyak kerjaan".
"Tapi ma, hari H sudah hampir dekat, dua minggu lagi".
"Kamu tenang saja ya sayang, Rafa pasti pulang, kamu sudah hubungi orang tuanya Rafa?".
"Sudah ma, tapi sama saja. Beliau juga panik Rafa belum pulang juga".
"Kemana ya, Rafa sebenarnya? Kamu jangan panik ya sayang, tenang oke".
Dea menarik nafas, ia mengangguk "iya ma".
******
Undangan pernikahan sudah disebar, tapi Rafa belum juga pulang. Ia semakin gelisah, sang calon suami belum datang juga. Apa yang terjadi padanya? Sesibuk apapun Rafa selalu menghubunginya, Rafa bukan kali ini saja ke luar negri. Laki-laki itu selalu menyempatkan diri untuk menghubunginya. Memberi kabar dan berbincang-bincang kepadanya.
Ketakutan semakin menyelimuti di lubuk hatinya. Ketakutan itu semakin bertambah ketika kedua orang tua Rafa datang dan berdiri disini bersamanya. Terlihat wajah memerah, matanya juga membengkak bisa dilihat bahwa beliau habis menangis. Semua keluarga satu persatu berkumpul.
"Ada apa ma sebenarnya?" Tanya Dea. Ia menggenggam tangan Desi, agar bisa menyalurkan energi positif kepadanya.
"Mama minta maaf sebelumnya" ucap Desi berusaha tegar.
"Apa yang terjadi, apa Rafa sudah bisa dihubungi, dimana Rafa?" Tanya Friska.
Desi menatap Dea, calon menantunya, ia membalas genggaman itu. Wajah cantik itu terlihat tegar, "Mama minta maaf, tadi Rafa menghubungi mama dan papa".
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)
Romance"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih...