Raka sudah membatalkan pertunangan itu, semenjak ia tidak bisa berhenti memikirkan Dea. Raka tahu ia telah menjadi laki-laki brengsek, dan rasa itu sangat bersalah. Tapi Ana wanita dewasa, ia cukup mengerti, tidak terbawa emosi mendengar keputusannya.
Flash back
"Ana, ada yang ingin saya sampaikan".
"Apa itu" tanya Ana.
"Saya minta maaf sebelumnya terhadap kamu, saya sungguh minta maaf". Raka merasakan angin berhembus dipermukaan wajahnya. Menatap langit sore di atas gedung rumah sakit.
"Minta maaf kenapa? Kamu tidak melakukan kesalahan".
"Saya minta maaf, karena telah menjadi laki-laki brengsek yang tidak bisa menjaga komitmen. Jika kamu menganggap saya brengsek saya tidak apa-apa. Saya akui itu".
Ana menatap Rafa, ia mengerutkan dahi, "kamu mencintai wanita lain?" Tanya Ana.
"Iya".
"Tidak apa-apa, saya bersyukur bahwa kamu telah berkata jujur kepada saya. Bukankah kita harus hidup bersama orang yang kita cintai, saya tidak ingin kamu menyesal nantinya. Saya juga minta maaf, telah meninggalkan kamu selama dua tahun dan saya memaklumi itu".
"Kamu tidak marah terhadap saya?".
"Tidak, saya seharusnya marah terhadap kamu, karena kamu dari awal tidak jujur terhadap saya. Dan saya memaklumi itu Raka. Saya sangat mengerti atas tindakkan kamu. Saya sudah menduganya dari awal, bahwa nama saya, dihati kamu telah tergantikan oleh wanita lain".
"Terima kasih telah mengerti saya".
Ana tersenyum, "siapa wanita beruntung itu".
"Nanti saya akan memperkenalkanya untuk mu".
"Iya tentu saja harus, dan datanglah kerumah. Katakan sejujurnya kepada orang tua saya, bahwa kita tidak bisa meneruskan pertunangan ini".
Raka tersenyum, "iya, saya akan kerumah kamu, dan mengatakan sejujurnya, dan meminta maaf secara baik-baik".
"Terima kasih".
"Semoga kamu bahagia" ucap Ana, lalu melangkah meninggalkan Raka.
Raka hanya bisa menatap punggung tubuh Ana, tubuh itu menghilang di balik pintu. Raka tahu setelah ini, wanita itu menangis.
"Maafkan saya Ana". hanya itu yang bisa ucapkan.
Raka akhirnya memberitahu perihal rencana pernikahannya dengan Dea. Orang tua Raka begitu antusias mendengar kabar bahagia itu. Raka tidak menunda lagi, ia membawa orang tuanya di hadapan orang tua Dea. Semua keluarga setuju atas tindakkan Raka. Rakanya lah ingin segera melangsungkan pernikahan itu menggantikan posisi Rafa, tidak perlu membatalkan wedding organizer yang sudah berkerja satu bulan ini. Semua berjalan sesuai rencana.
Hari yang ditunggu akhirnya terjadi juga. Raka menunggu kedatangan Dea di airport. Raka tersenyum, menatap wanita cantik, dengan balutan jaket kulit dan celana jins sambil membawa koper kecil miliknya. Dea membalas senyuman Raka. Raka melangkah mendekat, lalu dipeluknya tubuh Dea. Di kecupnya kening Dea, dengan segenap hati dan perasaanya.
Raka melonggarkan pelukkannya, di tatapnya wajah cantik kekasihnya, "Bagaimana liburan kamu?" Tanya Raka.
"Menyenangkan" ucap Dea.
"Syukurlah kalau begitu" Raka lalu mengambil alih koper Dea, lalu melangkahkan kakinya menuju mobil yang tidak jauh dari area bandara.
Dea hanya diam, ia lalu duduk, sementara Raka menghidupkan mesin mobil. Meninggalkan area bandara.
"Mas" ucap Dea.
"Iya sayang".
"Bagaimana pernikahan itu" tanya Dea.
"Semua sudah siap, apa yang kamu mau, sudah saya penuhi, dan mama saya sudah menunggu kamu dirumah" ucap Raka.
"Benarkah?".
"Iya".
*****
Raka membuka pintu untuk Dea, Dea mengikuti langkah Raka menuju ruang utama. Dea sudah lama merindukan rumah ini. Rumah ini begitu menenangkan. Ia menatap wanita separuh baya tersenyum bahagia menghampirinya.
"Menantu mama akhirnya sudah pulang" ucap Anisa lalu memeluk Dea.
"Iya ma".
"Bagaimana liburan kamu?" Tanya Anisa, lalu menyuruh Dea duduk.
"Baik ma, akhirnya kalian berjodoh juga. Akhirnya doa doa mama terkabul. Kamu mau makan apa sayang?" Tanya Anisa.
"Makan apa saja yang mama buat" Dea membalas pelukkan itu.
Anisa tertawa, ia melirik Raka. "Kamu mau makan, mama sudah siapkan ayam rica-rica dan sop telur puyuh".
"Benarkah? Pasti sangat enak. Di mana papa ma? Kok tidak kelihatan?".
"Papa ada di belakang, lagi bersihin kolam ikan sama bibi" ucap Anisa.
"Ikan papa emangnya kenapa mas?".
"Ikan papa ada yang mati tadi pagi" ucap Raka.
"Owh begitu".
"Biasalah, papa kamu selalu heboh kalau ikannya ada yang mati".
"Papa....papa, kesini dong, menantu kita sudah datang ni, ikan saja yang di urusin" ucap Anisa, sedikit meninggikan suaranya.
"Iya ma, ini sudah selesai" sahut Sigit dari belakang lalu melangkah mendekati Dea dan Raka.
Sedetik kemudia, Sigit datang dengan baju yang sedikit basah tersenyum menatapnya. Dea lalu berdiri, menghampiri Sigit dan lalu mengecup punggung tangan Sigit. Ia selalu menghormati orang tua Raka.
"Bagimana ikan papa?".
"Kemarin ada yang mati nak, kamu bagaiman kabarnya? Sudah lama tidak kesini, dirumah sepi sekali tidak ada kamu. Mamamu itu sering merengek-rengek ingin bertemu kamu, papa sampai bingung".
Anisa tertawa, "Pa, ganti baju dulu sana. Papa bau ikan".
"Ya, apalagi yang mau di kerjakan, papa sudah tua begini".
"Papa masih ganteng kok, mas Raka saja kalah" ucap Dea.
"Ah, kamu bisa saja, papa ganti baju dulu ya" Sigit lalu berjalan meninggalkan ruang utama.
Raka menatap kebersamaan itu, ia bahagia ditatapnya orang-orang yang kini ia sayangi, bersamanya. Ia tidak salah memilih Dea menjadi tambatan hatinya. Orang tuanya juga menyayangi Dea melebihi dirinya. Entahlah kenapa orang tuanya Dea, begitu menyukai kehadiran Dea dirumahnya. Melihat seperti ini, ia tahu bahwa Dea sangat hangat memperlakuakan orang tuanya. Dea mempunyai sifat ceria, terbuka dan menyenangkan. Ia tidak salah memilih wanita menjadi tambattan hatinya.
"Dea ada oleh-oleh buat mama dan papa" Dea lalu mendekati koper miliknya.
"Masa mama dan papa saja di beliin? Untuk mas ada enggak?".
"Ada, tenang saja. Mas yang paling spesial".
Raka lalu tertawa, padahal ia hanya bercanda, dan Dea menanggapinya begitu serius.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)
Romance"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih...