Dea menghentikan langkahnya, menatap pria berdiri tidak jauh darinya. Tatapan Raka seakan ingin memangsanya bulat-bulat. Dea dulu sempat berpikir Raka mempunyai sifat baik, cool, ramah yang membuatnya jatuh cinta, dan sekarang Dea baru menyadari ternyata pria di hadapannya ini mempunyai sifat tempramental yang tinggi. Kemarin sudah cukup membuatnya bergidik ngeri. Raka berjalan mendekat, dengan gaya angkuhnya.
Otomatis langkah Dea mundur belakang. Dea mempererat genggamanya. Ia tak habis pikir kenapa ia jadi paranoid seperti ini. Setidaknya ia terlihat biasa saja. Toh si Raka bukan siapa-siapanya. Ah, tetapi ia tidak bisa dipungkiri lagi, tubuhnya reflek mundur teratur, otak dan tubuhnya langsung mengisyaratkan bahwa di hadapannya adalah orang yang pantas untuk ditakuti. Dea lalu memutar tubuhnya ke arah estalase pintu. Hingga ia bertemu wajah pria ramah yang sering menyapanya di gerbang.
"Neng barangnya mau di bawa ke atas langsung?" Tanya bang Ucup yang membuyarkan keteganganya.
"Oh, langsung di bawa ke atas saja mang" ucap Dea.
Mang Ucup melirik Raka tepat di hadapannya "Wah, pacar neng datang rupanya, ganteng banget neng, kayak artis" ucap mang Ucup.
"Stttt Dia bukan pacar saya mang" Dea memelankan suaranya.
"Wah, mang Ucup pikir pacar neng, jadi situ siapa neng?".
"Dia, sumanto yang suka makan orang" ucap Dea asal.
"Sumantonya kok ganteng neng".
"Sumantonya habis operasi plastik, makanya ganteng".
"Ah, eneng bisa aja becandanya".
"Ini buat mang Ucup, makasih udah di bawain barangnya" Dea memberikan tip kepada mang Ucup.
"Makasih neng".
Raka lalu berjalan dan menarik pergelangan tangan Dea. Tanpa ijin sang pemilik tangan. Dea terseret mengikuti langkah Raka. Mengingatkannya terhadap drama korea yang sering ditontonya, sang aktor menarik sang pacar sehingga terlihat romantis dan menggemaskan. Tapi berbeda denganya, ini bukan adegan romantis, tapi adegan yang menakutkan baginya. Menatapnya saja ia tidak berani, ada kilatan cahaya yang mengerikan. Ia tahu pergelangan tangannya akan memerah, cengkramannya begitu kuat. Dea mengikuti langkah Raka terseok-seok.
Raka membawannya besment dan menuju mobil SUV yang sering di kendarainya. Dea hanya terdiam, sehingga langkah Raka terhenti. Raka menatapnya, dan mengisyaratkan untuk masuk ke dalam kemudi mobil.
"Masuk" ucapnya membuka hendel pintu moBil.
Dea mengangguk, lalu masuk dan duduk tanpa bertanya. Dea menatap pergelangan tanganya memerah. Hingga terdengar hendel pintu tertutup. Dea menatap Raka di sampingnya. Kesan dokter yang baik hati dan suka menolong, tidak tergambar di wajah Raka, ia tidak mirip seorang dokter spesialis penyakit dalam, dan sekarang ia terlihat seperti gengster yang sedang menculiknya, penampilannya serba hitam, kaos hitam polos yang melekat di tubuhnya, otot-otot terlihat sempurna, jika dipikir-pikir ia terkesan memamerkan tubuh indahnya, celana jins sangat pas di kenakannya, dan tidak bisa di dipungkiri Raka terlihat sexy. Dea hanya bisa menelan ludah.
Raka masih diam tanpa kata, melajukan mobilnya. Dea enggan bertanya, ia mengikuti saja aturan main Raka. Terasa hening, tanpa musik, tanpa suara, hanya terdengar hembusn nafasnya. Dea menyandarkan punggungnya, menatap ke arah jendela, ia mengerutkan kening, jalan yang tadi dilaluinya menjemput Rafa, memutar memori otaknya, dan ini adalah jalan menuju bandara.
"Mas, kita mau kemana" Dea nampak panik.
Raka memarkirkan mobilnya. Di deretan mobil-mobil yang berjejer rapi. Raka tidak menjawab pertanyaanya, ia malah mengenakan kaca mata hitamnya lalu membuka hendel pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)
Romance"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih...