Dea merapikan tumpukkan laporan yang membosankan telah di pelajarinya. Dea menumpukanya di sudut meja, ia sengaja membiarkan menumpuk disitu. Dea merenggangkan otot-otot kepalanya ke kiri dan ke kanan. Setumpuk pekerjaan membuatnya melupakan Raka dan Rafa.
Tok tok tok
Dea menoleh ke arah sumber suara, "masuk" ucapnya.
Seulas senyum menawan di hadapannya. Rafa melangkah mendekat ke arah Dea, Dea membalas senyuman Rafa.
"A'a" ucap Dea.
Rafa mengedarkan tatapannya di setiap penjuru ruangan. Di meja terdapat setumpuk laporan. Dan tersenyum terhadap wanita cantik di hadapannya. Wajah lelah terlihat di wajah cantiknya.
"Banyak kerjaan?" Tanya Rafa.
"Lumayan, tapi sudah selesai kok" ucap Dea. Lalu ia duduk di sofa.
Rafa duduk di samping Dea, di tatapnya Dea, bibir wanita di sampingnya ini terlalu menggoda untuknya, ia mencoba menahan. Di tepiskan pikirannya, lalu di rapikan anak rambut Dea keluar.
"Sudah makan" tanya Rafa.
Dea menggeleng, "belom sempet, tadi Dea banyak kerjaan".
"Mau makan apa hemm" tanya Rafa.
"Mau makan A'a" Dea Reflek lalu menutup mulutnya. Ia menepuk mulutnya, ia mungkin sudah terlalu sering mengatakan seperti itu di hadapan Raka. Dea tahu di hadapannya ini bukan Raka yang cool, tidak goyah dalam godaanya, melainkan Rafa.
Bibir Raka menyungging ke atas, lalu wajahnya mendekat, tangan Dea masih menutup mulutnya, matanya membelalak, Rafa menjauhkan tangan Dea yang menyekap mulutnya sendiri.
"Dea cuma becanda" ucap Dea pelan.
"Tapi saat ini A'a mau gimana?".
"Hah!!!" Dea terperangah.
Rafa dengan cepat lalu melumat bibir tipis Dea. Rafa menarik pinggang Dea mendekat ketubuhnya, merapatkannya lebih erat. Ia menyesap bibir bawah Dea yang tipis yang kenyal. Dea ingin memberontak, tapi rasa nikmat kalah dengan apa yang ada di otaknya. Rafa menyesap lebih dalam, dan memainkan lidahnya, mengabsen deretan gigi Dea. Rafa semakin mempererat pelukkanya. Rafa semakin bernafsu melahap bibir Dea. Rafa melepas ciumannya, dan mengatur hembusan nafasnya yang sulit di atur.
"I Love you" ucap Rafa pelan.
"A'a".
***
Dea terpaku, hatinya seakan sesak, sulit bernafas, nafasnya sulit di atur, buku-buku jari memutih mencengkeram pegangan rantang pelastik yang dibawanya. Dea memandang dua insan saling berpelukkan, ia tidak pernah menatap Raka tertawa seperti apa yang di lihatnya. Mereka begitu serasi, yang satu cantik bak model, profesinya jelas terlihat jelas, sebagai dokter. Pantas saja Raka mencintai wanita itu. Dea hanya bisa menatap dari kejauhan, dan seketika mata itu bertemu, saling memandang, tatapan sulit di artikan, ada rasa bersalah, rasa ingin memiliki, dan rindu. Dea lalu berbalik arah, meninggalkan dua insan saling berpelukkan.
Dea berlari menuju basement, menuju mobilnya. Lalu membuka hendel pintu mobil di tutup kembali hendel pintu itu. Dea meringkuk kepalanya di kemudi stir mobil. Hati seakan perih dan terluka. Seharusnya tadi ia mengurungkan niatnya mengantar bekel makanan tetapi mama Raka lah yang selalu menelfonnya setiap hari, mengantar makanan buat Raka dan selalu memberi tahu semua tentang Raka termasuk, password apartemennya. Ia juga tidak pernah menolak permintaan orang tua Raka. Ia juga sangat menyukai mama Raka yang bersahabat denganya, dan sedikit cerewet, entahlah bahkan maminya tidak pernah memperhatikannya, seperti mama Raka lakukan setiap hari padanya, ia sudah menganggap orang tuanya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)
Romance"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih...