"Mas kanapa kita ke Bali?" Tanya Dea, menyesap orange jus.
Raka terdiam, di tatapnya Dea "entahlah" ucapnya.
"Besok lusa mas tunangan loh" ucap Dea. Dea tau informasi dari suster Mila.
"Hemmm Mas, ada seminar besok pagi" Raka menyandarkan tubuhnya di kursi. Menatap penjuru kafe yang sudah mulai ramai.
"Owhh, mas enggak dicariin tunangan mas gitu?".
"Ana sudah tahu, saya ada seminar di Bali".
"Terus kenapa mas, ngajak Dea kesini? Apa maksudnya coba?" timpal Dea tidak terima. Tunangannya sama siapa, mesumnya sama aku, berengsek tu namanya.
"Entahlah, saat ini Mas ingin berdua saja sama kamu".
"Hemmm..." Dea hanya mengangguk.
"Sekarang, kamu ingin apa lagi? berhubung mas ingin memanjakan kamu sehari penuh ini" Raka menaikan alis sebelah.
Dea menatap beberapa paperbag di kursi sebelahnya. Dea lalu mengedikan bahu.
"Yakin mas, bisa ngabulin permintaan Dea".
"Asal permintaan kamu tidak aneh-aneh Dea, misalnya meminta bulan, dan traveling ke planet mars, itu jelas tidak mungkin saya penuhi".
"Apa ya,,," Dea masih memikirkan sesuatu.
"Besok kegiatan saya penuh, jadi kamungkinan saya tidak bisa menemani kamu sepenuhnya".
"Oke, sekarang Dea mau, makan malam romantis dan mas pasang cincin di jari Dea" Dea menyengir.
"Mmmm, oke, kita mulai dari membeli cincin gimana" Raka tersenyum, penuh arti.
****
Dea manatap dirinya di cermin berkali-kali, gaun berwarna merah melekat sempurna di tubuhnya. Dea tersenyum melirik Raka, Raka sudah siap dengan taxedo hitamnya. Langkah Raka mendekat kearah Dea. Raka menatapnya tanpa berkedip.
"Cantik" gumam Raka.
Wajah Dea merona, mendengar pujian Raka. Dea lalu mengapit lengan Raka. Berjalan menuju loby hotel. Mobil sudah siap di depan. Security mempersilahkan Raka dan Dea masuk. Bahagia itulah satu kata untuk dirinya, adegan romantis yang sering di tontonnya di Tv, akhirnya terjawab juga. Dea tidak menyangka Raka mengabulkan semua permintaanya.
"Apakah seperti ini yang kamu inginkan mmm?" Tanya Raka alis kanannya sedikit terangkat.
"Sepertinya begitu" ucap Dea lagi, mencoba menahan senyum.
Raka melajukan mobilnya ke suatu tempat, entah dimana, Dea tidak ingin mencari tahu, hanya mengikuti aturan main Raka. Dea tahu posisinya pada saat ini, setidaknya dia akan merasakan bagaimana ia dilamar oleh Raka.
Raka menghentikan mobilnya dan mematikan mesin mobil. Dea tersenyum Raka membuka pintu mobil untuknya, Dea menatap disekelilingnya, posisinya tepat di tepi pantai, Nuansa romantis terpancar, Meja dan kursi di kemas dalam bentuk yang sedemikian rupawan, cahaya lampu berbentuk hati, Dea menatap penuh arti, seperti ada kupu-kupu berkeliaran dikepalanya.
Dea juga tidak menyangka Raka mengabulkan permintaanya, ini jauh lebih dari apa yang dipikirannya. Hidangan sudah tersaji di meja. Dea melirik dua orang pria, memainkan alat musik, pilihan yang sangat tepat, alunan biola begitu merdu, instrumen yang menenangkan, Raka menggenggam tangan Dea. Lalu dipersilahkan duduk.
"Thanks mas" ucap Dea berbisik pelan.
Raka hanya mengangguk, dan duduk tepat di hadapan Dea. Raka menuangkan wine, di gelas yang di sediakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)
Romance"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih...