Dea masih fokus dengan iphone miliknya, Line, Bbm, Wa, instgram berulang kali ia buka secara bergantian, notification masuk yang tidak terlalu penting, masih menunggu di deretan bangku, bersama pengunjung lainnya. Jika saja ia tidak memikirkan Rafa, ia memilih tidur di apartemenya. Orang yang berlalu lalang, hiruk pikuk terdengar di penjuru Bandara, Dea masih fokus dengan gaget di tanganya.
Ia membaca beberapa berita, mulai dari fashion, artis cerai , sampai tewas minum kopi mirna, kelihatannya lebih seru di banding memperhatikan orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Dress selutut berwarna kuning menjadi pilihannya hari ini, hari ini begitu cerah. Tapi tidak secerah hatinya yang lagi memikirkan nasib hubungannya dengan Raka. Wajah Raka masih berkeliaran di otaknya.
"Sampai kapan, melototin Hp begitu" suara terdengar dari arah telinga kiri di bagian lehernya.
Sepontan Dea menoleh ke sebelah kiri, seulas senyum dari pria yang telah seminggu meninggalkannya. Dea lalu memasukan Hp nya di tas kecil miliknya.
"A'a Rafa" Dea lalu berdiri, mensejajarkan tubuhnya.
"Sudah lama nungguin A'a di airport?" Tanya Rafa, ia masih menyeret koper hitam miliknya.
"Sudah sejam gitu deh, maaf ya Dea sampe lupa ngeliatin A'a datang, soalnya asyik kepoin berita tadi" Dea mengikuti langkah Rafa.
"Tidak, apa-apa kok, A'a sudah seneng kamu jemput A'a, A'a kangen sama Dea" ucap Rafa melirik Dea di sampingnya.
Dea melirik Rafa, "kangen? kayaknya kangen A'a bikin, Dea ngeri deh".
"Hahahah" Rafa tertawa terbahak.
"Iya kan, ngaku aja, pasti pikiran A'a Omes" ucap Dea menunjuk dada Rafa.
"Ya kangen lah, bibir enggak di service seminggu loh" Rafa tersenyum melirik Dea yang manyun.
"Dasar omes, A'a mesum" Dea mencoba merajuk.
"Hahaha , tapi kamu senengkan" Rafa menoel pipi Dea mengembung udara.
"Siapa juga yang mau, ihhhh A'a omes" Dea bergidik ngeri.
Rafa tertawa terbahak-bahak, dan akhirnya tiba di depan mobil Dea, Rafa memasukan koper ke dalam bagasi mobil. Rafa memegang kendali setir, di susul Dea di sampingnya, sambil memasang sabuk pengaman.
"A'a sendirian ke Dubai" tanya Dea penasaran.
"Iya, sama siapa lagi" ucap Rafa.
"Sekretaris A'a tidak ikut" Dea mulai menyelidiki.
"Tidak, Eko ngurusin semuanya di kantor, kayaknya A'a perlu asisten pribadi buat ngurusin hal-hal kecil" ucap Rafa masih fokus dengan kemudinya.
"Beneran A'a mau cari Aspi, nanti Dea cariin loh, mau tidak?".
"Iya nanti kamu rekomendasiin saja, tapi A'a mau yang standar yang tinggi loh".
"Oke".
"Pertama harus profesional, tidak manja, harus wanita, dan cantik, biar A'a tidak bosen liatin wajah Eko".
"oke tenang aja, A'a pasti suka".
***
Rafa menurunkan Koper dari bagasi mobil, Dea menatap di segala penjuru komplek rumah yang dulu pernah di tinggalinya, tidak banyak perubahan, hanya ada beberapa perubahan warna di sudut ruangan.
Dea mengikuti langkah Rafa, dan menatap kedua orang tua Rafa, yang kini menyambutnya di ambang pintu. Kedua orang itu terlihat masih segar di usianya. Keduanya menatap Dea , Dea merubah arah tasnya ke samping. Rafa tersenyum menatap tingkah Dea yang kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS, DOKTER AKU CINTA KAMU (TAMAT)
Lãng mạn"Dokter jujur saya masih takut". "Jangan takut, saya akan menjaga anda selama operasi berlangsung, saya akan mempertanggung jawabkan semuanya". Dea merasa lega mendengar kata-kata dokter Raka barusan. "Dok, bisa tidak mengantar saya kerumah terlebih...