#3

47 9 0
                                    

17 Agustus

tak..!

tak..!

plakk!!!

'awwww haisss"

"ck apa kau tidak bisa diam hah!"  teriak rafikah pada winda.

pasalnya sedari tadi winda memainkan pulpennya di meja dan itu membuat rafikah terganggu karna berisik.

"tapi kau memukulku terlalu keras haiss!" ketus winda dengan tangan yg memegang bahunya yg tadi dipukul rafikah.

"bodo"

"Cih"

" menurutmu apa kematian hussein kemarin itu terlalu aneh?, maksudku itu terjadi dengan sangat tiba tiba". winda bertanya pada rafikah.

rafikah menghentikan aktivitasnya dan menatap winda.

"menurutku?"

"kau pikir siapa lagi" . winda mulai kesal.

"hmm ku rasa tidak ada yang aneh, dia kan sering di bully, mungkin karna itu dia bunuh diri". ucap rafikah santai dan kembali melanjutkan aktivitasnya.

"maksudmu dia merasa frustasi?"

"kurang lebih begitu"

winda memanggutkan kepalanya tanda mengerti.

.
.
.
.

kelas angkatan 3

"ku rasa yang ini tidak perlu di tulis". ucap fitri pada kedua temanya.

tentu saja ila dan rabiatul, mereka mengerjakan tugas bersama, bisa dikatakan berkelompok.

"ide bagus, aku juga sudah lelah menulisnya hahhh..." rabiatul merentangkan kedua tangannya.

lain hal nya dengan ila, ia berdiri dan berjalan menuju pintu keluar kelas.

"hoyyy mau kemana" teriak fitri pada ila.

ila menghentikan langkahnya dan berbalik melihat ke arah dua temanya itu.

"toilet"

sahut ila singkat dan kembali berjalan keluar.

"apa menurutmu ia terlalu banyak berfikir akhir akhir ini?". fitri bertanya pada rabiatul yang masih melihat seluit ila.

"ku rasa begitu, sudhlah ayo kita lanjutkan". ucap rabiatul kemudian dan bersiap hendk menulis lagi.

"baiklah"

.
.
.

ila berjalan dengan santai di koridor menuju atap sekolah.

tak beberapa lama kemudian ia menghentikan langkahnya

"keluar"

hening tidak ada suara apapun.

"ku bilang keluar, atau kupatahkan lehermu sekarang juga!" teriak ila dengan masih diam di tempat dengan tatapan yg tidak mengarah kemanapun.

"haiss...iya iya, kau ini memang tidak bisa dibohongi ya" ucap seseorang dri arah belakang ila sambil terkekeh.

ila membalikan badanya lalu tersenyum miring pada orang di depanya tersebut.

"sudah ku bilang tidak usah memakai parfum mu terlalu berlebihan kan" . ucap ila dan berjalan menuju orang tersebut

"ternyata kau mengetahui aku mengikutimu karna bau parfum ku ya". orang tersebut terkekeh sembari menggaruk kepalanya malu.

"ah iya kau mau kemana sebenarnya?, dari tadi aku mengikutimu tapi kau terlihat hanya berjalan saja" sambung orang itu kemudian.

"mencarimu" jawab ila singkat.

"mencari ku? kenapa tidak langsung saja kekelas ku?" tunjuk orang tersebut pada dirinya sendiri.

"untuk apa? toh juga kau mengikuti ku kan". ila tersenyum miring dan kembali berjalan ke arah atap sekolah.

"apa yang membuatnya begitu yakin dengan dirinya". ucap orang tersebut sambil menggidikan bahunya dan berlari menyusul ila yang mulai jauh.

Atap sekolah

"hey bukankah ini tempat dimana anak itu kemaren menjatuhkan dirinya?" tanya orng tersebut sambil mendekat ke arah ila yang berdiri di dekat tebing atap sekolah.

"iya"

"lalu kenapa kau mengajakku ke sini?" tanya orang tersebut.

ila membalikan badanya dan menatap orang tersebut.

"kau pikir untuk apa?". ucap ila pada orang itu.

"hah?, entahlah". bingung orang tersebut.

"tentu saja untuk menjatuhkan kau juga". ila tersenyum menyeringai pada orang tersebut dan berjalan mendekat.

"h..heyy jangan bercanda begitu, k kumohon jangan mendekat" orang tersebut mulai berjalan mundur dengan badan yang gemetaran.

"HAHAHA! , apa kau setakut itu hah". ila tertawa dengan keras melihat orang di hadapannya meringkuk ketakutan.

"yashh k-kenapa kamu tertawa?"

"karna kau terlihat bodoh YUSUF! hahaha" ila berucap dengan menekankan kata yusuf dan kembali tertawa.

tanpa ia sadari wajah yusuf yang sudah berubah kesal karna ulahnya.

ya orang tersebut adalah yusuf, ia anak angkatan 3 namun tidak satu kelas dengan ila.

"bagaimana perintahku kemarin? apa sudah kau bereskan?". kini ila mulai serius bertanya.

"kau tak perlu hawatir perihal itu, semua sudah siap". ucap yusuf tak kalah serius.

"apa kau yakin tidak ada yang melihatmu?"

"tentu saja tidak, bahkan saat kejadian pun kau tidak melihatku kan?" . sombong yusuf.

"baiklah aku percaya".

tanpa mereka sadari  sepasang mata sedari tadi sudah memerhatikan dan mendengarkan percakapan mereka berdua.

"sial!"

ucap orang tersebut dengan mengepalkan tanganya lalu pergi.

.
.
.
.
.
.







Who Are The Psychopath? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang