#5

37 8 1
                                    


24 Aguatus

kantin.

"rasanya aku sekarang merasa takut jika pergi ke toilet". ucap Novi dengan sambil membayangkan kejadian perihal terbunuhnya Farhan di bilik toilet kemarin.

"aku juga huftt..." . ucap rista.

"sebenarnya ada apa dengan sekolah ini". sekarang fitri yang berucap dengan wajah yang serius menatap ke tujuh temannya.

"ku rasa juga ada yang tidak beres". sahut rabiatul.

"kalian benar, bukanlah kematian farhan berselang setelah seminggu kematian huussein kemarin?". sekarang winda

ila yang dari tadi duduk memejamkan matanya kini membuka matanya dan melihat ke arah winda.

lain halnya dengan erma yang sedari tadi hanya diam merunduk dengam tangan yang ia genggam tanpa diketahui oleh mereka.

"hmmm benar juga, bahkan luka goresan itu juga terdapat di keduanya kan". ucap rafikah juga mulai serius.

"apa mereka sengaja melukainya dengan benda tajam?". ucap winda sambil memperagakan seperti menggores kulit dengan pisau.

"Tidak..."

mereka kompak menengok ke arah sumber suara.

ya itu adalah Erma.

"maksudmu?". tanya fitri penasaran

yang lain memanggutkan kepalanya mengiyakan ucapan fitri, terkecuali ila yang menatap erma dengan tatapan mengintimidasi.

"Semua dilakukam sengaja oleh seseorang, mereka bukan bunuh diri, tapi mereka DIBUNUHH!!". teriak erma sambil menghentakan tangannya ke meja  dan menatap tajam ke arah ila.

mereka melihat ke arah ila.

bahkan seluruh siswa yang ada di kantin tersebut menatap ke meja mereka berada.

"heyy pelankan suaramu, ada apa denganmu ini". ucap rafikah berusaha menenangkan amarah erma.

"cobalah kau tenangkan dirimu dulu dan bicaralah". sekarang fitri.

erma semakin mengepalkan tangannya.

"KAU!!!"

Kini erma mencengkram kerah baju ila dengan kasar.

"heyy apa apaan kau". panik winda dan berusaha melepaskan cengkraman erma pada ila.

"uhukkk..."

ila terbatuk saat tangan erma berhasil dilepaskan pada kerah bajunya yang membuat ia susah bernafas.

brakkkk.!!...

erma memukul meja dengan emosi dan pergi meninggalkan kantin.

"ck ada apa dengannya itu". kesal winda saat melihat tingkah erma barusan.

"apa kau tidak apa apa?" . tanya novi pada ila.

"tidak". sahut ila singkat.

"aku akan bicara padanya". ucap fitri dan berlari menyusul erma.

mereka semua menatap kepergian fitri.

"ada apa sebenarnya?". tanya winda.

yang lain menatap winda dan ila bergantian, seperti mengisyaratkan minta jawaban dari ila.

bukanya menjawab pertanyaan winda, ila malah pergi begitu saja meninggalakn mereka.

"haiss....ada apa dengan semua orang!!". teriak winda frustasi.

"hey hey sudahlah,biarkan mereka menenangkan pikiran mereka dulu". ucap rafikah berusaha menenangkan winda.

yang lain ikut memanggutkan kepala.

.
.
.

Atap sekolah

"sebenarnya ada apa?". tanya fitri serius.

"semua terjadi karna dia?". ucap erma  geram dengan tangan yang terkepal.

"apa maksudmu? dia siapa?"

"dia,Ila, bocah sialan itu". kini erma semakin mengepalkan tangannya.

"aku tidak mengerti maksudmu?" nada fitri mulai terlihat seperti terkejut.

"Dialah yang sudah melakukan semua ini, pembunuhan itu, DIA YANG MELAKUKANNYA!!" teriak erma sambil membalikan badannya ke arah fitri.

fitri memelototkan matanya terkejut.

"t-tidak mungkin, AKU MENGENALNYA!!". kini fitri yang meninggikan suaranya.

"mengenalnya katamu?, cih, bahkan kau saja kenal dia belum sempat satu tahun, INGATLAH DIA MURID PINDAHAN!". geram erma menggertakan giginya.

"hikss..., ba-bagaimana bisa hikss..tolong je-jelaskan semuanya". fitri berucap dengan air mata yang keluar dari pelupuknya.

erma tersemyum miring.

flashback on

"huftt...kenapa perutku sakit sekali". ketus erma sambil memegangi perutnya.

"ah sebaiknya aku ke toilet saja".

erma berlari keluar kelas menuju toilet setelah minta izin pada guru yang mengajar.

tepat saat di persimpangan koridor erma menghentikan langkahnya karna melihat ila berjalan ke arah atap sekolah bersama dengan seorang pria yang belum pernah dilihatnya sebelumnya.

"sedang apa ila dengan orang itu?". bingung erma.

"sepertinya menarik, ah ikuti saja lah, lagi pula perutku sudah tidak terlalu sakit, kena kau ila". ucap erma dengan senyum jahil.

tepat saat erma di depan pintu masuk atap sekolah, ia hanya melihat ila berbicara dengan pria tersebut.

"haiss mereka membicarakan apa si". erma menggaruk kepalanya kesal karna tidak mendengar apa yang dibicarakan oleh ila dan pria asing tersebut.

'baiklah kalian membuatku harus mendekat ya hehehe". seringai erma dan berjalan mengendap mendekat.

kini erma berada tepat di balik sebuah tong air yang besar.

"bagaimana perintahku kemarin? apa sudah kau bereskan?". kini ila mulai serius bertanya.

"kau tak perlu hawatir perihal itu, semua sudah siap". ucap yusuf tak kalah kalah serius.

"apa kau yakin tidak ada yang melihatmu?"

"tentu saja tidak, bahkan saat kejadian pun kau tidak melihatku kan?" . sombong yusuf.

"baiklah aku percaya".

erma memelototkan matanya saat mendengar apa yang dikatakan oleh mereka.

erma mengepalkan tangamnya keras.

"jadi mereka yang melakukannya". geram erma

"sial". lanjutnya kemudian dan pergi meninggalakn tempat tersebut.

flashback off

"hikss...katakan ini tidak benar". isak fitri saat erma menceritakan semuanya.

"ini benar, dialah orangnya, si bajingan itu, aku bersumpah akan menghabisinya". geram erma.

"bagaimana jika korban selanjutnya adalah diantara kita?". ucap fitri dengan mata yang memerah karna menangis.

"itu tidak akan terjadi, karna aku lah yang akan menghabisinya lebih dulu". ucap erma, tentu saja dengam emosi yang masih membara.

.
.
.
.
.
.

wk monmaap ya kalo chap nya singkat, lagi buntu banget ni otak:(









Who Are The Psychopath? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang