"Ku mohon lindungi aku". Mata fauzi mulai berkaca kaca karna air mata.Rafikah menganggukan kepalanya lembut.
-skip-
"CEPAT KATAKAN DIMANA ADEKKU!!". rafikah mencengkram kuat kerah baju fitri.
"Apa ini adek yang kau maksud?". Fitri memperlihatkan sebuah video di hanponnye.
Tolongghh..akhh...kaka tolong aku hikss..
"Fauzi!! Hiks..". Tangis rafikah pecah saat melihat keadaan fauzi yang benar benar mengerikan dengan tangan yang diikat kuat dan tubuh yang lebam.
"Ku mohon hikss..lepaskan adekku lepaskan!!". Mohon rafikah pada fitri.
"Cih, bukankah sudah kukatakan?,seandainya kau mau menjadi rekanku maka adekmu tidak akan tersiksa". Fitri berucap dengan santai.
"Baikkahh..,aku akan menjadi rekanmu, dan ku mohon lepaskan adekku". Rafikah berucap dengan kepala yang tertunduk.
Fitri tersenyum penuh kemenangan.
"Haha tentu saja".
Flashback off
"Karna itulah aku melakukan apa yang diperintahkan oleh fitri". Rafikah masih terisak.
"Karna fauzi adalah keluarga ku satu satunya yang tersisa hiks". Lanjut rafikah sambil sesekali menyeka air matanya.
"Ya memnang rumit jika diposisimu, karna aku juga pernah mengalami hal yang sama, bahkan hingga aku kehilangan nyawa adekku". Ila tersenyum simpul.
"Tapi walau bagaimanapun, kau tetap lah bersalah dan terlibat dalam masalah ini". Ila menatap rafikah.
"Aku tau itu, aku sungguh menyesal, tapi, setidaknya kau sudah tau semuanya kan". Rafikah tersenyum tipis.
Ila menganggukan kepalanya.
"Aku ingin menebus semuanya dengan aku dipenjara, dan satu lagi, bisakah kau menjaga adek ku dan buat lah dia untuk tidak terlalu memikirkan aku". Rafikah tersenyum memohon.
Ila tersenyum
"Aku mengenal adekmu dengan baik, kau tenang saja". Ucap ila pada akhirnya.
"Terimakasih". Air mata rafikah tak berhenti keluar.
Ila menganggukan kepalanya.
"Antar dia ketempat jerujinya". Perintah ila pada polisi yang ada di ruangan tersebut.
"Berjuanglah". Ucap ila saat rafikah keluar dari ruangannya.
30 Agustus (Hospital Ruang inap 197)
"Terimakasih kau memberiku kesempatan untuk mengoperasi tangan ku ini dari peluru itu". Ucap fitri pada ila.
"Karna aku masih memiliki hati". Ucap ila pedas.
"Aku tau kau pasti membenciku kan, karna aku lah yang telah membunuh adekmu". Fitri meneteskan air matanya.
Ila masih diam tidak menjawab
"Kalaupun kau minta maaf, apa kau bisa membuat adek ku kembali hah!". Mata ila mulai memerah.
Fitri meneteskan air matanya.
"Jika kata maaf bisa menyelesaikan masalah, lalu apa gunanya ada polisi". Ucap ila dan berlalu meninggalkan fitri dari ruangannya.
"Hikss...bodoh hikss..aku memang bodoh hikss..". Fitri memukul mukul dadanya dan tangisnya pecah.
Hospital (ruanng inap 234)
"Jadi tadi kau pergi keruangannya?". Tanya novi pada ila.
"Ya". Jawab ila dan duduk di sofa ruangan tersebut.
"Bagaimana keadaan jayadi dan winda?". Ila menatap semua orang yang ada di ruangan tersebut.
"Keadaanya mereka sekarang sudah stabil". Kini rabiatul yang berucap.
"Ila". Erma membuka suaranya setelah beberapa lama hanya diam.
Ila menatap erma menunggu kata selanjutnya.
"Maafkan aku". Erma menunduk dan meremas remas jarinya.
"Untuk?".
"Semuanya". Erma kini meremas bajunya.
"Aku menuduhmu yang melakukan ini semua". Erma mulai meneteskan air matanya.
Ila diam tak menjawab.
"Kau terlihat sangat mencurigakan waktu itu". Lanjutnya lagi.
Ila tersenyum dan menatap yusuf disampinya.
"Apa kau butuh penjelasan?". Kini yusuf yang berucap.
Erma mendongakan kepalamya dan mendapati yusuf tersenyum padanya.
Perlahan erma menganggukan kepalanya.
"Baiklah".
.
.
.
.
.Thnks udah baca sampe chap ini huhu author bakal selesaiin secepatnya deh hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are The Psychopath? ✔
Mistério / Suspense[WARNING!] Berisi tentang pembunuhan, dan mungkin akan membuat anda ngilu. Cerita ini tidak untuk ditiru! Dimohon bisa memilah mana yang harus anda baca