#19

17 1 0
                                    

"Ya". Singkat ila.

yusuf menggaruk kepalanya tak mengerti dengan sikap "Atasannya" tersebut yang sungguh tak bisa ditebak apa yang akan dilakukannya.

....

"Untuk apa kau mengikutiku sampai sini". Ila berhenti berjalan saat ia melihat yusuf masih saja mengikutinya.

"A-a kenapa?". Yusuf masih dalam mode blanknya.

Ila memutar bola matanya malas.

"Kau tak melihat itu atau kau memang buta hah!". Geram ila.

Yusuf memelototkan matanya saat ia baru saja menyadari kalau ia masuk ke toilet wanita.

"Oh astaga". Yusuf memukul jidatnya.

"Cih dasar mesum". Celetuk ila dan masuk ke bilik didepannya.

"Hey aku bukan anak mesum!". Kesal yusuf tak terima dengan perkataan ila barusan.

"BERISIK!, KELUAR ATAU PINTU INI AKAN KU BELAH DUA!". teriak ila dari dalam yang sontak membuat yusuf gelabakan keluar.

-skip-

"Ini". Ila memberikan pulpen yang tadi di rangkaninya pada fitri.

fitri memandang ila dan pulpen tersebut bergantian dengan wajah yang bingung.

"Pulpen?". Fitri menunjuk pulpen yang ada di tangan ila.

"Ck ambil saja ini punyamu, aku menemukannya dimejamu". Ucap ila dan memberikan pulpen tersebut pada fitri.

"A-ah mungkin iya, haha pantas saja tidak ada". Fitri sedikit menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Simpan di sakumu, jangan pernah tinggalkan itu lagi". Ucap ila sembari beranjak keluar kelas.

"Cih ada apa denganya, aneh sekali". Celetuk fitri namun pada akhirnya ia juga meletakan pulpen tersebut di saku baju seragamnya.

Ting..

Pesan masuk dari hanpone fitri.

Setelah membaca pesan tersebut fitri bergegas keluar kelas.

Tanpa ia sadari sedari tadi ila memperhatikanya.

Ila tersenyum miring memandang fitri berjalan di persimpangan koridor.

"Tunggu waktu mainya, Pembunuh!!". Ucap ila dengan menekankan kata pembunuh.

-skip-

"Apa kau benar benar yakin jika dia lah pelakunya?". Yusuf berucap dengan snack di tangannya.

"Kau meragukanku?". Ucal ila sambil duduk di kursi.

"Huft, baiklah aku percaya". Yusuf pada akhirnya.

"Lihat saja nanti". Ila berucap dengan mata yang terpejam.

"Lalu selanjutnya?". Tanya yusuf meletakan snack ditangannya ke meja di sampingnya.

"Apa?". Ila masih memejamkan matanya.

"Re-..".

"Astaga!".

Belum selesai yusuf berucap tiba tiba saja ila berlari ke luar seperti ada sesuatu yang sangat penting dan ia melupakan itu.

'Yakk heyy!! Haiss". Kesal yusuf karna untuk kesekian kalinya ia harus garuk kepala karna sikap ila yang sangat sulit ditebak tersebut.

-skip-

"Ku mohon, aku janji kalian akan aman di sini, percayalah padaku kali ini saja". Mohon ila pada Erma,rabiatul dan rista.

Tentu saja juga ada novi di sana.

"Cih bagaimana mungkin kau bisa mengatakan jika disini adalah tempat aman!, bahkan kaulah yang membuat semuanya menjadi tidak aman!". Geram erma ingin sekali segera memukul wajah ila.

"Lagian untuk apa kau menyuruh kami untuk diam disini". Lanjut erma dengan tersenyum miring.

"Setidaknya kalian ikuti saja perintahku kali ini, diamlah disini sampai aku kembali lagi ke sini". Ila berucap dengan wajah yang mulai kesal karna sedari tadi ia benar benar susah membuat mereka percaya.

Ila menatap novi di depannya.

Novi tersenyum seperti mengisyaratkan kau pergi saja, aku yang akan memgurus ini.

Ila memanggutkan kepalanya mengerti.

"Diamlah disini". Lanjut ila lagi dan keluar lalu bergegas mengunci pintu tempat Erma dan yang lainnya berada.

"BRENGSEKK!! KAU GILA!". teriak histeris erma saat ila berhasil mengunci pintu tersebut.

Lain halnya dengan rabiatul dam rista yang sedari tadi diam.

Namun terdengar isakan samar dari rista.

"Hiks..aku takut hiks..". Rista duduk menekuk lututnya dan menempatkan kepalanya diantara dua lututnya.

Rabiatul memandang iba kearah rista.

"Ku rasa ila benar, kita akan aman disini". Novi membuka suara.

"Aman katamu? APA INI BISA DIKATAKAN AMAN HAH!! KAU BAHKAN MEMBELA SI BAJINGAN ITU!!".

"BERHENTILAH MEMANGGILNYA BAJINGAN!!,DIA HANYA INGIN MELINDUNGI KITA DARI PEMBUNUH YANG SEHARUSNYA  KAU KATAKAN PEMBUNUH!!"  teriak novi refleks.

"Hikss...HENTIKAN..hikss". Rista berteriak dengan memegang kepalanya histeris.

Semua orang yang ada diruangan tersebut menatap rista.

"Tenanglah rista tenanglah". Rabiatul berusaha menenangkan rista.

"Apa maksud dari perkataanmu?". Ucap erma dengan tatapan fokus ke lantai di depannya.

Novi menggenggamkan tangannya kuat.

"Semua ini....

.
.
.
.


Next?






Who Are The Psychopath? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang