#21

16 1 0
                                    


28 Agustus (sekarang).

"Brengsek kau!". Geram fitri mengepalkan kuat tangannya.

Ila tersenyum miring lalu memgisyaratkan polisi di belakangnya untuk segera menagkap fitri.

"Tidak jangan mendekat!". Fitri mengambil kayu yang ada di dekatnya.

"MUNDUR ATAU KAYU INI AKAN MENGENAI KALIAN!!"  teriak histeris fitri sambil mengarahkan kayu ditangannya pada dua polisi yang mendekatinya.

BRAKK!!

BUGHH!!.

rafikah berontak dan memukul keras kedua polisi yang menahannya sedari tadi.

Rafikah mengambil pestol yang tergeletak di lantai.

DOARR!!

"AKHHH!!!".

Peleru berhasil mengenai tangan kiri fitri.

"Akhh!!,k-kau apa yang kau lakukan akhh..." fitri jatuh tersungkur dengan darah yang mulai bercecer di lantai.

'Tidakk,..tidak..TIDAKKK, AKU TIDAK BERSALAHH hikss..INI SEMUA KARNA DIAA!!!". teriak histeris rafikah memegang kepalanya dan menujuk fitri.

"Bawa dia". Ucap yusuf memerintah polisi.

Polisi tersebut mengangguk mengerti.

"Ambilance sudah berada di luar". Ucap pendamping polisi yang berjaga di depan.

"Suruh mereka masuk sekarang dan bawa winda dan jayadi". Ucal ila menyuruh.

"Dan juga oprasi tangan fitri". Ucap ila dan berlalu keluar ruangan tersebut.

"CEPATLAH ANGKAT!!KENAPA LAMA SEKALI". Teriak histeris erma.




Kantor polisi (18:25 Malam).

"Aku tidak bersalah hikss..percayalah padaku". Tangis rafikah tanpa henti mengatakan hal tersebut.

"Kau jelas terlibat dalam pembunuhan ini". Ucap ila.

Rafikah menggelengkan kepalanya cepat.

"Itu bukan kemauanku hikss bukan". Rafikah menundukan kepalanya dengan isak.

"A-aku dipaksa melakukan ini hiks". Isak rafikah semakin menjadi.

"Apa maksudmu kau dipaksa".

Rafikah menatap ila nanar.

"Kau akan mendengarkan ku kan dan kau akan percaya pada ku kan". Ucap rafikah.

"Ceritalah". Ucap ila pada akhirnya.

Rafikah menganggukan kepalanya cepat dan tersenyum.

"Saat itu aku menginap dirumah fitri". Rafikah menundukan kepalanya.

Flashback on

"A-apa yang kau lakukan!" . Rafikah sedikit mundur dari hadapan fitri.

"Ah yaa, aku ketauan". Fitri berucap dengan senyuman menyeringai dan baju yang penuh dengan bercak darah "ayahnya" sendiri.

"KAU  TELAH MEMBUNUH AYAHMU SENDIRI!!". Teriak rafikah mencengkram juat kerah baju fitri.

"Ow ow ow.. tak usah berteriak padaku seperti itu haha". Fitri terlihat santai.

"DASAR WANITA GILA! APA KAU TIDAK PUNYA HATI HAH!". Teriak rafikah sekali lagi.

"Haha sebaiknya kau bereskan saja jejak dan sidik jariku di tubuh itu". Tunjuk fitri pada tubuh yang sudah tidak bernyawa lebih tepatnya tubuh ayahnya sendiri.

"Keterlaluan". Geram rafikahh.

"AKU TIDAK AKAN SUDI MEMBANTU BAJINGAN SEPERTIMU!!".

BUGHH!!..

Rafikah menampar keras wajah fitri.

Rafikah berbalik dan ingin keluar dari ruangan tersebut.

"Jika kau tidak melakukan apa yang aku perintahkan, maka keluargamu akan mengalami hal yang sama".

Deg..

Rafikah berhenti berjalan dan menggenggam kuat tangannya.

"Jika kau tetap ingin keluargamu hidup, jadilah rekanku". Fitri tersenyum menyeringai.

"Kalapun aku mengiyakan ucapanmu, apakah kau menjamin akan tetap membuat keluargaku di dalam keamanan hah". Rafikah mengepalkan tangannya.

Fitri tersenyum miring.

"Tentu saja".

"Jangan harap aku akan menjadi rekanmu". Ucap rafikah dan berlalu pergi.

"Cih, akan ku buat kau hingga mau". Fitri tersenyum menyeringai.

-skip-

"Apa kau serius?". Ucap rafikah pada adeknya.

"Sungguh, dia mengejarku, orang berjubah hitam itu, hampir saja aku mati terbunuh". Cerita fauzi adek dari rafikah.

Rafikah mengepalkan tangannya kuat.

"Fitri kau". Ucap rafikah samar dengan tangan yang mengepal.

"Kau tenanglah, kaka akan melindungimu mulai sekarang". Rafikah berusaha menenagkan fauzi yang ketakutan setenngah mati.

"Ku mohon lindungi aku". Mata fauzi mulai berkaca kaca karna air mata.

Rafikah menganggukan kepalanya lembut.

.
.
.
.
.

Okelah kita masih next chap lagi ya, mungkin beberapa chapter lagi bakal End hehe








Who Are The Psychopath? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang